Liputan6.com, Cilacap - Dalam khazanah keagamaan, terdapat banyak kisah inspiratif dan penuh hikmah yang dapat dijadikan pelajaran hidup. Salah satu kisah yang menarik dan sarat dengan pelajaran adalah Hikayat Sam’un al-Ghazi.
Sam’un ialah seorang Nabi yang saleh dan teguh dalam imannya dan sangat populer dengan kekuatannya yang tiada tandingannya di dunia.
Namun beliau harus menghadapi pengkhianatan dari orang terdekatnya sendiri, yakni istrinya. Istri Sam'un al-Ghazi begitu tergoda pemberian emas dan permata oleh sang Raja sehingga rela mencelakakan suaminya.
Hikayat Sam’un al-Ghazi adalah salah satu kisah Nabi yang penuh dengan pelajaran tentang kesetiaan, pengkhianatan dan godaan duniawi. Mari kita simak Hikayat Sam’un al-Ghazi yang penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga, disusun Rabu (11/6/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Toko dan Agen BRI (Brilink) di Cilacap Dirampok, 2 Luka Tembak 100 Juta Melayang (Video Amatir Warga)
Kisah Sam'un dalam Kitab Mukasyafatul Qulub
Mengutip lksaalfalahleces.net, diceritakan dalam kitab Muqasyafatul Qulub karya imam Al Ghazali, pada suatu malam di bulan Ramadan, Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Tiba-tiba seorang sahabat melihat Nabi Muhammad SAW tersenyum lalu bertanya,
"Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?"
Rasulullah menjawab,
"Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing kemudian masuk ke surga. Ada salah seorang nabi dengan membawa pedang, tidak memiliki pengikut satupun, masuk ke dalam surga. Dia adalah Sam'un."
Sam'un alias Samson alias Simson dalam bahasa ibrani merupakan salah seorang Nabi dalam ajaran agama Islam yang dikenal dengan nama Sam'un Ghozi Alaihi Salam.
Beliau adalah orang yang memiliki kekuatan super luar biasa dan tak terkalahkan. Allah Swt memberikan mukjizat kepada Nabi Sam'un yang bisa melunakkan besi, memutus rantai yang besar serta merobohkan istana.
Nabi Sam'un berasal dari Palestina tepatnya Ghaza atau Gaza. Beliau diutus berdakwah untuk kaum Bani Israil di tanah Romawi. Nabi Sam'un memiliki sebuah senjata mirip pedang yang terbuat dari rahang unta bernama Liha Jamal.
Konon ceritanya hanya dengan pedang tersebut, Nabi Sam'un telah membunuh ribuan kaum kafir. Ketika Nabi Sam'un haus, pedang itu dapat mengeluarkan air. Dan ketika beliau lapar, pedang itu bisa menumbuhkan daging.
Pada masa itu paganisme tumbuh begitu subur di kalangan Bani Israil. Semua orang menjadi penyembah berhala dan hanya mementingkan harta benda. Maka diutuslah Nabi Sam'un untuk menyampaikan risalah Allah Swt dengan penuh ketakwaan.
Dalam berdakwah, beliau selalu menyebut 'Laa ilaaha ilallah' artinya Tiada Tuhan Selain Allah. Namun karena begitu sesatnya mereka, hingga Nabi Sam'un tidak memiliki pengikut satu orangpun.
Hal itu tak menjadi masalah baginya. Dengan katangguhan dan kekuatan yang dimiliki, Nabi Sam'un terus menentang penguasa pada waktu itu bernama Raja Israil.
Pengkhianatan Istri Sam'un al-Ghazli
Nabi Sam'un Ghozi selalu memenangkan pertempuran melawan kaum kafir dan tidak pernah kalah. Kaum kafir sampai ketakutan dibuatnya. Hingga akhirnya Raja Israil memakai cara-cara licik untuk menaklukkan Nabi Sam'un.
Sang Raja mengadakan sayembara kepada siapa saja yang berhasil mengikat dan membawa Nabi Sam'un ke istana, maka akan diberikan imbalan emas dan permata yang sangat banyak.
Raja kemudian mempunyai ide untuk menawarkan hadiah kepada istri Nabi Sam'un.
Raja bertanya,
"Wahai istri Sam'un, apakah kamu mencintai suamimu?"
Sang istri menjawab,
"Tentu saja raja"
Kemudian Raja bertanya lagi,
"Kamu tahu kan bahwa suamimu membuat kita semuanya ketakutan"
Sang istri berkata,
"Tentu saya juga tahu itu Raja"
Raja lantas memberikan penawaran kepada istri Nabi Sam'un,
"Maukah kamu menaklukkan suamimu dan membawanya ke istana? Atas keberhasilanmu kelak akan diberikan imbalan berupa emas dan permata yang berlimpah."
Tergiur akan penawaran sang Raja, maka istri Nabi Sam'un pun menyanggupinya dan berkata,
"Baik Raja, saya siap."
Kemudian oleh Raja diberikanlah tali untuk mengikat tubuh Nabi Sam'un.
Percobaan di hari pertama, sang istri menunggu Nabi Sam'un yang sedang salat, namun karena terlalu lama akhirnya sang istri mengantuk hingga ketiduran.
Hari berikutnya ketika Nabi Sam'un sedang tertidur, sang istri kemudian mengikat badannya. Nabi Sam'un lantas terbangun dan bertanya,
"Wahai istriku, apakah engkau yang mengikat tubuhku?"
sang isrtri menjawab,
"Aku hanya mencoba seberapa kuatkah dirimu."
Kemudian tanpa kesulitan tali itu diputus Nabi Sam'un dan terlepas dari tubuhnya.
Percobaan ketiga pun menemui hal yang sama. Karena selalu tidak berhasil, akhirnya sang istri menggunakan strategi rayuan. Dia bertanya kepada Nabi Sam'un.
"Wahai suamiku, apakah gerangan yang bisa mengalahkanmu?"
Karena cinta dan sayangnya Nabi Sam'un kepada sang istri, beliau kemudian lantas menjawab,
"Ikatlah tubuhku dengan rambut-rambutku, maka itulah yang sebenarnya membuatku lemah."
Nabi Sam'un memiliki rambut yang sangat panjang hingga menyentuh tanah. Maka keesokan harinya sang istri pun mengikat tubuh Nabi Sam'un dengan potongan rambutnya sendiri.
Setelah lemah tak berdaya, sang istri mengabarkan kepada Raja Israil kemudian dibawalah tubuh Nabi Sam'un ke istana.
Disana beliau disiksa dan akan dibunuh secara perlahan. Kedua mata dibutakan, telinga, kaki dan tangannya pun dipotong.
Atas kejadian itu Allah Swt memerintahkan malaikat Jibril turun dan menemui Nabi Sam'un lalu bertanya,
"Apa yang engkau inginkan wahai nabiullah."
Nabi Sam'un menjawab,
"Saya minta ampun atas kesalahan yang seharusnya tidak saya beritahukan kepada siapapun termasuk istri saya. Dan saya meminta agar kekuatan saya dikembalikan hingga bisa menggerakkan tiang istana ini."
Seketika itu juga kekuatan Nabi Sam'un dikembalikan oleh Allah Swt, hingga beliau bisa menghancurkan tiang dan merobohkan istana. Reruntuhan istana menjatuhi masyarakat, sang Raja Israil dan bahkan istrinya sendiri, hanya Nabi Sam'un saja yang hidup.
Kemudian dikembalikan kedua kaki, tangan, telinga dan mata beliau. Nabi Sam'un kemudian bersumpah bahwa dia akan melawan kebatilan dan beribadah selama 1.000 bulan tanpa henti.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul