Liputan6.com, Jakarta - Ada beberapa amalan yang disunnahkan menjelang dan sesudah Sholat Idul Adha. Salah satunya adalah mengumandangkan takbir. Oleh karena itu, penting bagi muslim untuk mengetahui lafadz takbir Idul Adha yang benar.
Hukum mengumandangkan takbir adalah sunah muakad, yang artinya sunnah yang dianjurkan. Rasulullah SAW dan para sahabatnya sendiri telah melakukannya sebagai contoh bagi umat Muslim setelah mereka. Salah satu dalil yang jadi rujukan yaitu Al-Qur'an Surat al-Hajj ayat 28, yang artinya:
“(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. Al-Hajj: 28).
Ayat ini juga menjadi panduan mengenai berapa hari takbir Idul Adha dikumandangkan. Berikut ini adalah ulasan mengenai lafadz takbir Idul Adha, tata cara hingga waktu yang dianjurkan.
1. Takbir Dibaca Tiga Kali
Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab menjelaskan, lafadz takbir di hari raya. Takbir tersebut dibaca tiga kali.
1. Takbir
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar.
Artinya: Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar.
Lazimnya, masyarakat kemudian mengulang dengan jumlah tak ditentukan.
2. Takbir yang Lazim Dibaca Masyarakat
Imam An-Nawawi menjelaskan terdapat lafal takbir yang lazim dan bahkan sering dibaca atau dikumandangkan masyarakat. Lafal ini tidak masalah dan cukup baik untuk dibaca.
Berikut lafalnya:
.اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ. لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu. Artinya: Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.
3. Takbir Ditambah Bacaan Dzikir
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menambahkan zikir di dalam lafal takbir yang dikumandangkan di bukit Shafa.
Berikut lafal lengkapnya:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar.
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya: Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar.
Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.
Demikian tiga lafadz takbir Idul Adha yang bisa dikumandangkan.
Waktu Tepat Mengumandangkan Takbir Idul Adha
Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'i dalam Fathul Qarib al-Mujib menjelaskan, takbir momentum hari raya Id terbagi menjadi dua macam, yaitu mursal dan muqayyad.
1. Takbir Mursal/Mutlak
Takbir mursal sunnah dilakukan setiap waktu, di mana pun dan dalam keadaan apapun. Baik saat di rumah, bepergian, di jalan, masjid, pasar, dan seterusnya. Waktu melakukan takbir mursal dimulai dari terbenamnya matahari malam 'id hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat 'id.
Saat Idul Adha, takbir ini baik dibacakan pada malam 10 Dzulhijjah hingga usai shalat fardhu selama hari tasyriq (11,12, 13 Dzulhijah).
2. Takbir Muqayyad
Takbir muqayyad merupakan takbir yang pelaksanaannya hanya saat mengiringi sholat dan setelah melaksanakan sholat, baik fardhu maupun sunnah. Waktu pembacaannya adalah sejak setelah sembahyang subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).
Senada, Syekh Ibrahim Al Bajuri menjelaskan bahwa takbir pada Hari Raya Idul Adha menyandang dua istilah sekaligus yakni mursal dan muqayyad, karena dibaca sejak malam Id hingga hari tasyriq terakhir.
Dengan demikian, waktu pelaksanaan takbir Idul Adha mulai dari tanggal 9 (hari arafah), 10 (Hari Idul Adha), 11,12 dan 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik).
Takbir Awal Dzulhijjah
Muhammad Abduh Tuasikal dalam buku Amalan Awal Dzulhijjah hingga Hari Tasyrik menjelaskan, takbir terdiri dari dua macam, yaitu takbir muthlaq (tanpa dikaitkan dengan waktu tertentu) dan takbir muqoyyad (dikaitkan dengan waktu tertentu).
- Takbir awal Dzulhijjah bersifat muthlaq, artinya tidak dikaitkan pada waktu dan tempat tertentu. Jadi boleh dilakukan di mana saja dan kapanpun, seperti di pasar, masjid, atau saat berjalan. Takbir tersebut dilakukan dengan mengeraskan suara khusus bagi laki-laki.
- Ada juga takbir yang sifatnya muqoyyad, artinya dikaitkan dengan waktu tertentu yaitu dilakukan setelah salat wajib berjamaah. Takbir muqoyyad bagi orang yang tidak berhaji dilakukan mulai dari salat Subuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu Ashar pada hari tasyrik yang terakhir.
- Adapun bagi orang yang berhaji dimulai dari salat Zhuhur hari nahr (10 Dzulhijjah) hingga hari tasyrik yang terakhir.
Senada, dalam fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Takbir Hari Raya (Majalah Suara Muhammadiyah No. 23 tahun ke-89/2004) via tarjih.or.id, ada dua jenis takbir untuk menyambut hari raya Idul Adha. Takbir yang pertama adalah takbir yang bersifat umum, dilaksanakan mulai dari tanggal 1-10 bulan Zulhijjah karena keutamaan dari 10 hari tersebut.
Sedangkan takbir yang kedua bersifat khusus. Awal dimulainya takbir tersebut adalah pada waktu subuh di hari Arafah (9 Zulhijjah), dan kami belum menemukan dalil baik dari Nabi saw maupun para sahabat yang memulai takbir pada waktu maghrib di hari Nahar (10 Zulhijjah).
Meski demikian, bagi yang hendak melaksanakan takbiran pada malam hari nahar (tanggal 10 Zulhijjah) itu boleh-boleh saja karena ketika itu telah masuk waktu takbir hari raya Idul Adha.
Keutamaan Takbir Idul Adha dan Dzulhijjah
Memperbanyak bacaan takbir di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Berikut adalah beberapa keutamaan tersebut:
1. Menghidupkan Sunnah
Memperbanyak bacaan takbir pada hari-hari ini adalah salah satu bentuk menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Beliau sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak zikir, termasuk takbir, pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
2. Mendapat Pahala Besar
Setiap bacaan takbir, tasbih, dan tahmid yang diucapkan pada hari-hari ini akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Ini karena sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah waktu yang sangat mulia di sisi Allah SWT.
3. Meningkatkan Ketaqwaan
Dengan memperbanyak takbir, seorang Muslim dapat meningkatkan rasa takut dan taqwanya kepada Allah SWT. Ini adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan memperkuat iman.
4. Menyempurnakan Ibadah Haji
Bagi yang melaksanakan ibadah haji, memperbanyak takbir adalah salah satu cara untuk menyempurnakan ibadah mereka. Takbir juga merupakan bagian dari ritual haji, terutama pada Hari Raya Idul Adha.
5. Menghapus Dosa
Dzikir, termasuk takbir, adalah salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kecil. Dengan memperbanyak takbir, seorang Muslim dapat memohon ampunan dari Allah SWT dan membersihkan diri dari dosa.
6. Mengingat Kebesaran Allah
Takbir adalah bentuk pengakuan akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Dengan memperbanyak bacaan ini, seorang Muslim senantiasa mengingat kebesaran Allah dalam setiap aspek kehidupannya.
Amalan yang Dianjurkan di Bulan Dzulhijjah
Takbir hanyalah salah satu dari sejumlah amalan yang dianjurkan pada bulan Dzulhijjah, berikut di antaranya:
1. Puasa Sunah di Hari Arafah
Puasa sunah di hari Arafah sangat dianjurkan bagi umat Muslim. Puasa ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Amalan ini memiliki keutamaan besar, karena Rasulullah telah bersabda bahwa puasa di hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa dari tahun sebelumnya dan juga tahun yang akan datang.
2. Perbanyak Dzikir
Selama bulan Dzulhijjah, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk memperbanyak dzikir. Dzikir adalah salah satu cara untuk memperbanyak pengingat akan kebesaran Allah SWT. Dengan mengingat dan menyebut nama-Nya, hati akan menjadi tenang dan terjaga dari godaan serta kelalaian.3. Berhaji Jika Mampu:Bagi umat Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan memiliki kesempatan, berhaji adalah amalan yang sangat dianjurkan. Berhaji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan sekali seumur hidup bagi yang mampu. Dengan berhaji, umat Muslim bisa mendapatkan pahala yang besar serta mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW.
4. Memperbanyak Sedekah dan Amal Saleh
Selama bulan Dzulhijjah, umat Muslim juga dianjurkan untuk melaksanakan sedekah dan amal saleh. Melakukan kebaikan dan berbagi kepada sesama merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan pahala. Sedekah juga dapat membantu meringankan beban orang lain yang membutuhkan.
5. Melaksanakan Salat Idul Adha
Salah satu amalan yang dianjurkan pada bulan Dzulhijjah adalah melaksanakan salat Idul Adha. Salat Idul Adha merupakan salat yang dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah penyembelihan hewan kurban. Salat ini menjadi wajib bagi umat Muslim yang tidak sedang melakukan ibadah haji.
6. Menyembelih Hewan Kurban
Salah satu amalan yang paling khas pada bulan Dzulhijjah adalah menyembelih hewan kurban. Ibadah ini dilakukan sebagai wujud pengorbanan kepada Allah SWT dan mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS. Daging hewan kurban tersebut kemudian dibagikan kepada yang membutuhkan sebagai bentuk kepedulian dan keberkahan.
People also Ask
1. Bagaimana lirik takbiran Idul Adha?
Bacaan Takbiran Idul Adha Versi Panjang
La ilaha illallāhu, wa Allāhu akbar, Allāhu akbar wa lillahi al-hamdu. Allāhu akbar kabīran, wa l-hamdu lillāhi kathīran, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā. Lā ilaha illallāhu wahdahu, shadaqa wa'dahu, wa nashara 'abdahu, wa a'azza jundahu, wa hazamal ahzāba wahdah.
2. Bagaimana lafadz takbiran?
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu. Artinya: Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tidak ada tuhan selain Allah. Dia-lah yang Maha Besar
3. Bagaimana bacaan takbir sholat Idul Adha?
Tata Cara Sholat Idul Adha
Membaca Doa Iftitah. Pada rakaat pertama takbir 7x dan disela-sela takbir membaca “Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaaha illallah wallahu akbar.
4. Bagaimana lirik takbiran lengkap?
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na'budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Sumber Referensi:
- QS Al-Hajj: 28
- Kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Imam An-Nawawi
- HR Muslim
- Fathul Qarib al-Mujib, Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'i
- Hasyiah Al-Bajuri, Syekh Ibrahim Al Bajuri
- Buku Amalan Awal Dzulhijjah hingga Hari Tasyrik, Muhammad Abduh Tuasikal
- Majalah Suara Muhammadiyah No. 23 tahun ke-89/2004
- tarjih.or.id
- nu.or.id