Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam tidak asing lagi dengan ungkapan “Masya Allah”. Kalimat ini sering kali terdengar saat seseorang melihat hal-hal yang menakjubkan, indah, atau membanggakan. Misalnya saat melihat bayi yang lucu, hasil karya yang luar biasa, atau panorama alam yang mempesona, spontan orang-orang akan berkata, “Masya Allah!”
Namun, benarkah setiap kali kita mengucapkan “Masya Allah” itu sudah tepat konteksnya? Apakah kita memahami makna sebenarnya dari kalimat ini? Ternyata, meskipun sering digunakan, masih banyak dari kita yang belum sepenuhnya mengetahui arti dan penggunaan yang tepat dari ungkapan mulia ini.
Melalui artikel ini, Liputan6.com akan mengulas secara mendalam masya allah artinya apa dan konteks penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, Rabu (2/7/2025).
Seorang pemuda menaiki panggung dan langsung mengumandangkan azan magrib di pusat kota Munchen, Jerman. Warga di sekitar pun kagum akan suara azan si pemuda yang begitu merdu.
Arti Masya Allah
Kalimat “Masya Allah” ditulis dalam huruf Arab sebagai: ما شاء الله. Ungkapan ini berasal dari tiga kata: maa (ما), syaa’a (شاء), dan Allah (الله) yang jika diterjemahkan secara literal berarti: “Apa yang dikehendaki oleh Allah.”
Penafsiran kalimat ini dijelaskan dengan sangat jelas oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam kitab Tafsir Al-Qur’anul Karim surat Al-Kahfi. Beliau menyebutkan bahwa kalimat “Masya Allah” bisa memiliki dua makna tergantung pada struktur gramatikal (i’rab) dalam bahasa Arab:
Pertama, maa diartikan sebagai isim maushul (kata penghubung), sedangkan syaa Allah sebagai predikat. Subjeknya tersembunyi dalam kata hadzaa (هذا). Maka bentuk lengkap kalimat ini adalah:
/hadzaa maa syaa Allah/ هذا ما شاء الله
Artinya: “Inilah yang dikehendaki oleh Allah.”
Kedua, maa merupakan maa syarthiyyah (kata pengandaian), dan syaa Allah adalah kata kerja yang menjadi syarat. Jawaban dari syarat tersebut tersembunyi, yaitu kaana (كان). Maka bentuk lengkapnya menjadi:
ما شاء الله كان /maa syaa Allahu kaana
Artinya: “Apa yang dikehendaki oleh Allah, maka itulah yang akan terjadi.”
Dengan demikian, para ulama menyimpulkan bahwa ungkapan Masya Allah mengandung makna pengakuan atas kehendak Allah SWT terhadap segala sesuatu yang terjadi. Ucapan ini mencerminkan keimanan seorang Muslim bahwa segala keindahan, keberhasilan, atau kejadian luar biasa tidak lain adalah karena kehendak Allah SWT.
Kapan Masya Allah Diucapkan? Ini Konteks yang Tepat
Ucapan Masya Allah dianjurkan untuk diucapkan ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan, membanggakan, atau luar biasa, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Ucapan ini menjadi bentuk dzikir yang menunjukkan kekaguman sekaligus pengakuan atas kuasa Allah.
Hal ini merujuk kepada firman Allah dalam Surat Al-Kahfi ayat 39:
وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Artinya: "Dan mengapa kamu tidak mengatakan ketika kamu memasuki kebunmu: 'Masya Allah, laa quwwata illa billah' (Apa yang dikehendaki Allah; tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)?" (QS. Al-Kahfi: 39)
Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam Fatawa Nurun ‘alad Darbi no. 39905 menjelaskan bahwa disyariatkan bagi orang beriman untuk mengucapkan “Masya Allah” atau “Barakallahu fiik” ketika melihat sesuatu yang menakjubkan, sebagai bentuk pujian kepada Allah dan permohonan agar keberkahan menyertainya.
Lebih lanjut, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda kepada Amir bin Rabi’ah RA:
“Mengapa kamu tidak berdoa untuk mendapatkan keberkahan saat menyaksikan sesuatu yang menakjubkan itu?” (HR. Ahmad)
Dengan demikian, pengucapan “Masya Allah” tidak hanya sekadar ekspresi kekaguman, tetapi juga sebagai bentuk doa dan pengakuan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak dan kuasa Allah.
Perbedaan Masya Allah dan Subhanallah
Sebagian orang masih sering mencampuradukkan penggunaan Masya Allah dan Subhanallah. Padahal, keduanya memiliki makna dan konteks yang berbeda.
Masya Allah digunakan saat melihat hal-hal yang indah atau menakjubkan sebagai pengakuan bahwa itu terjadi karena kehendak Allah.
Subhanallah artinya “Maha Suci Allah” dan biasanya diucapkan ketika melihat atau mendengar hal yang buruk atau menyedihkan, sebagai ungkapan keheranan atau keprihatinan terhadap sesuatu yang tidak semestinya terjadi.
Contoh:
Melihat pemandangan alam yang indah: “Masya Allah, indah sekali ciptaan-Nya.”
Melihat berita tentang bencana: “Subhanallah, semoga Allah melindungi mereka.”
FAQ Seputar Ungkapan Masya Allah
1. Apakah boleh mengucapkan Masya Allah untuk diri sendiri?
Ya, boleh. Jika seseorang merasa kagum dengan pencapaian atau kenikmatan yang ia miliki, dia disyariatkan untuk mengucapkan “Masya Allah” sebagai bentuk pengakuan bahwa semua itu berasal dari Allah SWT.
2. Apakah Masya Allah sama dengan Tabarakallah?
Tidak sama, meskipun sering digunakan berdampingan. “Masya Allah” menekankan pada kehendak Allah atas suatu kejadian, sementara “Tabarakallah” berarti “Maha Berkah Allah”, yang merupakan doa agar sesuatu diberkahi.
3. Apakah Masya Allah hanya boleh diucapkan oleh Muslim?
Ungkapan ini merupakan bagian dari dzikir dan pengakuan iman kepada Allah, sehingga umumnya diucapkan oleh umat Islam. Namun, tidak menutup kemungkinan orang non-Muslim menggunakannya sebagai bentuk rasa hormat terhadap budaya Islam.
4. Apakah ada waktu atau tempat khusus untuk mengucapkan Masya Allah?
Tidak ada batasan waktu atau tempat tertentu. Namun, kalimat ini dianjurkan diucapkan saat melihat sesuatu yang mengagumkan, baik secara spontan maupun dalam doa.
5. Apa bahayanya jika tidak mengucapkan Masya Allah ketika melihat hal yang menakjubkan?
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa rasa iri atau kekaguman yang tidak diiringi doa seperti “Masya Allah” dapat menyebabkan ‘ain (pandangan yang menimbulkan keburukan). Oleh karena itu, disarankan untuk mengucapkan “Masya Allah” sebagai bentuk penjagaan diri dan penghormatan terhadap nikmat Allah SWT.