Liputan6.com, Jakarta - Festival dunia sering kali membutakan pandangan tentang hakikat kehidupan. Gedung pencakar langit, kendaraan mewah, dan harta melimpah membuat banyak orang terbuai dalam keindahan semu yang bersifat sementara. Misalnya, rumah mewah.
Di tengah fenomena ini, pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan umat untuk sesekali menengok hakikat tempat kembali manusia—yakni kematian dan alam kubur. Menurutnya, rumah sejati bukanlah yang terlihat megah di dunia, tetapi yang akan ditempati selamanya kelak setelah meninggal.
Seruan ini disampaikan dalam sebuah ceramah yang sarat renungan dan peringatan. UAH mengajak umat untuk muhasabah, introspeksi, menakar seberapa siap mereka menghadapi alam kubur, serta bagaimana nasib tempat tinggal akhir itu kelak.
UAH menyampaikan pesan tersebut dalam video ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @HamzaH-23-mei, Sabtu (05/07/2025). Dalam tayangan tersebut, ia mengurai korelasi antara amal ibadah di dunia dan tempat peristirahatan kelak.
“Kalau Anda yakin akan pulang, kita yakin akan meninggal, harusnya punya persiapan,” ujar UAH mengawali pesan yang disampaikan secara mendalam.
Simak Video Pilihan Ini:
Geger Buaya Salah Masuk Permukiman
Sesekali Baca Al-Qur'an tentang Hisab
Menurutnya, sangat penting untuk sesekali membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang hisab, ancaman, dan kondisi kuburan. Tujuannya agar hati tidak larut dalam kecintaan terhadap dunia semata.
Ia mengajak para pendengar untuk tidak hanya takjub pada rumah-rumah mewah dan kemegahan duniawi, tetapi juga bertanya pada diri sendiri, “Kira-kira rumah Anda di kuburan tuh sama terangnya enggak? Sama luasnya enggak?”
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kubur hanyalah tempat menunggu. Belum dimulai hisab dan penghitungan amal. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadapi fase itu.
Persiapan tersebut, kata UAH, adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah. Sholat yang benar, bacaan Al-Qur’an yang baik, zakat yang ditunaikan dengan jujur, serta akhlak yang luhur dalam bertutur kata, mendengar, memandang, dan berpikir.
Semua itu akan menjadi poin-poin amal yang dibawa pulang sebagai bekal menuju akhirat. Poin amal itu kelak akan dihisab dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Impian Banyak Orang, Surga
UAH juga menyinggung tentang impian banyak orang yang ingin masuk ke surga, khususnya surga Firdaus. Ia mengingatkan bahwa surga adalah tempat yang hanya bisa dimasuki dengan rahmat Allah dan hasil usaha nyata selama hidup di dunia.
“Surga adalah bentuk apresiasi dari pekerjaan kita saat di bumi, mengusung misi ibadah,” tuturnya.
Dalam ceramah itu, ia merujuk pada Surah Ar-Rahman ayat 74. Ayat tersebut menggambarkan bagaimana surga dipenuhi kenikmatan yang belum pernah disentuh oleh manusia sebelumnya, sebagai bentuk balasan dari ibadah yang benar.
UAH juga mengaitkan antara keikhlasan ibadah di dunia dengan kemudahan hisab di akhirat. Orang yang lurus dalam ibadahnya, menurutnya, akan mendapatkan kedamaian saat masuk ke surga.
Damai di surga, kata UAH, diawali dari hati yang damai di dunia, yakni hati yang tidak diperbudak dunia, tetapi mengarahkan hidup sepenuhnya kepada Allah.
Ia menutup ceramah dengan mengajak jamaah untuk tidak terlalu terlena oleh kenikmatan duniawi, karena hidup ini hanyalah persinggahan. “Yang utama adalah bagaimana nanti tempat pulang kita. Sudah siapkah rumah di sana?” pungkasnya penuh makna.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul