Idul Fitri bukan sekadar momen untuk bergembira setelah sebulan berpuasa, namun juga kesempatan untuk menghidupkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa syukur dan pengagungan kepada Allah SWT. Berbagai amalan sunnah yang dilakukan pada hari raya ini bertujuan untuk menyempurnakan ibadah serta menghidupkan syiar Islam dalam suasana penuh suka cita.
Berikut adalah sunnah-sunnah yang dianjurkan saat Idul Fitri.
1. Mandi dan Menyucikan Diri
Disunnahkan bagi setiap Muslim untuk mandi sebelum berangkat shalat Idul Fitri, sebagaimana riwayat dari Ibnu Abbas RA:
"Rasulullah SAW biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha." (HR. Ibnu Hibban)
Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga kebersihan dan tampil dalam keadaan suci untuk menyambut hari raya. Mandi ini dianjurkan dilakukan setelah fajar dan sebelum berangkat ke tempat shalat.
2. Berhias dan Memakai Pakaian Terbaik
Memakai pakaian terbaik adalah bagian dari sunnah Rasulullah SAW saat Idul Fitri. Ini termasuk memakai baju terbaik (tidak harus baru), memakai wewangian, dan merapikan diri.
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Nabi SAW keluar untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha dengan memakai pakaian terbaiknya."
Namun perlu diingat, khusus bagi perempuan, berhias tetap harus sesuai syariat: tidak menampakkan aurat dan tidak memikat perhatian laki-laki yang bukan mahramnya. (Lihat: Asna al-Mathalib, Juz 1, hal. 281 oleh Syekh Zakariyya al-Anshari)
3. Makan Sebelum Shalat Idul Fitri
Berbeda dari Idul Adha, di hari Idul Fitri disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat, agar jelas bahwa puasa Ramadhan telah berakhir.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA:
"Rasulullah SAW tidak keluar (untuk shalat Idul Fitri) sebelum beliau makan beberapa butir kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah ganjil." (HR. Bukhari dan Ahmad)
Ini menjadi tanda kebahagiaan karena telah selesai menunaikan puasa, dan menunjukkan bahwa pada hari tersebut diharamkan berpuasa.
4. Bertakbir di Malam dan Pagi Hari Raya
Takbir adalah syiar khas Idul Fitri. Dianjurkan mulai dari malam terakhir Ramadhan hingga shalat Id dimulai, berdasarkan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 185:
"Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangan (puasa Ramadhan) dan hendaklah kamu bertakbir memuji Allah atas petunjuk-Nya..."
Ada dua jenis takbir:
- Takbir mursal (bebas): sejak malam 1 Syawal hingga sebelum shalat.
- Takbir muqayyad (terikat): biasanya dilakukan setelah shalat (meski dalam Idul Fitri pendapat paling kuat menyebut tidak dilakukan setelah shalat Id, kecuali di Idul Adha).
Disunnahkan untuk berjalan kaki ke tempat pelaksanaan shalat Id, apabila mampu. Hal ini menunjukkan kerendahan hati dan semangat menyambut hari kemenangan.
Dari Jabir bin Abdullah RA:
"Nabi SAW jika hari raya Id, beliau melewati jalan yang berbeda saat pergi dan pulang." (HR. Bukhari)
Tujuannya adalah untuk memperbanyak silaturahmi dan menebarkan salam serta syiar Islam kepada lebih banyak orang.
6. Mengambil Jalan yang Berbeda Saat Pergi dan Pulang
Sebagaimana disebutkan dalam hadits sebelumnya, disunnahkan mengambil jalan berbeda saat berangkat dan pulang dari tempat shalat Id. Hal ini mengandung makna:
- Menampakkan syiar Islam.
- Menambah pahala dengan menyaksikan lebih banyak orang.
- Menyebarkan salam kepada lebih banyak umat.
7. Mendengarkan Khutbah Idul Fitri
Meskipun tidak wajib, disunnahkan untuk tetap mendengarkan khutbah Idul Fitri setelah shalat, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW.
Dari Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah:
"Sunnahnya adalah seorang imam berkhutbah dua kali pada shalat Hari Raya, dan memisahkan antara keduanya dengan duduk." (HR. Asy-Syafi’i)
Khutbah ini biasanya berisi pesan-pesan tentang makna hari raya, pentingnya silaturahmi, serta menjaga semangat ibadah pasca-Ramadhan.
8. Memberi Ucapan Selamat (Tahniah)
Memberikan ucapan selamat seperti "Taqabbalallahu minna wa minkum" atau "Minal Aidin wal Faizin" adalah kebiasaan yang dilakukan sejak zaman sahabat, dan diperbolehkan bahkan disunnahkan menurut banyak ulama.
Dalam kitab Sunan al-Baihaqi, Imam Baihaqi mencantumkan beberapa riwayat tentang ucapan tahniah hari raya. Meskipun sanadnya lemah, kumpulan riwayat itu bisa dijadikan dalil dalam masalah fadhailul a'mal (keutamaan amal).
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami menyimpulkan bahwa tahniah hukumnya syar’i dan tidak bid’ah.
9. Mengunjungi Sahabat dan Sanak Keluarga
Menjaga silaturahmi adalah bagian dari sunnah Rasulullah SAW di hari raya. Beliau mengunjungi sahabat-sahabatnya dan saling mendoakan.
Bahkan Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menemaninya menyaksikan pertunjukan tombak dan tameng, menunjukkan bolehnya bergembira dan menikmati hiburan yang tidak melanggar syariat saat hari raya. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim)
10. Menampakkan Kebahagiaan dan Keceriaan
Hari raya adalah hari gembira. Maka, menampakkan kegembiraan, saling berbagi hadiah, saling memberi makanan, dan menghiasi rumah termasuk bagian dari sunnah.
Sebagaimana disebutkan dalam buku How Did the Prophet & His Companions Celebrate Eid?, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita, namun tetap dalam koridor syariat.