Liputan6.com, Jakarta - Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai pelopor dakwah Islam di Pulau Jawa pada abad ke-14. Metode dakwah Sunan Gresik yang dilakukan dengan bijaksana berhasil menarik simpati masyarakat Jawa.
Dalam menyebarkan agama Islam, beliau menggunakan pendekatan yang tidak memaksa dan menghormati budaya lokal. Metode dakwah yang ia terapkan kemudian menjadi inspirasi bagi para Wali Songo lainnya dalam melanjutkan misi islamisasi di tanah Jawa.
Melansir dari Jurnal Suluk: Bahasa, Sastra, dan Budaya yang ditulis oleh Syarifah Wardah el Firdausy (2019), Syaikh Maulana Malik Ibrahim menggunakan metode dakwah yang tidak langsung mengajak masyarakat setempat untuk belajar Islam, melainkan sebelumnya beliau menyebarkan agama Islam melalui jalur pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (28/8/2025).
Metode Dakwah Sunan Gresik
Metode dakwah Sunan Gresik merujuk pada cara-cara yang digunakan oleh Maulana Malik Ibrahim dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah Gresik dan sekitarnya pada abad ke-14. Pendekatan yang dilakukan bersifat damai, bijaksana, dan menghormati tradisi lokal yang sudah ada sebelumnya.
Berbeda dengan penyebaran agama melalui kekerasan atau paksaan, Sunan Gresik memilih jalur yang lebih humanis dan kultural. Beliau memahami bahwa untuk mengubah keyakinan masyarakat yang sudah berakar kuat memerlukan pendekatan yang halus dan bertahap. Strategi ini terbukti efektif karena mampu menarik perhatian dan simpati masyarakat Jawa yang saat itu masih menganut kepercayaan Hindu-Buddha.
Mengutip dari buku Sejarah Islam Nusantara karya Rizem Aizid, Sunan Gresik diyakini sebagai Wali Songo pertama yang menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan menggunakan pendekatan yang bijaksana dan strategi yang tepat. Ia dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan ramah tamah kepada semua orang, baik yang seagama maupun yang berbeda keyakinan.
Keunikan metode dakwah Sunan Gresik terletak pada kemampuannya mengintegrasikan ajaran Islam dengan budaya lokal tanpa menghilangkan esensi dari kedua belah pihak. Pendekatan ini mencerminkan prinsip Islam yang rahmatan lil alamiin atau rahmat bagi semesta alam. Melalui cara ini, Islam tidak dipandang sebagai ancaman bagi tatanan sosial yang sudah ada, melainkan sebagai pelengkap dan penyempurna.
Strategi Dakwah Melalui Perdagangan
1. Pendekatan Ekonomi sebagai Pintu Masuk
Sunan Gresik memulai dakwahnya dengan berprofesi sebagai pedagang di pelabuhan terbuka yang sekarang dikenal sebagai Desa Romo, Manyar. Melalui kegiatan perdagangan, beliau dapat berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat dari pedagang kecil hingga bangsawan.
2. Membangun Kepercayaan Melalui Integritas
Dalam berdagang, Sunan Gresik selalu menunjukkan kejujuran dan integritas yang tinggi. Sikap ini membuatnya dipercaya oleh masyarakat setempat dan bahkan oleh Raja Majapahit yang kemudian mengangkatnya sebagai Syahbandar atau kepala pelabuhan di Gresik.
3. Networking dengan Penguasa Lokal
Keberhasilan dalam dunia perdagangan membuka jalan bagi Sunan Gresik untuk menjalin hubungan dengan penguasa lokal. Raja Majapahit memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik yang kini dikenal sebagai Desa Gapura setelah melihat kecakapan dan kebijaksanaan beliau.
4. Dakwah Tanpa Paksaan
Melalui jabatan sebagai Syahbandar, Sunan Gresik mendapat izin dari Raja Majapahit untuk menyebarkan agama Islam kepada siapa saja yang mau. Pendekatan ini menunjukkan bahwa dakwah dilakukan tanpa paksaan dan dengan persetujuan penguasa setempat.
5. Memanfaatkan Jaringan Perdagangan
Pelabuhan Gresik yang menjadi pusat perdagangan internasional memberikan kesempatan bagi Sunan Gresik untuk bertemu dengan pedagang dari berbagai daerah. Jaringan ini kemudian dimanfaatkan untuk menyebarluaskan ajaran Islam ke wilayah yang lebih luas.
Melansir dari Babad Gresik I yang dikutip Soekarman (1990), Syaikh Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama Islam sambil berdagang agar tidak terlalu menyolok dan agar orang Jawa tidak kaget dengan ajaran baru yang dibawanya.
Pendekatan Sosial dan Budaya
Metode dakwah Sunan Gresik sangat memperhatikan aspek sosial dan budaya masyarakat Jawa. Beliau tidak secara frontal menentang tradisi yang sudah ada, melainkan berusaha memahami dan menghormati adat istiadat setempat. Pendekatan ini membutuhkan waktu lebih lama, namun hasilnya lebih mengakar dan bertahan lama.
Sunan Gresik menunjukkan sifat-sifat mulia seperti ramah tamah, kasih sayang, dan suka menolong dalam pergaulan sehari-hari dengan masyarakat.
Melalui pendekatan pribadi ini, beliau berhasil menarik perhatian masyarakat yang kemudian menjadi dekat dengannya dan menghormatinya. Bahkan, banyak dari mereka yang akhirnya memeluk Islam dengan sukarela setelah melihat budi pekerti luhur yang ditunjukkan.
Dalam memahami masyarakat Jawa, Sunan Gresik juga mempelajari bahasa Jawa, mengenal adat istiadat setempat, dan belajar memahami kehidupan masyarakat termasuk mata pencaharian dan pandangan hidup mereka. Ini menunjukkan keseriusan beliau dalam memahami budaya lokal sebelum melakukan dakwah. Pendekatan ini mencegah terjadinya kesalahpahaman yang bisa menyebabkan penolakan dari masyarakat.
Mengutip dari sdn32.bimakota.sch.id, Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim menggunakan pendekatan yang sesuai dengan budaya dan tradisi lokal. Dia menghargai adat istiadat masyarakat setempat dan tidak memaksakan perubahan secara drastis, sehingga berhasil mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dakwah Melalui Pelayanan Sosial
- Keahlian di Bidang Pertanian
Sunan Gresik dikenal sebagai ahli pertanian yang membantu masyarakat meningkatkan hasil panen. Beliau memperkenalkan teknik pertanian yang lebih maju dan sistem irigasi yang efisien. Bahkan disebutkan bahwa beliau adalah orang pertama yang mengusulkan untuk mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian masyarakat.
- Praktik Pengobatan Tradisional
Selain mahir dalam pertanian, Sunan Gresik juga dikenal mampu menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan ramuan dari daun-daunan tertentu. Dalam praktik pengobatannya, beliau tidak memungut biaya sepeser pun dan dengan ikhlas membantu masyarakat yang sakit dan membutuhkan kesembuhan.
- Bantuan kepada Fakir Miskin
Sunan Gresik aktif memberikan bantuan kepada kaum fakir miskin dan dhuafa. Kegiatan sosial ini menumbuhkan rasa simpati dan keterikatan masyarakat kepada ajaran Islam yang dibawanya. Melalui pelayanan sosial yang nyata, masyarakat dapat merasakan langsung kebaikan ajaran Islam.
- Membangun Infrastruktur Sosial
Beliau juga terlibat dalam pembangunan berbagai fasilitas sosial yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya berupa penyampaian ajaran agama secara verbal, tetapi juga melalui tindakan nyata yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
- Pendekatan Holistik terhadap Kebutuhan Manusia
Metode dakwah Sunan Gresik mencakup pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, hingga spiritual. Pendekatan holistik ini membuat masyarakat merasakan bahwa Islam adalah agama yang peduli terhadap seluruh aspek kehidupan manusia.
Berdasarkan Jurnal Suluk (2019), Sunan Gresik tidak langsung mengajak masyarakat setempat untuk belajar Islam di pesantren beliau, melainkan sebelumnya menyebarkan agama Islam melalui jalur pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti mengajarkan sholat istisqa ketika masyarakat mengalami kekeringan.
Pendirian Lembaga Pendidikan Islam
Sunan Gresik tercatat sebagai pelopor pendirian pesantren di tanah Jawa, yang merupakan adaptasi dari sistem pendidikan biara dan asrama yang digunakan oleh para pendeta dan biksu dalam agama Buddha. Inovasi ini menunjukkan kecerdasan beliau dalam mengadopsi sistem pendidikan yang sudah familiar bagi masyarakat Jawa sambil mengisinya dengan konten ajaran Islam.
Pesantren yang didirikan oleh Sunan Gresik berfungsi sebagai pusat pendidikan agama sekaligus tempat pembinaan kader-kader pemimpin Islam.
Di sinilah para santri dibekali dengan ilmu agama yang mendalam serta akhlak mulia yang nantinya akan mereka terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sistem pendidikan pesantren ini kemudian menjadi model bagi para Wali Songo lainnya dalam mendirikan lembaga pendidikan Islam di berbagai daerah.
Selain pesantren, Sunan Gresik juga mendirikan masjid pertama di Desa Pasucinan, Leran, Manyar sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Muslim. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan pendidikan masyarakat. Di masjid inilah berbagai kegiatan dakwah dan pembinaan umat dilaksanakan secara rutin.
Dikutip dari Babad Gresik I karya Soekarman (1990), setelah didirikannya masjid di Desa Pasucinan tersebut, Gresik semakin lama semakin menjadi besar dan semakin banyak orang yang masuk agama Islam. Hal ini menunjukkan efektivitas lembaga pendidikan dan keagamaan dalam mendukung penyebaran Islam.
Warisan dan Pengaruh Metode Dakwah
Metode dakwah yang dikembangkan oleh Sunan Gresik memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pola penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Pendekatan yang damai, bijaksana, dan menghormati budaya lokal menjadi ciri khas dakwah Wali Songo secara keseluruhan. Model ini kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh para wali lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah dakwah mereka masing-masing.
Keberhasilan metode dakwah Sunan Gresik dapat dilihat dari bertahannya Islam di Jawa hingga saat ini dengan karakteristik yang khas, yaitu Islam yang toleran dan akomodatif terhadap budaya lokal.
Hal ini berbeda dengan pola islamisasi di beberapa wilayah lain yang cenderung menghapus tradisi lokal secara total. Model dakwah Sunan Gresik membuktikan bahwa Islam dan budaya lokal dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Sistem pendidikan pesantren yang dirintis oleh Sunan Gresik berkembang menjadi institusi pendidikan Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Hingga saat ini, ribuan pesantren tersebar di seluruh Nusantara dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar yang telah diletakkan oleh Sunan Gresik. Pesantren tidak hanya menghasilkan ulama dan tokoh agama, tetapi juga tokoh-tokoh bangsa yang berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto (2012), pengaruh Sunan Gresik dalam penyebaran Islam di Jawa sangat besar. Beliau dihormati oleh masyarakat setempat karena kejujuran, kebijaksanaan, dan kesederhanaannya. Setelah wafat pada tahun 1419, makamnya di Gresik menjadi tempat ziarah yang dihormati oleh banyak orang hingga kini.
Daftar Sumber
- Aizid, Rizem. Sejarah Islam Nusantara. Jakarta: Penerbit Republika.
- el Firdausy, Syarifah Wardah. "Kiprah Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada Islamisasi Gresik Abad ke-14 M dalam Babad Gresik I." SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, Vol. 1, No. 1, Maret 2019.
- Soekarman. Babad Gresik I. Surakarta: Radya Pustaka, 1990.
- Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo. Depok: Pustaka Iman, 2012.
- SDN 32 Kota Bima. sdn32.bimakota.sch.id.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Siapa sebenarnya Sunan Gresik dan mengapa ia disebut demikian?
Sunan Gresik adalah nama julukan untuk Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama Arab yang menjadi pelopor penyebaran Islam di Jawa pada abad ke-14. Ia disebut Sunan Gresik karena melakukan dakwah dan akhirnya dimakamkan di daerah Gresik, Jawa Timur.
2. Apa keunikan metode dakwah yang digunakan Sunan Gresik?
Keunikan metode dakwah Sunan Gresik terletak pada pendekatannya yang damai, tidak memaksa, dan menghormati budaya lokal. Beliau menggunakan jalur perdagangan, pelayanan sosial, dan pendidikan untuk menyebarkan Islam tanpa menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat.
3. Bagaimana cara Sunan Gresik mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Jawa?
Sunan Gresik mendapatkan kepercayaan masyarakat melalui sikap dan perilaku yang terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Beliau dikenal sebagai pedagang yang jujur, ahli pertanian yang membantu meningkatkan hasil panen, dan tabib yang mengobati orang sakit tanpa memungut bayaran.
4. Mengapa Sunan Gresik memilih jalur perdagangan untuk berdakwah?
Sunan Gresik memilih jalur perdagangan karena Gresik pada masa itu merupakan pusat perdagangan yang ramai. Melalui perdagangan, beliau dapat berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat dan membangun jaringan yang luas untuk penyebaran Islam.
5. Apa saja lembaga yang didirikan oleh Sunan Gresik dalam mendukung dakwahnya?
Sunan Gresik mendirikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di Jawa, serta masjid pertama di Desa Pasucinan, Leran, Manyar. Kedua lembaga ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, pendidikan, dan pembinaan umat Islam.
6. Bagaimana tanggapan Raja Majapahit terhadap dakwah Sunan Gresik?
Meskipun Raja Majapahit tidak memeluk Islam, beliau memberikan tanggapan positif terhadap kehadiran Sunan Gresik. Raja bahkan mengangkat Sunan Gresik sebagai Syahbandar (kepala pelabuhan) dan memberikan izin untuk menyebarkan Islam kepada masyarakat yang berminat.
7. Apa pengaruh jangka panjang dari metode dakwah Sunan Gresik terhadap Islam di Indonesia?
Metode dakwah Sunan Gresik memberikan pengaruh besar terhadap karakteristik Islam Indonesia yang toleran dan akomodatif terhadap budaya lokal. Sistem pesantren yang dirintisnya berkembang menjadi institusi pendidikan Islam terbesar di Indonesia, dan pendekatannya menjadi model bagi para dai hingga saat ini.