Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, hasad adalah sikap iri yang timbul ketika seseorang tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat. Sifat ini bisa muncul tanpa disadari dan memicu perasaan negatif.
Dalam pandangan Islam, hasad adalah penyakit hati yang berbahaya karena dapat menghapus amal kebaikan. Oleh sebab itu, kita dianjurkan untuk menjaga hati dari rasa dengki.
Secara sosial, hasad adalah pemicu retaknya hubungan antarindividu. Menghindarinya adalah langkah penting agar hidup lebih damai dan penuh keberkahan, serta tercipta lingkungan yang saling mendukung, menghargai, dan bebas dari rasa iri hati.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang pengertian hasad dan bahaya hasad, Jumat (4/7/2025).
Menurut Quraish Shihab, ada dua hal untuk memperoleh ketenangan batin. Yaitu menghayati sekuat kemampuan tentang sifat-sifat Allah SWT dan berserah diri.
Pengertian Hasad
Dalam bahasa Arab, hasad adalah bentuk dari kata ḥasada–yaḥsidu–iḥsid, yang berarti iri dan dengki. Secara istilah, hasad adalah perasaan tidak senang yang muncul ketika seseorang melihat orang lain memperoleh kebaikan, tanpa alasan yang jelas atau logis. Kebaikan tersebut bisa berupa harta, jabatan, kesuksesan, hingga kenikmatan dalam hal keagamaan, seperti ilmu, amal saleh, atau kedekatan dengan Allah.
Lebih dari sekadar rasa iri biasa, hasad adalah dorongan dalam hati yang disertai keinginan agar nikmat yang dimiliki orang lain lenyap, bahkan jika perlu berpindah kepadanya. Imam Nawawi dalam karya-karyanya menjelaskan bahwa hasad merupakan bentuk angan-angan buruk yang menginginkan hilangnya karunia dari orang lain, meskipun dirinya tidak mendapatkannya. Perasaan ini bertolak belakang dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk bersyukur dan berlapang dada.
Dengan demikian, hasad adalah salah satu bentuk penyakit hati yang sangat berbahaya. Ia termasuk akhlak tercela yang dapat merusak hubungan sosial, menimbulkan kebencian, serta mendatangkan dosa dan kerugian batin bagi pelakunya.
Dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang membahas tentang hasad, salah satunya terdapat dalam Surah An-Nisa’ ayat 54, yang berbunyi:
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦ ۖ فَقَدْ ءَاتَيْنَآ ءَالَ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَءَاتَيْنَٰهُم مُّلْكًا عَظِيمًا (QS. An-Nisa’: 54)
Terjemahannya: "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan yang besar." (QS. An-Nisa’ [4]: 54)
Ayat ini menjadi salah satu dalil bahwa sifat hasad atau kedengkian adalah perbuatan tercela, bahkan ditujukan kepada Rasulullah SAW oleh orang-orang yang tidak senang dengan nikmat kenabian yang Allah berikan kepadanya. Dengki dalam hal ini bukan hanya menunjukkan keburukan hati, tetapi juga penolakan terhadap ketetapan dan keadilan Allah SWT.
Mengutip buku berjudul Pendidikan Agama Islam oleh Bachrul Ilmy dijelaskan sifat hasad merupakan sifat tercela yang harus dihindari dan tidak boleh ada pada diri. Hasad merupakan penyakit hati yang diobati dan dibuang. Hasad akan merugikan diri sendiri dan orang lain karena bisa menimbulkan rasa saling membenci.
Bahaya Hasad dalam Islam
Hasad merupakan sifat yang sangat merusak, terutama dalam hubungan sosial dan kehidupan beragama. Dalam konteks ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), hasad dapat menimbulkan jurang perpecahan, mengikis rasa saling percaya, dan memicu permusuhan.
Orang yang terjangkit hasad biasanya hidup dalam kegelisahan, merasa tidak tenang, dan terus membandingkan dirinya dengan orang lain. Alih-alih bersyukur dan memohon karunia kepada Allah untuk dirinya sendiri, ia justru sibuk menginginkan kenikmatan orang lain lenyap.
Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan hasad sebagai salah satu dari tiga penyakit hati paling berbahaya, bersama dengan riya’ (pamer ibadah) dan ujub (kagum pada diri sendiri). Ketiganya dianggap sebagai akar dari banyak sifat tercela lainnya yang dapat merusak jiwa dan amal.
Rasulullah SAW pun memperingatkan bahwa hasad bisa "memakan" amal kebaikan seseorang, sebagaimana api melahap kayu bakar—sebuah perumpamaan yang menunjukkan betapa cepat dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh hasad terhadap pahala.
Sifat ini bukan hanya menghalangi kebahagiaan dan ketenangan batin, tetapi juga menjauhkan seseorang dari nilai-nilai keimanan. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya waspada, berusaha membersihkan hati, dan terus memperkuat keimanan agar terhindar dari jebakan hasad yang mematikan.
Menurut Hajjaj (2002) sebagaimana dikutip dalam kajian di Jurnal Sambas (Studi Agama, Masyarakat, Budaya, Adat, Sejarah) Vol. 7. No. 1. 2024, An-Nawawi menjelaskan, para ulama membagi hasad menjadi dua macam, yaitu hasad hakiki dan hasad majazi.
Hasad hakiki adalah jika seseorang berharap nikmat orang lainhilang, hasad seperti ini diharamkan berdasarkan kata sepakat ulama dan adanya dalil tegasyang menjelaskan hal ini. Adapun hasad majazi, yang dimaksud adalah ghibtoh. Ghibtoh adalah berangan-angan agar mendapatkan nikmat seperti yang ada pada orang lain tanpa mengharapkan nikmat tersebut hilang.
Cara Mengatasi Hasad
Mengutip kajian yang dipublikasikan di situs IAIN Manado dijelaskan, menurut pandangan Imam Al-Ghazali, individu yang terjangkit sifatḥasad sering kali terpikat oleh keinginan agar anugerah yang diberikan Allahkepada orang lain menghilang dan lenyap, bahkan jika ia sendiri tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari hilangnya anugerah tersebut.
Masih dari sumber yang sama, hasad atau rasa iri dan dengki juga dapat memberi dampak buruk terhadap mental seseorang. Dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab juga mengkaji makna dan akibat yang mungkin dapat ditimbulkan dalam diri seseorang yang memiliki sikap ḥasad.
Berikut beberapa cara yang diajarkan Islam untuk menghindari dan mengobati hasad:
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
Dengan memperkuat keyakinan terhadap qadha dan qadar, seseorang akan lebih mudah menerima kenyataan hidup tanpa merasa iri terhadap nikmat orang lain. Keimanan menjadikan hati tenang dan lebih bersyukur atas segala karunia yang dimiliki.
2. Selalu berbuat baik kepada sesama
Tindakan positif seperti membantu, memberi, atau mendoakan kebaikan untuk orang lain akan melembutkan hati dan menumbuhkan cinta, bukan kebencian. Kebaikan yang konsisten akan membentuk karakter yang jauh dari hasad.
3. Menjauhi lingkungan yang memicu perasaan iri
Lingkungan yang dipenuhi persaingan tidak sehat atau kebiasaan membanding-bandingkan bisa memicu hasad. Oleh karena itu, memilih teman yang baik dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual sangat penting.
4. Memperbanyak doa dan introspeksi diri
Mengakui kelemahan diri di hadapan Allah dan memohon perlindungan dari penyakit hati akan sangat membantu dalam proses penyembuhan batin dari hasad. Selain itu, introspeksi rutin dapat memperbaiki niat dan menumbuhkan keikhlasan.
Q & A Seputar Topik
Apa yang dimaksud dengan hasad dalam Islam?
Hasad adalah perasaan iri dan dengki terhadap nikmat yang dimiliki orang lain, disertai keinginan agar nikmat tersebut hilang dari orang tersebut. Dalam Islam, hasad termasuk penyakit hati yang tercela dan dapat merusak amal serta hubungan antar sesama.
Mengapa hasad dianggap sebagai penyakit hati?
Karena hasad bersumber dari hati yang tidak bersih, penuh ketidakpuasan terhadap takdir Allah, dan mengandung kebencian tersembunyi terhadap keberhasilan orang lain. Sifat ini membahayakan pelakunya secara spiritual dan psikologis, serta merusak ketenangan jiwa.
Apa bahaya hasad menurut Rasulullah SAW?
Rasulullah SAW bersabda bahwa hasad memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar (HR. Abu Dawud). Artinya, amal saleh seseorang bisa terhapus akibat hasad, sehingga sangat berbahaya bagi kehidupan akhirat.
Apa dampak sosial dari hasad?
Hasad dapat merusak ukhuwah (persaudaraan), menimbulkan fitnah, menciptakan perpecahan, dan memicu konflik di tengah masyarakat. Orang yang memiliki sifat ini cenderung membenci kesuksesan orang lain dan sulit hidup damai.
Bagaimana cara mengobati penyakit hasad dalam Islam?
Beberapa cara mengatasi hasad antara lain:
- Meningkatkan keimanan dan tawakal kepada Allah
- Membiasakan diri bersyukur atas nikmat sendiri
- Mendoakan kebaikan untuk orang lain
- Menghindari lingkungan kompetitif yang negatif
- Memperbanyak introspeksi dan dzikir