Dicap Pencitraan, Begini Komentar Ustadz Khalid Basalamah dan Buya Yahya soal Dedi Mulyadi ‘Gubernur Konten’

9 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali jadi sorotan publik. Bukan karena kontroversi, melainkan karena gaya kepemimpinannya yang unik dan sering kali terekam dalam berbagai tayangan video. Banyak yang menyebutnya sebagai ‘Gubernur Konten’, lantaran hampir seluruh aktivitasnya diunggah ke media sosial.

Namun, sebutan untuk 'bapang aing' tersebut justru mengundang reaksi beragam dari masyarakat. Ada yang menganggapnya sebagai bentuk pencitraan, tetapi tak sedikit pula yang menilainya sebagai langkah transparansi kepemimpinan yang patut diapresiasi.

Di tengah perdebatan publik tersebut, muncul pandangan dari dua tokoh ulama nasional yang sangat dihormati, yaitu Ustadz Khalid Basalamah dan KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab dikenal dengan Buya Yahya. Keduanya menanggapi fenomena ini dengan sudut pandang yang berbeda, namun sama-sama bernuansa positif.

Pendapat dari kedua tokoh ini menjadi penting, karena mampu menenangkan opini publik dan mengarahkan kepada cara pandang yang lebih arif dalam menilai seorang pemimpin. Dedi Mulyadi yang dikenal dekat dengan rakyat, ternyata mendapatkan perhatian pula dari kalangan ulama.

Dikutip Sabtu (21/06/2025) dari tayangan video di kanal YouTube@tonasi, Ustadz Khalid Basalamah menegaskan bahwa membuat konten bukanlah sebuah masalah. Menurutnya, seorang pemimpin memang sudah seharusnya menyampaikan apa yang dikerjakannya kepada masyarakat.

Saksikan Video Pilihan ini:

Cerita Polisi Ternak 40 Ribu Ekor Ayam, Ingin Pensiun Bahagia

Pendapat Ustadz Khalid Basalamah

“Kalau saya pribadi melihat ini bukan pencitraan. Sekarang seorang pemimpin wilayah, bupati kah, wali kota, gubernur, dia kan diamanahkan tugas. Bagaimana caranya supaya memang tersampaikan ke masyarakat kalau dia sudah melakukannya? Ya enggak ada masalah. Dibuat konten apa masalahnya?” ujar Ustadz Khalid dalam video tersebut.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak selalu berpikir negatif terhadap para pemimpin. Baginya, seorang pemimpin yang turun langsung ke masyarakat dan mengecek langsung kinerja stafnya adalah bentuk kepemimpinan yang luar biasa.

“Pencitraan dari mana ini? Kan gitu. Jangan selalu su’udzon, ini ya sangka buruk terus. Jadi tidak usah berpikir masalah pencitraan. Sangat baik teman-teman sekalian," katanya.

"Saya melihat kalau ada pemimpin seperti ini ya betul-betul dia turun, dia membantu masyarakat secara langsung, dia mau lihat apakah staf yang ditugaskan menjalankan tugas sampai atau tidak, ini luar biasa,” tambahnya.

Begini Komentar Buya Yahya

Di sisi lain, Buya Yahya memberikan komentar yang tidak kalah menyejukkan. Ia melihat upaya Gubernur Jawa Barat sebagai sebuah niat baik untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih positif.

“Ini jarang sekali, mungkin bicara tentang Gubernur Jawa Barat. Kalau diperhatikan, ada upaya-upaya membuat perubahan menjadi lebih baik. Dari sisi ini tentunya kita harus dukung, bukan karena gubernurnya si A, si B, si C,” ujar Buya Yahya.

Menurutnya, masyarakat harus memiliki cara pandang yang sehat dalam menilai pemimpin. Apalagi jika sang pemimpin menunjukkan kesungguhan dalam membawa perubahan, maka sudah selayaknya didukung secara objektif.

“Kepada semua pemimpin hendaknya kita punya cara pandang yang sehat. Jangan cepat menilai hanya dari permukaan. Lihat dampaknya, lihat tujuannya, lihat apa yang dikerjakannya,” lanjutnya.

Pujian dari dua tokoh ulama ini menjadi semacam legitimasi moral atas gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi yang memang dikenal turun langsung ke lapangan. Sikap tersebut dinilai sebagai bentuk pengabdian nyata, bukan sekadar pertunjukan di depan kamera.

Meski sering tampil di media sosial, namun substansi dari konten-konten tersebut tak bisa diabaikan begitu saja. Banyak tayangan yang menunjukkan interaksi langsung dengan rakyat kecil, seperti petani, pedagang kaki lima, bahkan warga yang membutuhkan bantuan mendesak.

Pendekatan seperti ini sejalan dengan prinsip kepemimpinan dalam Islam, yaitu melayani umat, bukan sekadar memerintah dari balik meja. Maka tak heran jika gaya Dedi Mulyadi mendapat apresiasi dari kalangan yang memahami prinsip tersebut.

Di tengah maraknya pemimpin yang hanya fokus pada urusan politik dan popularitas, kehadiran seorang gubernur yang memilih untuk hadir langsung di tengah masyarakat menjadi napas segar yang menyejukkan.

Komentar dari Ustadz Khalid Basalamah dan Buya Yahya sekaligus menjadi ajakan agar masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, lebih bijak dalam menilai kerja pemimpin. Bukan dari sudut siapa dia, tetapi apa yang telah dan sedang ia lakukan untuk umat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |