13 Tradisi Unik Maulid Nabi 2025 di Berbagai Daerah Indonesia, Penuh Makna dan Kekayaan Budaya

2 months ago 31

Liputan6.com, Jakarta Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Momen ini menjadi bentuk rasa cinta dan penghormatan atas kelahiran Rasulullah, serta sarana untuk memperdalam pemahaman terhadap ajaran dan teladan beliau.

Di Indonesia, Maulid Nabi juga menjadi ajang untuk memperkuat nilai-nilai sosial dan keagamaan melalui berbagai kegiatan keislaman yang bersifat edukatif dan spiritual. Kekayaan budaya dan tradisi yang beragam di Nusantara melahirkan cara unik dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di setiap daerahnya, mencerminkan keberagaman adat dan kearifan lokal.

Pada tahun 2025, Maulid Nabi akan kembali diperingati sebagai hari libur nasional, memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk melaksanakan berbagai aktivitas, mulai dari pengajian akbar hingga tradisi khas daerah. Peringatan Maulid Nabi pada tahun 2025 akan berlangsung pada hari Jumat, tepatnya tanggal 5 September 2025, berdasarkan kalender Hijriah yang telah disepakati oleh pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU), sementara Muhammadiyah menetapkannya pada Kamis, 4 September 2025. Kementerian Agama juga telah menyiapkan program 'Blissful Mawlid 1447 Hijriah' dengan berbagai kegiatan berdampak positif.

Maulud Nabi biasanya dirayakan dengan  tradisi unik maulid nabi 2025 di berbagai daerah. Berikut beberapa di antaranya, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (30/8/2025).

1. Grebeg Maulud: Simbol Kemakmuran di Jawa

Grebeg Maulud merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan pada 12 Rabiul Awal, menjadi salah satu ciri khas masyarakat Pulau Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Perayaan ini meliputi doa bersama dan upacara persembahan kepada Allah SWT, menjadikannya salah satu perayaan Maulid Nabi yang paling megah di Indonesia.

Dalam tradisi Grebeg Maulud, nasi gunungan yang berisi hasil bumi seperti buah, sayur, dan makanan khas diarak bersama Sultan dan para tokoh agama dari keraton menuju Masjid Agung dan Sekaten atau pasar malam. Gunungan-gunungan ini melambangkan kemakmuran dan berkah yang melimpah bagi masyarakat.

Setelah didoakan secara khidmat, gunungan tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat yang hadir. Warga percaya bahwa membawa pulang isi gunungan akan mendatangkan keberuntungan dan rezeki dalam kehidupan mereka.

2. Baayun Maulid: Mengayun Doa di Kalimantan Selatan

Di Kalimantan Selatan, masyarakat Banjar memiliki tradisi Baayun Maulid yang unik, yaitu mengayun bayi atau anak sebagai ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini menekankan kasih sayang dan doa bagi anak-anak, menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini.

Sambil mengayun, mereka membaca syair maulid yang penuh makna dan pujian kepada Nabi. Tradisi ini menjadi momen penting untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada generasi muda melalui sejarah dan kisah kehidupan Rasulullah.

Baayun Maulid juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan di antara masyarakat Banjar. Tradisi ini sekaligus melestarikan budaya lokal yang kental dengan nuansa Islami, menunjukkan harmoni antara adat dan agama.

3. Endog-endogan: Telur Hias Penuh Harapan di Banyuwangi

Di Banyuwangi, anak-anak turut berpartisipasi dalam tradisi Endog-endogan dengan membawa telur hias yang telah dihias sedemikian rupa. Tradisi ini telah ada sejak tahun 1926 dan menggunakan ribuan telur itik yang dihias dan diarak sambil bershalawat.

Telur hias tersebut melambangkan harapan dan pembelajaran bagi generasi penerus yang tangguh dan berakhlak mulia. Filosofi di balik tradisi ini adalah Islam, Iman, dan Ihsan, yang menjadi landasan spiritual bagi anak-anak.

Tradisi Endog-endogan biasanya diiringi dengan lomba dan kegiatan edukatif lainnya. Hal ini menjadikannya momen yang menyenangkan sekaligus mendidik bagi anak-anak untuk mengenal dan mencintai Rasulullah sejak usia dini.

4. Bunga Lado / Bungo Lado: Pohon Uang untuk Kebaikan di Minangkabau

Di Padang dan Bukittinggi, Sumatera Barat, terdapat tradisi Bunga Lado atau Bungo Lado. Tradisi ini berupa pohon hias yang berdaun uang kertas berbagai nominal, disusun menyerupai bunga yang indah.

Pohon hias ini disumbangkan oleh warga daerah dan perantau, yang hasilnya akan digunakan untuk pembangunan rumah ibadah seperti masjid atau mushola. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kepedulian sosial masyarakat yang tinggi.

Bungo Lado merupakan persembahan meriah yang dihias sebagai simbol cinta dan semangat kepada Nabi. Tradisi ini mempererat ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan kesadaran spiritual umat melalui aksi nyata.

5. Kirab Ampyang: Berbagi Berkah di Loram Kulon

Di Desa Loram Kulon, Jawa Tengah, terdapat tradisi Kirab Ampyang yang unik dan penuh kebersamaan. Tradisi ini melibatkan penyajian makanan yang dihias dengan ampyang (kerupuk nasi) dan nasi, menunjukkan kreativitas lokal.

Makanan yang telah dihias tersebut kemudian diarak keliling desa sebelum dibagikan kepada warga yang antusias. Kirab Ampyang menjadi bagian penting dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di daerah tersebut.

Tradisi ini menunjukkan semangat berbagi dan kebersamaan di antara masyarakat. Kirab Ampyang sekaligus melestarikan warisan budaya lokal dalam memperingati hari kelahiran Nabi dengan cara yang meriah.

6. Maudu Lompoa: Pesta Perahu Pinisi di Sulawesi Selatan

Di Desa Cikoang, Sulawesi Selatan, masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan Maudu Lompoa atau Maulid Akbar. Perayaan puncak Maulid Nabi ini melibatkan pengarakan replika perahu pinisi yang dihiasi kain sarung di tepi sungai.

Replika perahu pinisi tersebut dihias dengan beraneka ragam kain sarung dan dipamerkan di tepi sungai, menciptakan pemandangan yang spektakuler. Perayaan ini diselenggarakan bahkan lebih ramai daripada hari raya Idul Fitri, menunjukkan antusiasme warga.

Maudu Lompoa juga dilengkapi dengan seni musik tradisional Gandra Bulo yang mengiringi sepanjang perayaan. Tradisi ini menjadi perpaduan antara nilai-nilai keagamaan dan kekayaan budaya lokal Sulawesi Selatan yang memukau.

7. Rolasan: Gotong Royong Kuliner di Kebumen

Desa Pejengkolan, Kabupaten Kebumen, memiliki tradisi Rolasan setiap 12 Rabiul Awal yang menguatkan kebersamaan. Warga berkumpul membawa makanan tradisional seperti nasi gilig, ayam panggang, opak, dan pisang, yang disajikan secara bersama.

Tradisi ini menekankan semangat gotong royong, kekompakan, dan rasa kebersamaan di masyarakat pedesaan. Rolasan menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, menciptakan ikatan sosial yang kuat.

Melalui tradisi ini, masyarakat tidak hanya merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai luhur seperti kebersamaan dan solidaritas yang diajarkan dalam Islam, menjadikannya perayaan yang bermakna ganda.

8. Gerantung: Bunyi Syukur di Lombok Utara

Tradisi Gerantung berasal dari Dasan Beleq, Lombok Utara, yang menampilkan kekhasan budaya lokal. Dalam perayaan Maulid Nabi, alat musik tradisional suku Dayak yang disebut gerantung, terbuat dari logam campuran, dibunyikan.

Suara gerantung biasanya terdengar selama lebih dari 24 jam tanpa henti hingga pergantian 12 Rabiul Awal. Ini adalah bentuk syukur dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, menciptakan suasana yang sakral namun meriah.

Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat lokal mengintegrasikan unsur budaya mereka dalam perayaan keagamaan. Hal ini menciptakan suasana yang meriah dan penuh makna, memperkaya khazanah tradisi Maulid Nabi di Indonesia.

9. Badikia dan Malamang: Zikir dan Kuliner di Pariaman

Desa Sungai Pasak, Kota Pariaman, merayakan Maulid Nabi dengan tradisi Badikia (berzikir) dan Malamang (pembuatan Lamang). Badikia menciptakan suasana religius dengan lantunan zikir yang khusyuk dan penuh penghayatan.

Sementara itu, Lamang digunakan sebagai hidangan untuk Labai yang Badikia dan tamu yang hadir. Lamang adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan dan santan, dimasak dalam bambu, memberikan cita rasa khas.

Tradisi ini memadukan kegiatan spiritual dengan kebersamaan sosial melalui hidangan khas. Badikia dan Malamang memperkuat ikatan antarwarga dalam merayakan Maulid Nabi, menciptakan harmoni antara ibadah dan silaturahmi.

10. Membuat Ketupat: Simbol Persatuan di Sampang, Madura

Di Sampang, Madura, masyarakat merayakan Maulid dengan membuat ketupat dari daun kelapa secara gotong royong. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara massal, melibatkan banyak warga.

Ketupat yang sudah jadi kemudian dibagikan ke pondok pesantren setelah mengadakan upacara Maulid, mengumandangkan shalawat, dan berdoa. Tradisi ini melambangkan kebersamaan dan keberkahan yang ingin dibagi.

Pembuatan ketupat secara massal ini juga menjadi simbol persatuan dan gotong royong di kalangan masyarakat Madura. Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan dalam menyambut hari kelahiran Rasulullah.

11. Keresen: Berebut Berkah di Mojokerto

Di Dusun Mengelo, Mojokerto, terdapat tradisi Keresen yang menarik perhatian banyak orang. Dalam tradisi ini, warga berebut hasil bumi dan pakaian yang dipasang di Pohon Keres, menciptakan suasana gembira.

Pohon Keres ini menyimbolkan kelahiran Nabi Muhammad yang membawa berkah dan kebaikan bagi seluruh alam. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri yang penuh kegembiraan dan antusiasme.

Keresen tidak hanya menjadi ajang perebutan berkah, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan kegembiraan masyarakat. Ini adalah cara unik dalam memperingati Maulid Nabi, penuh dengan keceriaan.

12. Sebar Udikan: Kedermawanan di Madiun

Warga Dusun Sukarejo, Madiun, melakukan tradisi Sebar Udikan sebagai bentuk syukur dan berbagi. Tradisi ini melibatkan penyebaran uang koin warisan nenek moyang di halaman rumah warga, menarik perhatian.

Nilai uang yang disebar bisa mencapai belasan juta rupiah, menunjukkan kedermawanan masyarakat. Sebar Udikan menjadi simbol kemurahan hati dan berbagi rezeki kepada sesama, terutama yang membutuhkan.

Tradisi ini menunjukkan kedermawanan masyarakat dan keyakinan akan keberkahan yang datang bersama peringatan Maulid Nabi. Ini adalah cara yang indah untuk merayakan dengan berbagi kebahagiaan.

13. Rebu’en: Kegembiraan di Probolinggo

Di Desa Sologodek, Probolinggo, masyarakat memperingati Maulid dengan menggantungkan berbagai makanan dan peralatan salat di langit-langit mushola atau masjid. Hiasan ini menambah semarak perayaan.

Setelah berselawat, peserta kemudian bersaing untuk mendapatkan barang-barang yang digantung tersebut. Tradisi ini menciptakan suasana yang meriah dan penuh semangat, disukai oleh anak-anak dan dewasa.

Rebu'en menjadi ajang kebersamaan dan kegembiraan, di mana masyarakat dapat berinteraksi dan berbagi kebahagiaan. Ini adalah cara yang unik dan menyenangkan dalam merayakan Maulid Nabi.

Melestarikan Makna Maulid Nabi 2025 dengan Kearifan Lokal

Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah kesempatan emas untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan, sekaligus melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Dengan memahami dan berpartisipasi dalam tradisi unik Maulid Nabi 2025 di berbagai daerah, kita dapat merasakan makna yang lebih dalam dari peringatan ini.

Ada beberapa tips untuk merayakan Maulid Nabi dengan kearifan lokal. Kita dapat menghadiri acara tradisi Maulid Nabi di daerah terdekat, seperti Grebeg Maulud di Yogyakarta atau Kirab Ampyang di Jawa Tengah. Mengikuti acara ini secara langsung akan memberikan pengalaman tak terlupakan dan memperkaya pemahaman budaya lokal.

Penting juga untuk memahami makna di balik setiap tradisi untuk menghargai budaya lokal yang terkandung di dalamnya. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang sering menjadi bagian dari perayaan, seperti sedekah atau pembagian makanan, juga sangat dianjurkan. Terakhir, membagikan momen perayaan di media sosial dengan caption yang edukatif dapat turut serta dalam melestarikan dan memperkenalkan tradisi ini kepada khalayak yang lebih luas.

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya dan religiusitas yang harmonis. Perayaan ini tidak hanya seremonial, tetapi juga sarat dengan nilai edukasi, sosial, dan spiritual, menunjukkan bahwa Islam di Nusantara dapat berinteraksi dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensi ajarannya. Oleh karena itu, mari jaga dan lestarikan tradisi unik Maulid Nabi 2025 di berbagai daerah ini sebagai warisan budaya bangsa yang berharga, sekaligus sebagai wujud cinta dan penghormatan kita kepada Nabi Muhammad SAW.

FAQ

Q: Apa itu tradisi Maulid Nabi?

A: Tradisi Maulid Nabi adalah cara unik masyarakat di berbagai daerah merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, seringkali dipadukan dengan unsur budaya lokal sebagai bentuk cinta dan penghormatan.

Q: Mengapa tradisi Maulid Nabi berbeda-beda di setiap daerah?

A: Karena Indonesia memiliki keragaman budaya yang kaya, setiap daerah mengadaptasi perayaan Maulid Nabi dengan ciri khasnya masing-masing, menciptakan ragam tradisi lokal yang sarat makna.

Q: Apakah tradisi Maulid Nabi sesuai dengan ajaran Islam?

A: Sebagian besar ulama mengizinkan perayaan Maulid selama tidak melanggar prinsip agama dan dilaksanakan dengan niat baik, dianggap sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.

Q: Di mana bisa menyaksikan tradisi unik Maulid Nabi?

A: Beberapa tempat terkenal adalah Yogyakarta (Grebeg Maulud), Madura (Buro’an), Banyuwangi (Endog-endogan), dan Sumatera Barat (Bungo Lado).

Q: Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi daerah-daerah tersebut saat Maulid Nabi?

A: Peringatan Maulid Nabi pada tahun 2025 jatuh pada hari Jumat, 5 September 2025, menurut pemerintah dan NU. Namun, disarankan memeriksa jadwal acara di masing-masing daerah karena beberapa tradisi mungkin berlangsung beberapa hari.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |