14 Dalil Zina Dalam Al-Qur'an dan Hadis, Simak Penjelasan Para Ulama

6 days ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Pengertian zina (bahasa Arab: الزنا, translit. Az-Zinā) secara umum adalah hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan sah, dengan istilah fiqh: al-wath’u fī al-farj bi ghayri ḥaqqin. Dalam Islam, perbuatan zina sangat dilarang. Sebagai dasar rujukan hukum dan pengetahuan, penting bagi seorang muslim untuk mengetahui dalil zina di dalam Al-Qur'an maupun hadis.

Zina dipahami sebagai hubungan seksual di luar perkawinan yang sah menurut hukum Islam. Dikutip dari Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar (2020) dan juga beberapa buku panduan fikih lain, dalam Islam, ada dua jenis zina. Yakni, zina muhshan (dilakukan oleh yang sudah menikah) dan ghairu muhshan (yang belum menikah), dengan konsekuensi hukum berbeda.

Dalam Buku Pengantar Hukum Islam, Hasbi Ash-Shiddieqy menjelaskan, zina adalah perbuatan keji berupa persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan yang sah menurut syariat. Oleh karena itu, dilarang melakukan perbuatan yang mendekati zina.

Cukup banyak dalil tentang zina di dalam Al-Qur'an dan hadis. Berikut rangkumannya.

Dalil Zina dalam Al-Qur’an

Hukum berzina, larangan hingga dampak berzina disebut di dalam Al-Qur'an. Berikut ini 4 dalil zina di dalam Al-Qur'an.

1. QS. Al-Isrā’ ayat 32

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَىٰ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Latin: Wa lā taqrabū az-zinā, innahū kāna fāḥisyatan wa sā`a sabīlā

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Dalam Tafsir al-Ṭabarī (Jāmi‘ al-Bayān), Imam al-Ṭabarī menjelaskan larangan bukan hanya zina, tetapi segala sebab yang mendekatkannya (khalwat, syahwat)

Dalam Al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, Wahbah al-Zuhaili menjelaskan tafsir hukum dari ayat ini, dikaitkan dengan fikih jinayah. Sementara, dalam Jurnal Akademik: Robi’ah dkk. (2025),  menjelaskan QS. Al-Isrā’ 32 dengan merujuk Tafsir Al-Azhar, menekankan kontrol moral dan pendidikan agama.

2. QS. An-Nūr ayat 2

ٱلزَّانِيَةُ وَٱلزَّانِي فَٱجْلِدُوا كُلَّ وَٰحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Latin: Az-zāniyatu waz-zānī fajlidū kulla wāḥidin minhumā mi’ata jaldah, wa lā ta’khudz-kum bihimā ra’fatun fī dīnillāhi in kuntum tu’minūna billāhi wal-yaumil-ākhir, walyasy-had ‘azābahumā ṭā`ifatun minal-mu’minīn

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan mencegah kamu untuk (menjalankan) hukum Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat; dan hendaklah hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang mukmin.”

Dalam Tafsir al-Qurṭubī (al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān), Imam al-Qurṭubī menjelaskan ayat ini adalah dasar hudud zina: dera 100 kali untuk ghairu muḥṣan, rajam untuk muḥṣan dengan dalil hadis.

Sementara, dalam buku Hukum Pidana Islam (Jinayah), Ahmad Wardi Muslich membahas hudud zina dalam konteks hukum pidana Islam modern, yang membedakan hukuman bagi muḥṣan dan ghairu muḥṣan. Ini juga menjadi alasan kenapa hukuman untuk zina keras.

3. QS. An-Nūr ayat 3

ٱلزَّانِي لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً ۖ وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ

Latin: Az-zānī lā yankiḥu illā zāniyatan aw musyrikah, waz-zāniyatu lā yankiḥuhā illā zānīn aw musyrik, wa ḥurrima dzālika ‘alal-mu’minīn

Artinya: “Laki-laki pezina tidak mengawini melainkan perempuan pezina atau perempuan musyrik; dan perempuan pezina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin.”

Dalam Kitab Tafsir al-Bayḍāwī (Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl), al-Bayḍāwī menegaskan zina adalah kehinaan, sehingga pasangan yang pantas bagi pezina hanyalah sesamanya. Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan, ayat ini peringatan keras agar masyarakat Islam menjaga kemurnian rumah tangga.

4. QS. Al-Furqan Ayat 68

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ

Latin: Wal-lażīna lā yad‘ūna ma‘allāhi ilāhan ākhara wa lā yaqtulūnan nafsal-latī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqqi wa lā yaznūn(a), wa may yaf‘al żālika yalqa aṡāmā(n).

Artinya: Dan, orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain, tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Siapa yang melakukan demikian itu niscaya mendapat dosa.

Di dalam tafsir tahlili Kementerian Agama, hak setiap warga masyarakat akan terpelihara dengan baik sehingga mereka benar-benar dapat menikmati keamanan dan ketenteraman. Dengan memelihara dirinya dari perbuatan zina akan bersihlah dirinya dari kekotoran dan bersih pula masyarakat dari keonaran dan kekacauan nasab yang menimbulkan berbagai kesulitan dan ketidakstabilan.

Sehubungan dengan hal ini, dalam sebuah hadis Nabi saw dijelaskan, yang artinya:

‘Abdullāh bin Mas’ūd berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Dosa apakah yang paling besar?’ Rasulullah menjawab, ‘Engkau menjadikan tandingan bagi Allah padahal Dia yang menciptakan kamu.’ Aku bertanya pula, ‘Dosa apakah lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Dosa membunuh anakmu karena takut (miskin) karena dia akan makan bersamamu.’ Kemudian aku bertanya lagi, ‘Dosa apakah lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Dosa berzina dengan istri tetanggamu.’ Allah menurunkan ayat ini untuk membenarkan sabda Nabi Muhammad.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim).

Dalil Zina dalam Hadis

1. Larangan Mendekati Zina

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبَهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ أَوْ يُكَذِّبُهُ.(رواه البخاري ومسلم)

Latin: ‘An Abī Hurairata raḍiyallāhu ‘anhu, qāla: Qāla Rasūlullāhi ﷺ:Inna Allāha kataba ‘alā ibni Ādama naṣībahu mina az-zinā, mudrikun dzālika lā maḥālah. Fa-zinā al-‘ayni an-naẓar, wa-zinā al-lisāni al-manṭiq, wa-n-nafsu tamannā wa tashtahī, wa al-farju yuṣaddiqu dzālika kullahu aw yukadzdzibuhu.

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam bagian dari zina yang pasti akan mengenainya, tidak bisa tidak. Maka zina mata adalah memandang, zina lisan adalah berbicara, hati berangan-angan dan berhasrat, sedangkan kemaluanlah yang membenarkan semuanya itu atau mendustakannya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Tercatat dalam Shahih Muslim no. 2657. Di dalam Kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi menjelaskan, bahwa zina tidak hanya perbuatan fisik, tapi juga pandangan, lisan, dan hati.

2. Hukuman Cambuk bagi Ghairu Muhshan

الْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَنَفْيُ سَنَةٍ.

Latin: Al-bikru bil-bikri jald mi’ah wa nafyu sanah.

Artinya: “Perawan dengan perawan (berzina) hukumannya seratus kali cambuk dan diasingkan selama satu tahun.” (Shahih Muslim no. 1690).

Dalam Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq menjelaskan, ini adalah dalil untuk hukuman hudud bagi pezina yang belum menikah.

3. Hukuman Rajam bagi Pelaku Zina Muhshan

الثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ.

Latin: Ath-thayyibu bith-thayyibi jald mi’ah war-rajmu.

Artinya: “Yang sudah menikah dengan yang sudah menikah (berzina), hukumannya seratus kali cambuk dan rajam (sampai mati).” (Shahih Muslim no. 1690).

Dalam Kitab Al-Muwaththa’ – Imam Malik memberi penjelasan mengenai hukum rajam untuk pezina muhsan. Hukuman rajam ditetapkan untuk menjaga kesucian pernikahan.

Bunyi hadis lengkap untuk dalil di atas adalah:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:خُذُوا عَنِّي، خُذُوا عَنِّي، قَدْ جَعَلَ اللهُ لَهُنَّ سَبِيلًا، الْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَنَفْيُ سَنَةٍ، وَالثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ.

Latin: ‘An ‘Ubādah bin aṣ-Ṣāmit raḍiyallāhu ‘anhu qāla: Qāla Rasūlullāhi ﷺ:Khudzū ‘annī, khudzū ‘annī, qad ja‘ala Allāhu lahunna sabīlan, al-bikru bil-bikri jaldun mi’atin wa nafyu sanah, wa ats-tsayyibu bil-tsayyibi jaldun mi’atin war-rajmu.

Artinya: Dari ‘Ubādah bin aṣ-Ṣāmit radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:“Ambillah (hukum ini) dariku, ambillah dariku. Sungguh Allah telah menetapkan jalan (hukum) bagi mereka: seorang bujang dengan bujang (berzina) hukumannya seratus kali dera dan diasingkan selama satu tahun; sedangkan yang sudah menikah dengan yang sudah menikah hukumannya seratus kali dera dan rajam.”(HR. Muslim)

Shahih Muslim no. 1690. Dalam Buku Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq menjelaskan, hukuman hudud bagi pezina yang belum menikah. Sedangkan yang sudah menikah (zina mukhsan) hukumannya seratus kali dera dan rajam.

4. Hadis Rajam Yahudi

4. Hadis Rajam Yahudi (nonmuslim)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ رَجَمَ رَجُلًا يَهُودِيًّا وَامْرَأَةً يَهُودِيَّةً زَنَيَا

Latin: ‘An ‘Abdillāh bin ‘Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, anna Rasūlallāhi ﷺ rajama rajulan yahūdiyyan wamra’atan yahūdiyyatan zanayā.

Artinya: Dari Abdullah bin Umar radhiyallāhu ‘anhumā:“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ merajam seorang laki-laki Yahudi dan seorang perempuan Yahudi yang keduanya telah berzina.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini tercatat dalam Shahih Bukhari no. 6819 dan Shahih Muslim no. 1699. Dalam Kitab Ahkamul Qur’an, al-Jassas memberi penjelasan, rajam berlaku adil bagi Muslim maupun non-Muslim.

5. Hadis tentang Ma’iz al-Aslami

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:جَاءَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي زَنَيْتُ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ، فَقَالَ ذَلِكَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَرُجِمَ.

Latin: ‘An Abī Hurairata raḍiyallāhu ‘anhu qāla:Jā’a Ma‘iz bin Mālikin ilā an-Nabiyyi ﷺ faqāla: Yā Rasūlallāh, innī zanaitu. Fa-a‘raḍa ‘anhu, faqāla dzālika arba‘a marrāt, fa-amara bihi Rasūlullāhi ﷺ farujima.

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:“Ma‘iz bin Malik datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina. Maka beliau berpaling darinya. Ia mengulanginya sampai empat kali. Lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan (hukuman) kepadanya, maka ia pun dirajam.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini tercatat dalam Shahih Muslim no. 1695. Dalam Kitab Subulus Salam, Ash-Shan’ani menjelaskan, rajam dilaksanakan setelah pengakuan berulang kali.

6. Hadis tentang Al-Ghamidiyyah

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:أَنَّ امْرَأَةً مِنَ الْغَامِدِيَّةِ أَتَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتْ: إِنِّي زَنَيْتُ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَرْجِعَ حَتَّى تَلِدَ، ثُمَّ حَتَّى تُفْطِمَ وَلَدَهَا، ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ.

Latin: ‘An ‘Imrān bin Ḥuṣain raḍiyallāhu ‘anhu qāla:Anna imra’atan mina al-Ghāmidiyyah atati an-Nabiyya ﷺ faqālat: Innī zanaitu. Fa-amarahā an tarji‘a ḥattā talida, thumma ḥattā tufṭima waladahā, thumma amara bihā farujimat.

Artinya: Dari Imran bin Husain radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata:“Seorang wanita dari (suku) Ghamidiyah datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata: Sesungguhnya aku telah berzina. Maka beliau memerintahkannya untuk kembali hingga ia melahirkan. Kemudian hingga ia menyapih anaknya. Setelah itu beliau memerintahkan (hukuman atasnya), maka wanita itu pun dirajam.” (Shahih Muslim no. 1696).

Dalam Kitab Al-Mughni karya Ibnu Qudamah dan Bulughul Maram karya Ibnu Hajar, penjelasan hadis ini ditekankan bahwa hukuman hudud tidak menghalangi hak anak.

7. Hadis Zina Membawa Kehancuran

7. Hadis Zina Membawa Kehancuran

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللَّهِ.

Latin: ‘Ani Ibni ‘Abbāsin raḍiyallāhu ‘anhumā, qāla Rasūlullāhi ﷺ:Idzā ẓahara az-zinā war-ribā fī qaryah, faqad aḥallū bi-anfusihim ‘adzāballāh.

Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:“Apabila zina dan riba telah tampak di suatu negeri, maka sungguh penduduknya telah mengundang azab Allah atas diri mereka sendiri.”(HR. Thabrani dalam al-Mu‘jam al-Awsaṭ, al-Hakim mengatakan sanadnya sahih)

Dalam Jami‘ Bayan al-‘Ilm,  Ibn Abdil Barr menjelaskan, zina dan riba adalah sebab turunnya azab.

8. Hadis: Zina Merusak Iman

Arab

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ.

Latin: Lā yaznī az-zānī ḥīna yaznī wahuwa mu’min.

Artinya: “Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan ia berzina, melainkan ia sedang tidak beriman.”(Shahih Bukhari no. 2475. Shahih Muslim no. 57).

Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi memberi penjelasan Iman hilang saat melakukan zina, namun tidak keluar dari Islam.

9. Hadis: Zina Membawa Kefakiran

إِيَّاكُمْ وَالزِّنَا، فَإِنَّهُ فِيهِ أَرْبَعُ خِصَالٍ: يَذْهَبُ الْبَهَاءُ مِنَ الْوَجْهِ، وَيَقْطَعُ الرِّزْقَ، وَيُسْخِطُ الرَّبَّ، وَيُخَلِّدُ فِي النَّارِ.

Latin: Iyyākum waz-zinā, fa-innahu fīhi arba‘u khiṣāl: yadhhabu al-bahā’u minal-wajh, wa yaqṭa‘ur-rizq, wa yuskhiṭur-Rabb, wa yukhallidu fin-nār.

Artinya: “Hindarilah zina, karena di dalamnya ada empat hal: menghilangkan cahaya dari wajah, memutus rezeki, membuat murka Allah, dan mengekalkan dalam neraka.” (Diriwayatkan Thabrani dalam al-Kabir).

Dalam Kanzul ‘Ummal, Al-Muttaqi al-Hindi memberi penjelasan zina bukan hanya dosa, tapi membawa kehinaan dunia-akhirat.

10. Hadis: Zina Salah Satu Dosa Besar

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:«اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: «الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ».(رواه البخاري ومسلم)

Latin: ‘‘An Abī Hurairata raḍiyallāhu ‘anhu qāla: Qāla Rasūlullāhi ﷺ:“Ijtanibū as-sab‘a al-mūbiqāt.” Qālū: Yā Rasūlallāh, wa mā hunna? Qāla: “Asy-syirku billāh, was-siḥru, wa qatlu an-nafsi allatī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqq, wa aklu ar-ribā, wa aklu māli al-yatīm, wat-tawallī yawma az-zaḥf, wa qadhfu al-muḥṣanāti al-ghāfilāti al-mu’mināt.”

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan.” Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “(1) Syirik kepada Allah, (2) Sihir, (3) Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, (4) Memakan riba, (5) Memakan harta anak yatim, (6) Lari dari medan perang, dan (7) Menuduh wanita-wanita mukminah yang baik-baik lagi lengah dengan tuduhan zina.” (Shahih Bukhari no. 2766. Shahih Muslim no. 89).

Dalam Kitab Al-Kaba’ir, Adz-Dzahabi memberi penjelasan: Zina masuk kategori dosa besar yang membinasakan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:«اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: «الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ».(رواه البخاري ومسلم)

People also Ask:

1. "وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى"? Apa arti ayat ini

wa lâ taqrabuz-zinâ innahû kâna fâḫisyah, wa sâ'a sabîlâ

Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.

2. Apa dalil tentang zina?

Dalil larangan zina terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 32 yang menegaskan bahwa mendekati zina adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk. Selain itu, terdapat juga hadis yang menjelaskan dosa zina, termasuk hadis yang menyebutkan pelaku zina akan dirajam jika sudah menikah, serta hadis tentang tanda-tanda kiamat yang salah satunya adalah banyaknya orang berzina secara terang-terangan.

3. Apa isi surah dari QS Al Isra (17 ): 32?

Isi kandungan utama Surat Al-Isra' ayat 32 adalah larangan tegas untuk mendekati zina, karena zina adalah perbuatan keji yang sangat buruk, membawa banyak kerusakan, dan akan mendatangkan azab Allah SWT. Larangan ini tidak hanya mencakup perbuatan zina itu sendiri, tetapi juga segala aktivitas yang bisa mengarahkan seseorang kepada zina, seperti berpacaran, memandang lawan jenis dengan syahwat, serta pergaulan bebas.

4. Apa arti surat Al-Isra ayat 32?

Surat Al Isra ayat 32 artinya "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk". Ayat ini adalah larangan tegas untuk tidak melakukan zina, yang tidak hanya berarti larangan melakukan perbuatan zina itu sendiri, tetapi juga segala sesuatu yang dapat mengarahkan pada zina, seperti pergaulan bebas, karena perbuatan tersebut dianggap keji dan merupakan jalan yang sangat buruk bagi manusia.

Sumber Referensi:

  • Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar (2020)
  • Buku Pengantar Hukum Islam, Hasbi Ash-Shiddieqy
  • qur'an.kemenag.go.id
  • Tafsir al-Ṭabarī (Jāmi‘ al-Bayān), Imam al-Ṭabarī
  • Al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh, Wahbah al-Zuhaili
  • Jurnal Akademik: Robi’ah dkk. (2025)
  • Tafsir al-Qurṭubī (al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān), Imam al-Qurṭubī
  • buku Hukum Pidana Islam (Jinayah), Ahmad Wardi Muslich
  • Kitab Tafsir al-Bayḍāwī (Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl), al-Bayḍāwī
  • Kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi
  • Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq
  • Kitab Ahkamul Qur’an, al-Jassas
  • Kitab Al-Mughni, Ibnu Qudamah
  • Bulughul Maram, Ibnu Hajar
  • Jami‘ Bayan al-‘Ilm, Ibn Abdil Barr
  • Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi
  • Kanzul ‘Ummal, Al-Muttaqi al-Hindi
  • Kitab Al-Kaba’ir, Adz-Dzahabi
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |