Keutamaan Menakjubkan Malam 1 Suro dalam Perspektif Islam dan Jawa

17 hours ago 7

Liputan6.com, Cilacap - Berdasarkan kalender Masehi, 1 Suro 2025 jatuh pada bulan Juni 2025. Menelisik kalender yang diterbitkan Kementerian Agama 1 Suro atau 1 Muharam 1446 H, jatuh pada Jum’at (27/06/2025).

Sementara malam 1 Suro 2025 berlangsung pada Kamis malam Jum’at mulai pukul 18.00 WIB.

Malam 1 Suro merupakan salah satu momen penting dalam kalender Jawa, yang dirayakan sebagai tahun baru Jawa. Bagi masyarakat Jawa, malam ini memiliki makna yang mendalam dan sarat akan tradisi.

Namun, bagaimana pandangan Islam tentang malam 1 Suro? Apakah ada keutamaan yang dapat diperoleh dari momen ini?

Dalam artikel ini, kita akan membahas keutamaan Malam 1 Suro 2025 dalam perspektif Islam dan budaya Jawa.

Simak Video Pilihan Ini:

Detik-Detik Pembanting Bayi hingga Tewas Ditangkap Polisi

Suro Merupakan Salah Satu Bulan Mulia

Mengutip muslim.or.id, dalam agama ini, bulan Muharram atau bulan Suro, merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ 

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah [9] : 36)

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ 

“… satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3025). 

Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; (4) Rojab. Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram ? Berikut penjelasan ulama mengenai hal ini.

Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. 

Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula sangat diagungkan jika dilakukan pada bulan haram ini.” (Lihat Zadul Maysir, Ibnul Jauziy, tafsir surat At Taubah ayat 36) 

Islam Menyebut Bulan Muharram sebagai Syahrullah (Bulan Allah). Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 2812) 

Sangat mulianya bulan Muharram ini. Bulan ini betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 1/475)

Perspektif Budaya Jawa

Masyarakat Jawa juga menilai bahwa bulan Suro merupakan bukan mulia. Oleh sebab itu pada malam 1 Suro, masyarakat Jawa mengadakan tradisi untuk menyambut kedatangan bulan mulia.

Merangkum wikipedia, tradisi malam satu Suro selalu dilaksanakan tepat pada tanggal satu Muharram atau tahun baru Islam (sebutan Arab) ada pula sebutan lainnya yakni satu Suro atau tahun baru Jawa (sebutan Jawa).

Tradisi ini bermula dari penggabungan antara Kalender Saka dengan Kalender Hijriah menjadi Kalender Jawa oleh Sultan Agung di zaman pemerintahannya yakni pada tahun 1613-1645 M.

Tradisi Malam Satu Suro tentunya tidak terlepas dari mitos-mitos dan kepercayaan yang beredar di masyarakat.

Misalnya salah satu mitos dan kepercayaan yang beredar pada upacara Malam Satu Suro ialah mencari jalan keselamatan secara spiritual, dengan harapan jiwanya selamat dan memasuki alam transenden sesuai dengan yang diharapkan.

Harapan sebagai manusia untuk hidup dalam ketenangan, ketentraman bahkan damai sejahtera ini, dipercayai bahwa Sang Pencipta dapat memberikannya di malam tersebut. Tradisi Malam Satu Suro adalah perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |