Lirik Assubhubada Lengkap Arab, Latin, dan Terjemahan: Pahami Juga Maknanya

2 months ago 21

Liputan6.com, Jakarta Sholawat merupakan salah satu cara umat Muslim untuk mengungkapkan cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Di antara banyaknya sholawat yang populer, terdapat sholawat yang dikenal dengan nama 'Assubhubada'. Assubhubada  adalah salah satu qasidah (syair pujian) yang sangat populer di kalangan Muslim, khususnya di dunia pesantren dan majelis-majelis shalawat. 

Dalam buku Qasidah dan Shalawat dalam Tradisi Islam Nusantara karya Dr. H.M. Nasir Tamara (Pustaka Al-Kautsar, 2021), disebutkan bahwa Assubhubada merupakan syair klasik dari tradisi sufi Syam (Suriah dan sekitarnya), yang ditulis untuk memperingati maulid Nabi.

Sholawat tidak hanya sekadar lantunan indah, tetapi juga memiliki makna yang mendalam. Liriknya memuat pujian atas sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW, keutamaan beliau sebagai utusan Allah, dan perannya sebagai rahmat bagi seluruh alam.  

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang lirik assubhubada dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Senin (7/7/2025).

Cawapres Gibran Rakabuming Raka menghadiri acara Sholawat Akbar di Jember, Jawa Timur. Kehadiran Gibran disambut meriah oleh puluhan ribu jemaah.

Lirik Assubhubada dalam Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya

Berikut adalah teks lirik Assubhubada  dalam bahasa Arab, Latin, dan terjemahannya:

  • Bahasa Arab: 

اَلصُّبْحُ بَدَا مِنْ طَلْعَتِهِ

وَاللَّيْلُ دَجَى مِنْ وَجْهِهِ

فَاقَ الرُّسُلَ فِي خَلْقٍ وَفِي خُلُقٍ

وَلَمْ يَدَانُوهُ فِي عِلْمٍ وَلَا كَرَمِ

  • Latin:

As-subḥu badā min ṭal‘atihi Wal-lailu dajā min wajhihi Fāqur-rusula fī khalqin wa fī khuluqin Wa lam yudānūhu fī ‘ilmin wa lā karamī

  • Terjemahan Bahasa Indonesia:

Fajar merekah dari pancaran wajahnya Malam menjadi terang oleh cahaya parasnya Ia mengungguli para rasul dalam ciptaan dan akhlaknya Tak ada yang mampu menyamainya dalam ilmu dan kemuliaan

Prof. Dr. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an (2005), menjelaskan bahwa pujian semacam ini adalah bentuk ekspresi mahabbah (cinta) yang lazim dalam tradisi Islam untuk memperkuat hubungan spiritual umat dengan Rasulullah ﷺ.

Dalam jurnal ilmiah "Estetika Qasidah dalam Tradisi Islam Klasik" oleh Dr. Abdul Mun’im (Jurnal Millah, UIN Syarif Hidayatullah, 2020), qasidah Assubhubada dikaji dari sisi linguistik dan estetika sastra Arab. Penelitian tersebut menekankan bahwa lirik Assubhubada ini menggunakan majas metafora untuk menggambarkan keagungan Rasulullah ﷺ secara halus namun dalam.

Dr. Mun’im menyimpulkan bahwa penggunaan diksi seperti as-subhu bada (fajar menyingsing) adalah simbolisasi atas kedatangan Nabi Muhammad sebagai pembawa cahaya petunjuk, sementara frasa wal-lailu daja min wajhihi mengisyaratkan bahwa kegelapan batin manusia tercerahkan oleh kehadiran beliau.

Memahami Makna Lirik Assubhubada

Dalam analisis linguistik yang dimuat dalam jurnal "Makna Simbolik Lirik Qasidah Assubhu Bada" oleh Nurhadi (IAIN Ponorogo, 2021), dijelaskan bahwa bait ini menggunakan bahasa simbolik dan metaforis untuk menggambarkan kehadiran Nabi Muhammad ﷺ sebagai cahaya dan pembawa petunjuk dalam kegelapan zaman jahiliah.

Sebagaimana disebutkan dalam arti liriknya dalam bahasa Indonesia:

  • Fajar merekah dari pancaran wajahnya
  • Malam menjadi terang oleh cahaya parasnya
  • Ia mengungguli para rasul dalam ciptaan dan akhlaknya
  • Tak ada yang mampu menyamainya dalam ilmu dan kemuliaan

Menurut kitab Al-Madih an-Nabawi oleh Imam Yusuf an-Nabhani, pujian dalam bentuk qasidah seperti "Assubhubada bukan hanya ekspresi estetika, melainkan juga manifestasi cinta rohani kepada Nabi Muhammad ﷺ yang lazim dalam tradisi tasawuf.

Bait-bait qasidah ini tidak dimaksudkan sebagai pengagungan yang berlebihan (ghuluw), tetapi sebagai bentuk tazhim atau penghormatan terhadap sosok yang diimani sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Disebutkan juga dalam buku Maqamat al-Inshad al-Dini oleh Dr. Imad al-Din Khalil (Dar al-Qalam, 1998), disebutkan bahwa "Assubhubada " biasa dibawakan dalam maqam Bayati, salah satu tangga nada khas musik Arab-Islami yang sering digunakan dalam qasidah dan bacaan Al-Qur’an. Maqam ini memberi nuansa hangat, haru, dan syahdu, sesuai dengan tema pujian terhadap Rasulullah SAW.

Dalam buku Balaghah: Ilmu Keindahan Bahasa Arab karya Dr. Fathurrahman Adnan (Pustaka Al-Kautsar, 2018), struktur lirik seperti "Assubhubada " dikategorikan menggunakan gaya isti’ârah (metafora) dan tasybih (simile), yang khas dalam syair Arab klasik. Penggunaan diksi "fajar" dan "malam" merujuk pada kondisi spiritual umat manusia sebelum dan setelah kenabian.

Qasidah ini juga termaktub dalam beberapa naskah klasik, seperti:

  • Diwan al-Madih an-Nabawi karya Imam al-Busiri, yang menyusun puji-pujian kepada Nabi.
  • Al-Maulid al-Barzanji, sebagai bagian dari syair-syair yang dibacakan dalam maulid Nabi di banyak negara Muslim, termasuk Indonesia.

Asal Usul Lirik Assubhubada

Assubhubada adalah salah satu qasidah Arab klasik yang populer di kalangan umat Muslim, terutama di dunia pesantren dan majelis-majelis maulid. Qasidah ini termasuk dalam jenis qasidah madihiyyah—yakni pujian terhadap Nabi Muhammad ﷺ.

Peristiwa Hijrah Nabi

Menurut riset dalam jurnal ilmiah "As-Subhu Bada: Analisis Lirik dan Fungsi Sosial Lagu Tradisi Islam" oleh Dr. Siti Lailatul Mufidah (Jurnal Al-Qalam UIN Sunan Ampel, 2021), asal lirik "Assubhubada " banyak dikaitkan dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Dalam versi ini, liriknya sering dianggap bagian dari syair "Thala‘al Badru ‘Alayna", meskipun berbeda secara teks dan nuansa.

Namun, lirik "Assubhubada  min Thala‘atihi" dalam versi populer sekarang tidak ditemukan dalam kitab maulid seperti Simtuddurar karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi atau Barzanji. Ini mengindikasikan bahwa lirik tersebut berasal dari tradisi lisan atau pengembangan sastra Islam pasca klasik.

Menurut jurnal "Tradisi Musik Religi di Nusantara" oleh Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra (UGM, 2018), "Assubhubada " masuk ke wilayah Indonesia melalui para ulama dan pedagang Arab yang membawa tradisi hadrah dan marhaban. Di berbagai pesantren, lagu ini diajarkan secara turun-temurun dan menjadi sarana edukatif sekaligus spiritual dalam membentuk kecintaan kepada Rasulullah.

Dipakai Acara Keagamaan

Menurut buku Qashidah Burdah: Antologi Sastra Islam Klasik karya Dr. Ahmad Munawar (Penerbit Pustaka Pesantren, 2019), lirik "Assubhubada " pertama kali dinisbahkan kepada seorang penyair sufi dari abad ke-10 Hijriyah. Namun, identitas asli penyusunnya masih menjadi perdebatan. Sebagian sumber menyebutnya sebagai bagian dari kumpulan pujian yang dibacakan dalam perayaan Maulid Nabi di wilayah Hijaz dan sekitarnya.

Lagu "Assubhubada adalah salah satu lagu qasidah atau nasyid yang sangat populer di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Lirik dan melodinya sering digunakan dalam pembukaan acara-acara keagamaan, maulid Nabi, dan pelajaran hadrah di pesantren. Akan tetapi, tidak banyak yang mengetahui asal usul dan latar sejarahnya secara ilmiah.

Dalam buku Qamus al-Insyad ad-Dini karya Dr. Ahmad al-Hilali (Dar al-Fikr, 2004), dijelaskan bahwa "Assubhubada berasal dari bentuk pujian (madah) yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Syair ini termasuk dalam kategori qasidah madihiyyah, yaitu syair yang mengandung pujian dan pengagungan terhadap Rasulullah.

Keutamaan Sholawat kepada Nabi

Sholawat adalah bentuk doa dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar (Dar al-Minhaj, 2008), sholawat berarti memohon rahmat dari Allah untuk Nabi serta keberkahan dan kedudukan mulia di sisi-Nya. Lafal sholawat yang paling utama adalah "Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad" sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis sahih.

Dalam kitab Fadhail al-A'mal karya Syaikh Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, disebutkan bahwa membaca sholawat merupakan amalan yang sangat dicintai Allah dan memiliki keutamaan luar biasa. Di antaranya:

  • Menghapus dosa dan mengangkat derajat Nabi bersabda: “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad)
  • Dapat syafaat Nabi di hari kiamat Dalam Musnad Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah yang paling banyak membaca sholawat kepadaku.”
  • Menjadi sebab doa dikabulkan Dalam Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam an-Nawawi menyebutkan bahwa para ulama sepakat menyarankan membuka dan menutup doa dengan sholawat karena hal itu mempercepat dikabulkannya permohonan.

Kitab Dalail al-Khayrat karya Imam al-Jazuli secara khusus menyusun kumpulan sholawat dan keutamaannya. Dalam pengantar kitab ini, al-Jazuli menyebutkan bahwa sholawat adalah wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada Allah serta membuka pintu rahmat.

QnA Seputar Assubhubada

1. Apa itu “Assubhubada” dan dari mana asalnya?

“Assubhubada” adalah nama populer untuk syair shalawat berjudul As-Subhu Bada min Thala’atihi, yang berarti “Pagi telah terbit dari sinarnya (Nabi).” Syair ini merupakan karya pujian kepada Rasulullah ﷺ yang banyak dilantunkan di pesantren, majelis maulid, dan hadrah di Nusantara.

2. Mengapa “Assubhubada” sering dibaca di pesantren?

Karena “Assubhubada” termasuk syair shalawat yang penuh rasa cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad ﷺ, serta sering dibaca untuk membuka majelis ilmu atau maulid, agar majelis tersebut penuh keberkahan dan menambah kecintaan kepada Rasulullah ﷺ.

3. Apakah membaca “Assubhubada” termasuk ibadah?

Membaca “Assubhubada” adalah bentuk pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Shalawat termasuk ibadah yang dianjurkan, sehingga membaca syair ini bisa menjadi sarana memperbanyak shalawat sekaligus mempererat rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ.

4. Apa makna mendalam dari syair “Assubhubada”?

Maknanya adalah menggambarkan keindahan dan keberkahan lahirnya Rasulullah ﷺ seperti terbitnya fajar, yang menghilangkan kegelapan dunia dengan cahaya petunjuk. Syair ini mengingatkan kita untuk menjadikan Nabi sebagai teladan dalam hidup.

5. Kenapa banyak orang merasa tenang saat mendengar “Assubhubada”?

Karena irama lembut dan liriknya yang penuh pujian kepada Nabi ﷺ membawa ketenangan hati, menumbuhkan cinta, serta menghadirkan suasana damai di hati pendengar. Banyak yang menjadikannya sebagai dzikir pagi agar hati lebih tenang sebelum beraktivitas.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |