6 Contoh Khutbah Idul Adha Singkat, Lengkap Tata Caranya yang Benar

5 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Idul Adha merupakan salah satu sholat sunnah yang di dalamnya terdapat khutbah. Oleh sebab itu, banyak khatib yang mencari contoh khutbah Idul Adha singkat yang nantinya bisa menjadi panduan saat berkhutbah.

Lazimnya, materi khutbah Idul Adha berisi tentang makna Idul Adha yang juga disebut dengan Idul Qurban, hikmah di balik kurban, nilai sosial, dan risalah ibadah qurban disyariatkan.

Meski bukan bagian dari rukun sholat Idul Adha, namun khutbah Idul Adha tetaplah penting. Khutbah menjadi penanda bahwa sholat Idul Adha tersebut istimewa, dan berbeda dari sholat sunnah lainnya. Selain sunnah, materi yang disampaikan menjadi pengingat berbagai hal tentang nilai amaliah sekaligus ibadah pada Idul Adha dan sebaliknya. Ada pesan-pesan moral dan spiritual yang mesti disampaikan di hari yang penting tersebut.

Berikut ini adalah enam contoh khutbah Idul Adha singkat yang dirangkum dari berbagai sumber. Pada bagian akhir penulis mengetengahkan ketentuan tata cara khatib menyampaikan khutbah Idul Adha.

Contoh Khutbah Idul Adha Singkat: Kurban Sarana jadi Pribadi Dermawan

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْد

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah.

Pada pagi yang penuh berkah dan kebahagiaan ini, marilah kita tundukkan segenap jiwa dan raga kita di hadapan Allah swt dengan cara selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan, selalu ingat kepada Allah sehingga kita senantiasa diliputi ketenangan batin dalam kehidupan ini.

Berbicara Idul Adha tidak dapat dipisahkan dari kisah kekasih Allah, yaitu Nabi Ibrahim AS. Sosok Nabi yang rela mengorbankan apapun demi meraih cintanya kepada Sang Pencipta. Kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah tidak semulus yang dikira, kecintaannya penuh dengan lika liku ujian dan cobaan.

Hal ini sebagai konsekuensi, bahwa setiap orang yang mengaku cinta dan beriman kepada Allah, tentu tidak bisa lepas cobaan dan ujian. Ketika seseorang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, secara otomatis dan harus disadari juga bahwa dia sudah siap menerima ujian yang akan diberikan oleh Allah, sebagaimana firman Allah:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. al-Ankabut: 2).

Ujian yang diberikan Allah kepada manusia bukan bertujuan untuk melemahkan manusia, tapi untuk mengukur sejauh mana manusia itu benar-benar beriman dan cinta kepada Allah dalam kondisi apapun dan di manapun. Sikap yang paling bijak dalam menghadapi ujian atau cobaan dari Allah swt adalah mengambil hikmah atau menjadikan pelajaran penting untuk bekal meniti kehidupan ini lebih baik lagi.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar.

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah. Perlu kita ketahui bersama, bahwa tingkat spriritualitas seseorang dapat dilihat dari kesehariannya hidup berdampingan dengan orang lain. Islam tidak hanya mengajarkan ibadah kepada Allah semata yang biasa disebut ibadah vertikal seperti shalat, puasa, dzikir, dan sejenisnya. Akan tetapi Islam juga melainkan mengajarkan ibadah yang berdimensi sosial, seperti infak, zakat, sedekah, qurban, dan sejenisnya. Hal ini sebagai wujud manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendirian, tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan insan yang membutuhkan orang lain.

Hal yang paling bisa kita lihat minimal dalam satu tahun dua kali, pertama hari raya Idul Fitri terdapat perintah bagi setiap umat Islam untuk mengeluarkan zakat fitrah berupa bahan makanan pokok untuk diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Sedangkan di hari raya Idul Adha terdapat ibadah sosial berupa penyembelihan hewan qurban yang mana dagingnya selain dapat dikonsumsi untuk orang yang berkurban, juga diperintahkan untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan fakir. Sebagaimana firman Allah saw:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Artinya, “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (Qs. al-Hajj: 28).

Ayat tersebut juga dapat kita pahami bahwa rezeki yang diberikan Allah kepada kita semua sejatinya tidak semata-mata untuk kita nikmati sendiri, melainkan juga untuk berbagi kepada orang yang sengsara dan fakir. Dengan demikian, Islam mengajarkan pada kita semua menjadi pribadi yang luman dan dermawan, jangan menjadi pribadi yang pelit dan egois. Terlebih saat kita melihat saudara kita sedang dalam kesulitan, kita semua seharusnya respeck terhadap kondisi orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita perhatikan apakah mereka sudah makan atau belum, apa yang mereka butuhkan sebisa mungkin kita saling bergandengan tangan membantu orang-orang yang membutuhkan.

Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar.

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah.

Penting untuk dipahami oleh semuanya, bahwa jika kita berbuat baik pada orang lain, maka sejatinya kebaikan itu akan kembali pada diri kita, begitu pula sebaliknya, sebagaimana firman Allah swt:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

Artinya, "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,...” (Qs. al-Isra’: 7).

Akhir khutbah, semoga kita semua diberikan kesembuhan dan kesehatan, diberi kekuatan untuk selalu beribadah. Kita juga patut berdoa semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dalam menghadapi berbagai ujian yang menimpa kepada kita semua.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا". اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ وضعف لهم الحسنات وكفر عنهم السيئات وارزقهم من الأرزاق الطيبات. اللهم اكشف عنا البلاء والغلاء والوباء والفخشاء والمنكر والبغي والشدا ئد والمحن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا إندونشي هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة إنك على كل شئ قدير. إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ. عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ. اللَّهُمَّ انْفَعْنا بِمَا عَلَّمْتَنا وَعَلِّمْنا مَا يَنْفَعُنا وَزِدْنا عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ونعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Ustadz Moh Makmun, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Jombang 2017-2022

Contoh Khutbah Idul Adha Singkat: Hikmah Qurban Ikhlas di Dunia dan Akhirat

الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ (3x)

X الله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحمدُ لله ربِّ العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر الذُّنوب والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر العُيُوب والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا)فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم. إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَرُ.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd

Marilah kita senantiasa bersyukur dan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kita masih diberi nikmat iman dan Islam, kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT, termasuk melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini.

Kemudian shalawat serta salam, kita haturkan ke pangkuan baginda Nabi Besar Muhammad SAW, seorang manusia mulia dan nabi terakhir yang dipilih Allah SWT untuk menjadi teladah (uswah) bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum muslimin jama’ah Iedil Adha rahimakumullah.

Pada pagi hari ini, kaum Muslimin yang menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT, dhuyufurrahman, telah berkumpul melaksanakan wuquf di ‘Arafah dan sedang berada di Mina untuk melaksanakan Jumratul ‘Aqabah. Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai belahan dunia. Mereka datang dengan latar belakang bangsa, ras, warna kulit, budaya dan strata sosial yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid meng-Esakan Allah SWT semata.

Bagi kaum Muslimin yang belum memiliki kemampuan menjadi tamu Allah SWT, mereka melaksanakan shalat Idul Adha dan ibadah qurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun mereka berada. Ibadah qurban yang dilaksanakan kaum muslimin, sebagai salah satu upaya mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Deskripsi kehidupan kaum muslimin ini, menggambarkan interelasi kuat antara orang yang menunaikan ibadah haji, dengan saudara-saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena itu, kita melaksanakan shalat Idul Adlha dan ibadah kurban pada hakikatnya sebagai bentuk kesadaran memenuhi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum Muslimin sidang jama’ah Idil Adha rahimakumullah.

Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki pondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran qurban dan praktiknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Nabi Isma’il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Alquran surat as-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّيْ أَرَى فِيْ المَنَامِ أَنِّيْ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَآأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَابِرِيْنَ

“Tatkala anak itu sampai umurnya dan sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim berkata ; Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. la menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan kurban, setiap 10 Dzulhijah dan pada hari tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Deskripsi historis ini menggambarkan bahwa, keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran perintah Allah, keikhlasan, ketaatan, dan kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah qurban. Nilai-nilai ini telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS dalam peristiwa yang mengharukan itu. Kesanggupan Nabi Ibrahim AS. menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail AS., bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah SWT itu harus dipatuhi.

Bahkan, Allah SWT memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah SWT. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd Kaum muslimin yang berbahagia

Dalam studi fiqh, qurban sering disebut dengan istilah udhhiyah, karena penyembelihan binatang ternak dilakukan pada saat matahari pagi sedang menaik (dhuha). Oleh karenanya, Ibn Qayyim al-Jauziyah memahami makna qurban dengan tindakan seseorang menyembelih hewan ternak pada saat dhuha, guna menghasilkan kedekatan dan ridha Allah SWT.

Binatang qurban yang disebut udlhiyah atau nahar adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ibadah material yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah SWT merupakan ibadah keadaban yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas

Dalam ibadah qurban, nilai yang paling esensial adalah sikap batin berupa keikhlasan, ketaatan dan kejujuran. Tindakan lahiriyah tetap penting, kalau memang muncul dari niat yang tulus. Sering kita digoda syetan agar tidak melaksanakan ibadah qurban karena khawatir tidak ikhlas.

Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin-nya berkata, bahwa syaitan selalu membisiki kita: “Buat apa engkau beribadah kalau tidak ikhlas, lebih baik sekalian tidak beribadah”.

Ibadah qurban bukan hanya mementingkan tindakan lahiriyah, berupa menyedekahkan hewan ternak kepada orang lain terutama fakir miskin, tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan dengan-Nya (qurban), bukanlah fisik hewan qurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan yang ada dalam jiwa kita. Dalam surat al-Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan:

لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلأَ دِمَاءُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَقْوَى مِنْكٌم

“Tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu, dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah takwa dari kamu”.

Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal. Pertama, penyembelihan hewan ternak sebagai Qurban, merupakan bentuk simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim AS, dan merupakan syi’ar dari ajaran Islam. Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan, dari orang yang menyembelih hewan ternak sebagai ibadah qQurban. Indikasi ini sejalan dengan peringatan Rasulullah saw: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Usaha mendekatkan diri kepada Tuhan terutama melalui qurban, kita lakukan secara terus menerus. Karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan (syari’ah, thariqah, dan shirat) menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melakukan Qurban bersifat dinamis dan tiada pernah berhenti, menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Allah SWT. Dengan demikian, wujud yang paling penting dari qurban adalah seluruh perbuatan baik.

Sehubungan dengan perintah untuk berkurban di atas, maka Rasulullah SAW setiap tahun selalu menyembelih hewan kurban dan tidak pernah meninggalkannya. Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah nan megah, apalagi mobil yang mewah. Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma.

Oleh karena itu, orang Muslim yang telah mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya boleh dikenakan sanksi sosial, ialah diisolasi dari pergaulan masyarakat muslim. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra.:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرِبَنَّ مُصَلاَّناَ

“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan menyembelih hewan qurban tetapi tidak melaksanakannya, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kita” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd. Kaum muslimin yang berbahagia

Kalau ibadah qurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan memberi hikmah dan manfaat bagi pelakukanya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:

  1. Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah qurban yang dilaksanakan oleh orang muslim dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta mendapat kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
  2. Membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah. Pada saat hewan qurban jatuh kebumi maka saat itulah sifat kebinatangan harus sirna, seperti rakus, serakah, kejam dan penindas
  3. Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Ibadah qurban dalam Islam tidak sama dengan persembahan (offering) dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak memerintahkan pemujaan dalam penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan agar dagingnya diberikan kepada orang miskin agar ikut menikmati lezatnya daging hewan. Sehingga timbul rasa empati, berbagi, memberi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama
  4. Melatih kedermawanan. Ibadah qurban dilakukan setiap tahun secara berulang-ulang sehingga orang yang memberi qurban terbiasa untuk berderma kepada yang lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 26,16 juta orang. Garis Kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp505.469,00/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp374.455,00 (74,08 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp131.014,00 (25,92 persen).

Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’ dan tadharru’, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam. Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk memtaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamain

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ السُّعَدَآءِ المَقْبُوْلِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالى فِي القُرآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . قُلْ إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْلِقَآءَ رَبَّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًابَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.الخطبة الثانية لعيد الأضحىالله أكبر – الله أكبر – الله أكبر 2X – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيْنَ

(Khutbah 2)

الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر

الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيْنَ

Oleh: KH M Cholil Nafis, Ph D, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah

Contoh Khutbah Idul Adha Singkat: Memetik Pilar Islam Berkemajuan dari Kisah Nabi Ibrahim

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.

لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Segala  puji dan syukur  kita panjatkan kehadirat  Allah SwT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita di pagi yang indah ini bisa berkumpul bersama menikmati hangatnya sinar mentari, dan segarnya udara di pagi  sambil mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai ekspresi mengagungkan Ilahi Robbi. Dan melaksanakan shalat sunah dua rakaat Idul Adha sebagai upaya pendekatan  diri kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah  

Idul Adha adalah momen penting  dimana kita diingatkan kembali  atas kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam bersama putranya, Nabi Ismail ‘alaihi salam. Sebuah kisah yang begitu luar biasa, yang menyentuh kalbu dan jiwa, peristiwa yang jarang  bisa dilaksanakan oleh manusia biasa.  Ayah dan anak  keduanya kompak  menunjukkan ketundukan yang sempurna kepada Allah Rabb al-’Alamin. Nabi Ibrahim menunjukkan keberanian luar biasa untuk melaksanakan perintah Allah, meskipun itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang paling dicintai yaitu anak kesayangannya.  Dan di sisi lain, kita juga kagum kepada Nabi Ismail as yang juga  menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada ayah dan kepada Tuhannya walaupun harus mengorbankan dirinya.

Kisah tersebut diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat as-Shaffat ayat 102: 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ 

“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”

Nabi Ibrahim adalah figure bapak yang taat kepada  Tuhan tetapi menghormati pendapat orang lain. Beliau berjiwa demokratis mengajak bermusyarah dengan putranya untuk minta pendapatnya. Begitu pula sang anak sama sama punya keimanan yang tinggi menyatakan kesediannya, sehingga terjadi harmoni dalam melaksanakan perintah Tuhan. Tidak ada paksaan dalam beragama.

Kisah tersebut di atas sangat menarik untuk  diambil pelajaran penting dalam   keberagamaan kita  di masa kini. Keberagamaan harus bertumpu pada kesadaran penuh akan nilai-nilai spiritual. Nabi Ibrahim adalah teladan keberagamaan yang tidak hanya menitikberatkan ibadah ritual, tetapi juga keberanian moral, keikhlasan, dan kepatuhan yang teguh kepada perintah Tuhan.

Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini, khatib akan mengemukakan  beberapa poin yang dapat kita ambil sebagai ibrah dari kisah nabi Ibrahim dan Ismail. Dimana keberagamaan keduanya  bisa dijadikan  sebagai model  keberagamaan  Islam Berkemajuan.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Yang pertama adalah keikhlasan dalam beribadah:  Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa segala bentuk ibadah kita harus dilandasi oleh keikhlasan. Tidak ada pamrih dalam beribadah, hanya semata-mata mencari ridha Allah SwT. Sebagaimana Firman Allah surat al-Bayyinah 

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ  

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah ayat 5)

Ibrah yang kedua adalah keberanian menghadapi tantangan. Islam mengajarkan umatnya untuk terus bergerak maju, menghadapi segala tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati. Nabi Ibrahim adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang tidak gentar menjalani ujian Allah. 

وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينٗا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٰهِيمَ خَلِيلٗا  

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS an-Nisa’ ayat 125)

Dan Ibrah yang ketiga adalah semangat pembaruan (Tajdid). Keberagamaan yang diajarkan Nabi Ibrahim bukanlah yang stagnan. Beliau selalu mencari kebenaran dan berupaya mendekatkan diri pada Allah. Ini adalah semangat yang harus dihidupkan umat Islam untuk terus berkarya dan memberi manfaat kepada lingkungan.

۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ  

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". (QS al-Baqarah ayat 124)

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Jamaah yang dirahmati Allah

Di era modern sekarang ini, semangat keberagamaan Nabi Ibrahim bisa menjadi panduan untuk kita dalam melaksanakan Islam berkemajuan. Dalam menghadapi berbagai tantangan, umat Islam harus tetap memprioritaskan nilai-nilai ketaatan kepada Allah, memperkuat ukhuwah, dan memberi kontribusi positif kepada masyarakat.

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِيهِمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ  

Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (QS al-Mumtahanah ayat 6).

Kisah nabi Ibrahim tidak hanya mencerminkan kerelaan pengorbanan beliau  tetapi juga menjadikannya sebagai model iman, kesabaran, dan pengabdian. Tindakannya beresonansi dalam praktik dan kepercayaan Islam, menginspirasi orang percaya untuk menegakkan iman mereka dengan ketulusan dan keberanian. 

Para sarjana telah mengeksplorasi kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dari berbagai perspektif, menekankan signifikansi teologis, moral, dan spiritualnya. Banyak sarjana menyoroti bahwa kesediaan Ibrahim untuk mengorbankan putranya menunjukkan penyerahan tertinggi kepada Allah. Tindakan ini dipandang sebagai contoh mendalam dari keyakinan dan ketauhidan  (keesaan Tuhan) dan kepercayaan penuh dan patuh pada kebijaksanaan ilahi.

Pengorbanan nabi Ibrahim  sering ditafsirkan sebagai pelajaran dalam memprioritaskan pengabdian kepada Allah daripada keterikatan duniawi. Para sarjana seperti Ibn al-'Arabi telah membahas narasi sebagai panggilan untuk melepaskan berhala pribadi atau apa pun yang mengalihkan perhatian dari Allah.

Beberapa sarjana merefleksikan tantangan etika yang dihadapi Ibrahim, menekankan perjuangan internal dan keyakinannya yang tak tergoyahkan. Aspek ini dipandang sebagai pengingat bagi orang-orang percaya untuk menghadapi dilema moral mereka sendiri dengan keberanian dan kepercayaan kepada Allah.  Dan Tindakan Ibrahim dipandang sebagai landasan ajaran Islam, ritual yang menginspirasi seperti pengorbanan Idul Adha. Tindakan tersebut melambangkan rasa syukur, kerendahan hati, dan kesiapan orang percaya untuk membuat pengorbanan pribadi demi kebaikan yang lebih besar.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Akhirnya saya mengajak hadirin untuk mencontoh, keimanan, ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sehingga melahirkan jiwa berani berkorban, tidak egois dan mendahulukan musyawarah. Marilah kita memanfaatkan kesempatan yang ada untuk selalu berbuat baik. Mumpung masih diberi kesempatan hidup oleh Allah yang  entah sampai kapan sisa umur ini masih ada. Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga menjadi umur yang dipenuhi kasih sayang Allah, umur yang dipenuhi barakah Allah. Harta yang kita punyai, mari kita gunakan untuk kepentingan kebaikan, kita gunakan untuk meraih kesenangan di akhirat yang abadi. Jangan sampai kita menyesal berkepanjangan ketika kelak kita berada di alam keabadian. 

Untuk menguatkan keimanan kita agar menjadi iman aktif  marilah kita memanjatkan doa kehadirat Allah SwT. Dan kita yakin doa ini akan diamini para malaikat juga akan dikabulkan Allah SwT. 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ

يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.  

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.

Sumber: Majalah SM Edisi 10/2025

Khutbah Idul Adha 1444 H, Menjadi Seorang Muslim yang Berkarakter al-Mukhbitin

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ اْلـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Yang Maha Awal tanpa permulaan, Yang Maha Akhir tanpa penghujung, dan Yang Maha Abadi tanpa perubahan.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, pemimpin orang-orang saleh, kekasih Sang Penguasa Yang Maha Perkasa, pembawa berita gembira dari Yang Maha Pengampun, dan mata air teladan bagi umat manusia. Demikian pula kepada keluarga dan para sahabat yang dimuliakan.

Jamaah Salat id yang berbahagia

Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang terus memelihara keislaman, memperkuat keimanan, dan memperteguh keihsanan.

Di zaman tunggang-langgang seperti ini, rasa-rasanya merawat Islam, iman, dan ihsan adalah sesuatu yang sukar. Di saat ini, ritual keagamaan hanya dipandang sebagai sisa-sisa Zaman Kegelapan (The Dark Ages). Era ini telah dilampaui masyarakat Barat dalam terang industrialisasi modern. Gagasan menghabiskan sumber daya seperti uang, waktu, dan tenaga tanpa menerima pengembalian materi, dipandang sebagai praktik yang tidak ada artinya dan terbelakang.

Modernitas sebagai konsekuensi dari pencerahan Barat menyebabkan umat Islam mengalami apa yang Wael Hallaq sebut sebagai keterputusan epistemik (epistemic rupture). Penjajah kolonial Barat tidak hanya menguasai tanah dan lahan, tapi juga mentalitas umat Islam. Hasilnya sudah bisa ditebak: sesiapa yang mempertahankan keimanan dan ketakwaan akan dipandang secara sinis sebagai kaum tertinggal.

Karena itulah, pada hari yang mulia ini, perkenankan kami mengajak untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt., dengan bersitiqamah dan tetap teguh melaksanakan perintahNya, dan pada saat yang sama meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Mudah-mudahan, hidup kita akan bertambah mulia, diberkati dan diridhai Allah swt, di dunia ini dan juga di akhirat kelak.

Pagi hari ini pula, segenap kaum muslimin di sejumlah negeri menunaikan salat ‘Idul Adha 10 Zulhijjah 1444 Hijriyah. Segenap kaum muslimin mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih sebagai wujud penghambaan diri kepada Dzat Rabbil- ‘Izzati. Semua bersimpuh diri menunaikan sunnah Nabi untuk meraih ridha dan karunia Ilahi.

Jamaah Salat Id yang berbahagia

Kata kurban (qurban) berasal dari bahasa Arab artinya sesuatu yang dekat atau mendekatkan, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah yang memerintahkan ibadah ini. Qurban sering disebut udhhiyah artinya hewan sembelihan. Perintah untuk menyembelih daging kurban ini salah satunya termaktub dalam Al Quran:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah”

Meski fisik hewannya yang disembelih, tetapi hakikatnya ialah pengorbanan dan pengabdian diri sepenuh hati kepada Ilahi Rabbi. Allah berfirman:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.”

Kurban adalah praktik keagamaan yang berakar dari risalah yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sebagai wujud ubudiyah kepada Allah SWT. Keliru kiranya kalau kita memaknai Idul Kurban hanya sebagai pesta-pora konsumsi daging hewan kurban semata.

Pasalnya, sebelum adanya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, praktik kurban yang dilakukan para penyembah berhala biasanya dipersembahkan kepada dewa-dewa. Ajarannya ialah di samping kurban hewan dan hasil bercocok tanam, di kalangan penyembah berhala ini berkembang kurban manusia. Kalangan masyarakat Mesir Kuno, misalnya, gadis suci ditenggelamkan ke dalam sungai Nil sebagai persembahan kepada Firaun.

Pada zaman Nabi Ibrahim, dakwah dilaksanakan untuk mengubah kebiasaan para penyembah berhala ini menjadi agama etis, yakni agama yang mengajarkan Tuhan yang baik kepada manusia. Dakwah Nabi Ibrahim menghasilkan suatu teladan, salah satunya mengubah tradisi kurban dari manusia ke hewan peliharaan. Perubahan ini boleh jadi peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan.

Jamaah Salat Id yang dimuliakan Allah

Berdasarkan QS. Al-Hajj ayat 34, salah satu tujuan disyariatkannya ibadah kurban ialah menjadi pribadi al-mukhbitin. Kata “al-mukhbitin” ini berasal dari “al-khabtu” yang maknanya adalah tanah yang keras. Sedangkan menurut salah seorang ulama terkenl yaitu Mujahid, “al-mukhbitin” adalah “al-mujtahiduna fil ‘ibadah” atau orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengabdi kepada Allah sehingga ia rela mengorbankan harta, pikiran, tenaga dan nyawa.

Sementara itu, karakter “al-mukhbitin” tergambar jelas dalam QS. Al-Hajj ayat 35. Karakter pertama dan yang paling esensial ialah tauhid:

الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ

“Orang-orang yang apabila disebut nama Allah hatinya bergetar!”

Ciri pertama ini menandakan bahwa tatkala bibir mengucap asma Allah, hati ikut hanyut dalam kerinduan. Menurut Sayyid Quthub, ungkapan “wajilat qulubuhum” menggambarkan getaran yang menghantarkan perasaan sunyi di dalam hati seorang mukmin ketika dia diingatkan akan Allah, perintah-Nya, atau larangan Allah. Saat berhubungan dengan alam kehidupan, kita sering mengucapkan subhanallah, alhamdulillah, masyaAllah, Allahuakbar, insyaAllah, dan lain-lain.

Karena itu, Islam tak memandang alam dan kehidupan ini sebagai fakta material kering karena secara ontologi selalu berhubungan dengan Allah. Para sufi bahkan menyebut alam, yakni segala sesuatu selain Allah, sebagai ‘tajalli‘ atau penampakan-diri Tuhan. Aspek inilah yang membedakan peradaban Islam dengan yang lain.

Peradaban Barat berakar dari tragedi dan traumatis akut terhadap agama, khususnya Kekristenan. Inilah alasan mengapa mereka menjauhi bahkan memusuhi agama. Ketika mereka menjauhi agama, mereka mengalami kecemasan yang menakutkan namun tak terjelaskan. Selain itu, menegasikan agama dan Tuhan selalu berakhir pada eksploitasi alam secara membabi-buta. Sebagaimana tampak hari-hari ini, kesehatan mental dan pemulihan lingkungan menjadi tema sentral dalam percakapan umat manusia modern.

Jamaah salat id yang berbahagia

Karakter kedua dari pribadi al-mukhbitin ialah penyabar:

وَالصّٰبِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ

“Orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka”

Sabar adalah konsep psikologis yang melibatkan kemampuan individu untuk mengendalikan emosi, menahan diri, dan bertahan dalam menghadapi situasi yang sulit, menantang, atau menekan. Dalam dunia yang serba tergesa-gesa ini, kesabaran membantu kita untuk melambatkan langkah, menenangkan pikiran, dan menjaga fokus pada tujuan jangka panjang.

Sabar tidak hanya terkait dengan ujian dan musibah semata. Ia juga dapat berhubungan dengan keteguhan dalam menjalankan ibadah atau meninggalkan perbuatan maksiat. Abu Hamid Al Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub mengatakan bahwa:

والصبر على اوجه صبر على طاعة الله وصبر على محارمه وصبر على المصيبة

Sabar terdiri dari beberapa bagian, yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam menjauhi larangan-larangan Allah, (3) sabar dalam menerima musibah.

Karakter ketiga sebagai pribadi al-mukhbitin ialah tidak melupakan salat:

وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ

“Orang yang melaksanakan salat”

Teknologi telah memberikan kita akses tak terbatas ke informasi, hiburan, dan interaksi sosial, yang kadang-kadang dapat mengalihkan perhatian kita dari ibadah. Ketika kita terpaku pada perangkat elektronik kita, seperti hape (handphone), kita dapat terjebak dalam dunia maya yang tak terbatas, sementara waktu yang seharusnya kita habiskan untuk salat terlewatkan.

Salat adalah ibadah yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi langsung dengan Allah, mengungkapkan rasa syukur, memohon ampunan. Oleh karena itu, menjaga dan melaksanakan salat secara teratur sangat penting dalam menjaga keseimbangan spiritual kita.

Karakter yang terakhir atau keempat dari pribadi al-mukhbitin ialah suka berderma:

وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

“Orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Allah karuniakan kepada mereka”

Dalam melaksanakan infak, kita mendapatkan pahala dan berkah dari Allah. Infak dianggap sebagai investasi spiritual yang menghasilkan ganjaran dan keberkahan di dunia dan akhirat. Infak juga memperkuat hubungan kita dengan Allah, karena kita menyadari bahwa harta yang kita miliki sebenarnya adalah anugerah dari Allah. Kepemilikan Allah bersifat mutlak, sementara manusia hanya bersifat nisbi.

Infak berkontribusi dalam menciptakan keadilan sosial dengan mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Melalui infak, kita dapat membantu masyarakat yang kurang mampu secara finansial untuk mendapatkan akses ke layanan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan kebutuhan dasar lainnya. Hal ini membantu memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat dan mengurangi kesenjangan yang ada.

Itulah empat karakter al-Mukhbitin yaitu mereka yang senantiasa bergetar tatkala mendengar nama Allah; memiliki sifat sabar; tidak meninggalkan salat; dan gemar menunaikan infak. Semoga dengan Idul Kurban ini, kita benar-benar menjadi seorang mukmin yang memiliki karakter al-Mukhbitin. Karena itu, marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ, اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

اَلَّلهُمَّ اِنَّا نَسْاءَلُكَ سَلَمَتً فِي الدِّيْنِ وَعَافِيَتَ فِي الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِي الْعِلْمِ وَبَرَكَهً فِي الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار

Oleh: Prof Dr H Dadang Kahmad, MSi, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Contoh Khutbah Idul Adha Singkat: Keutamaan Kurban bagi Orang Beriman

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.

فَقَالَ الله تَعَالىٰ :يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan limpahan nikmatNya kepada kita. Di antara limpahan nikmat tersebut adalah nikmat umur panjang dan nikmat kesehatan. Ini adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah. Kita yakin dan percaya tanpa adanya dua nikmat ini, kita pasti tak akan bisa atau mampu melangkahkan kaki, mengayunkan tangan datang ke tempat ini untuk bersujud kepada Allah SWT.

Maka, selagi Allah SWT memberikan dua nikmat ini kepada kita, maka jangan sia–siakan untuk meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada Rasulullah Saw.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Wujud dari rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan adalah dengan bertaqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangannya.

Kemudian menjalankan segala yang diperintahkannya itu, juga mesti diiringi dengan rasa keimanan yang tinggi, bahwa tiada satu pun yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Kemudian juga diiringi dengan rasa diawasi oleh Allah sehingga diri ini merasa malu ketika enggan menjalankan segala yang diperintahkan. Kemudian rasa takut, karena di balik perintah tersebut pasti ada yang akan ditimpakan ketika kita enggan menjalankan perintah tersebut.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

Kaum muslimiin yang dirahmati Allah

Jika ketakwaan ini sudah tertanam dan mendarah daging dalam diri kita, yakinlah terhadap janji yang Allah berikan kepada kita berupa kelapangan dan keberkahan rezeki, kemudahan dalam segala urusan. Serta, jalan keluar atau kemudahan terhadap persoalan kehidupan yang kita jalani akan kita dapatkan.

Allah berfirman dalam surat At-Talaq:

وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا.

Barang siapa betakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ …

Dan Dia memberikan rezekinya dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, Niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.

( QS. At-Thalaq:2-3)

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Allah SWT tidak memandang memandang dan menilai seseorang dari suku dia berasal, atau dari kepemilikan harta, kedudukan, pangkat dan jabatan. Begitu pula dari rupa dan paras seseorang. Tapi Allah SWT menilai dari ketaqwaan kita.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Tanpa disangka-sangka Allah SWT kembali mempertemukan kita di hari Idul Adha atau dalam istilah lainnya juga dikenal dengan udhiyah yang artinya hewan yang disembelih pada hari raya idul adha. 

Idul Adha merupakan ibadah sembelihan hewan kurban yang kita laksanakan sebagai bentuk wujud rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberikan nikmat yang banyak kepada kita, yang diawali dengan salat dua rakaat yang telah kita kerjakan barusan ini.

Allah SWT berfirman :

فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.

Maka dirikanlah salat dan berkurbanlah.(QS.Al-kautsar:2).

Selain dari ayat di atas, syariat Idul kurban juga dapat kita lihat dalam surat Al-Hajj ayat 36

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَا لْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَـكُمْ مِّنْ شَعَآئِرِ اللّٰهِ لَـكُمْ فِيْهَا خَيْرٌ ۖ فَا ذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَآ فَّ ۚ فَاِ ذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَ طْعِمُوا الْقَا نِعَ وَا لْمُعْتَـرَّ ۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَـكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur.”

(QS. Al-Hajj :36)

Selain al-Quran seperti yang disebutkan dua ayat di atas, tata pelaksanaan ibadah kurban juga didasari oleh hadis dari Rasulullah. Bahkan salah satu dari hadisnya memberikan peringatan bagi kita yang enggan menjalankan ibadah kurban.

Dari Abi hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih kurban, janganlah mendekati tempat shalat kami”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Hadis di atas, setidaknya memberikan sinyal yang menunjukan kepada kita betapa pentingnya ibadah kurban itu kita laksanakan.

Oleh karena itu khatib mengajak kita semua kalau pada saat kita tidak mampu untuk berkurban, maka setelah ini kita mulai meniatkan dan membulatkan tekat kita untuk melaksanakan kurban di tahun besok. Kita harus menargetkan dan memaksakan diri kita tahun depan saya harus berkurban.

Kalau tidak bisa kita lakukan secara tunai, maka dapat kita lakukan dengan cara membayarnya secara berangsur-angsur.  Sebab dia merupakan ibadah yang paling dicintai Allah. Di hari kiamat nanti Allah syafaat bagi mereka yang berkurban.

Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Hewan itu nanti pada hari kiamat akan datang dengan tanduk, rambut dan bulunya. Dan darah itu di sisi Allah SWT segera menetes pada suatu tempat sebelum menetes ke tanah. (HR. Tirmizy 1493 dan Ibnu Majah 3126).

Selain daripada itu, ibadah kurban termasuk merupakan ibadah yang utama. Sisi keutamaannya pada kita adalah dengan bersandingnya dua perintah yaitu salat dan berkurban sekaligus dalam surat al-Kautsar ayat 2.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menafsirkan ayat ini menguraikan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih kurban. Hal ini menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah SWT, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah SWT, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.

Oleh sebab itulah, dalam surat lain Allah SWT menggandengkan keduanya dalam firman-Nya:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ .

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,” (QS. Al-An’am : 162)

Walhasil, shalat dan menyembelih kurban adalah ibadah paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih kurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat.”

Wahai orang-orang beriman yakinlah ibadah kurban yang kita kerjakan ini, tidak akan membuat kita rugi. Karena Allah pasti memberikan balasan, kebaikan, serta keselamatan dan keberkahan bagi kita yang selalu menjalankan  segala yang diperintahkannya.

 نَصْرٌ مِّنَ اللّٰهِ وَفَـتْحٌ قَرِيْبٌ , وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Penulis Naskah Khutbah: DERI ADLIS

Contoh Khutbah Iduladha oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته     الحمد لله نستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا فمن يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، أرسله بالحق بشيرا ونذيرا بين يدي الساعة. من يطع الله ورسوله فقد رشد، ومن يعصهما فإنه لا يضر إلا نفسه ولا يضر الله شيئا، ونسأل الله ربنا أن يجعلنا ممن يطيعه ويطيع رسوله ، ويتبع رضوانه ويجتنب سخطه، فإنما نحن به ولهالله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله،  الله أكبر الله أكبر، ولله الحمدالله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. وصلى الله على محمد وعلى آله وأصحابه وسلم تسليما كثيراالله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله،  الله أكبر الله أكبر، ولله الحمدأما بعد، فيا عباد الله، أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. قال الله تعالى في كتابه الكريم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنا أعطيناك الكوثر، فصل لربك وانحر. إن شانئك هو الأبترالله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله،  الله أكبر الله أكبر، ولله الحمد 

Para Jamaah Iduladha yang berbahagia.

Alhamdulillah hari ini kita dapat merayakan Iduladha 1443 H dengan melaksanakan salat Id. Memang tidak semua merayakannya hari ini. Sebagian akan merayakannya besok, seperti beberapa negara di Asia Tenggara. Sementara di Timur Tengah sebagian banyak merayakannya hari ini, termasuk Arab Saudi. Itu kita serahkan kepada keyakinan masing-masing, dan mari kita saling bertoleransi. Idul Adha merupakan salah satu dari dua hari raya (‘id) yang penting dalam agama Islam. Hari raya Idul Adha, yang disebut juga dengan Idul Qurban, berarti hari raya kurban. Perintah berkurban itu disebutkan langsung di dalam al-Quran pada surat Al-Kautsar,

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ [الكوثر : 1-2]

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Oleh karena itu dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah [Q. 108: 1-2].

Dalam hadis Nabi saw ditegaskan sabda beliau,

مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّماَ يَذْبَحُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِيْنَ [متفق عليه]

Barang siapa menyembelih kurban sebelum salat Id, maka itu adalah sembelihan untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelihnya sesuadah salat, maka sempurnalah ibadah kurbannya dan ia telah melaksanakan sunnah kaum Muslimin dengan tepat [Muttafaq ‘alaih].

Hadis ini menggambarkan disunnahkannya melakukan kurban di hari Idul Qurban setelah salat Id.

Perintah melakukan kurban dalam agama Islam memiliki makna relijius dan sosial yang dalam. Ibadah ini bukanlah hanya sekedar ritual untuk memperingati peristiwa historis berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim a.s. belaka. Ajaran ini, lebih dari itu, secara relijius bertujuan untuk memperkokoh iman, memantapkan integritas spiritual dan moral, meningkatkan semangat juang dan disiplin. Sedangkan secara sosial ajaran ini bertujuan menumbuhkan sikap altruisme (الإيثار), cinta dan solider serta penerimaan terhadap orang lain, serta berani mengorbankan sebagian kepentingan diri sendiri untuk kemaslahatan bersama dan kepentingan umat yang lebih besar.

Dalam wujud ritualnya, ajaran tentang kurban dilaksanakan dalam bentuk penyembelihan binatang. Dagingnya kemudian dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan. Akan tetapi kita kaum Muslimin hendaknya tidak terpaku pada tataran ritual itu ansich. Agama selalu menggunakan bahasa simbolik dan dunia agama itu adalah dunia makna-makna. Hal ini berarti bahwa di balik simbol-simbol agama terkandung makna yang lebih dalam, yang penganutnya dituntut untuk mampu menangkap dan mengungkapkannya ke dalam pengalaman eksistensialnya sehari-hari. “Kurban” yang menjadi nama hari raya yang sekarang kita laksanakan salatnya bukan sekedar pengeluaran sejumlah uang untuk membeli dan kemudian menyembelih binatang kurban lalu dagingnya diberikan kepada kaum miskin atas dasar belas kasihan. Kurban adalah suatu paradigma perilaku keagamaan yang mengandung konsep solidaritas, persaudaraan dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain.

Solidaritas tidaklah sama dengan kemurahan hati belaka. Kemurahan hati memang selalu dipakai di dalam masyarakat apabila berbicara tentang mencintai sesama dan seringkali diartikan sebagai memberikan suatu yang kita punyai kepada orang lain atas dasar belas kasih dan tindakan sepihak. Meskipun ini dapat merupakan bagian dari solidaritas, namun solidaritas itu sesungguhnya lebih dari sekedar memberi karena belas kasihan. Solidaritas, sebagai suatu nilai yang disimbolkan oleh ibadah kurban, merupakan suatu ungkapan dari panggilan kenabian untuk mencintai sesama sebagai bagian dari keselamatan manusia (al-falāḥ, human salvation), sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]

Tiada beriman seseorang kamu sebelum ia mencintai orang lain sama seperti mencintai dirinya sendiri [HR al-Bukharī dan Muslim].

Ajaran kurban dengan demikian jelas menunjukkan bahwa keberagamaan (religiositas) tidak hanya diejawantahkan dalam sekedar mempraktikkan kegiatan-kegiatan ritual ibadah belaka, melainkan beragama adalah juga melaksanakan tindakan-tindakan sosial berupa membangun kesejahteraan umat melalui pengorbanan sebagian kepentingan diri untuk kepentingan bersama yang lebih besar. Hal ini tampak jelas dalam dalam surat Al-Kautsar yang dikutip terdahulu di mana perintah melaksanakan kurban dikaitkan dengan perintah melakukan salat, yang berarti bahwa beragama tidak akan cukup dengan melakukan ritual-ritual peribadatan kepada Allah seperti salat saja, tetapi haruslah diikuti dengan kebajikan dan keterlibatan sosial dalam memajukan kemaslahatan masyarakat. Pada awal surat al-Baqarah, ketika mendeskripsikan sifat-sifat orang yang bertakwa, Allah swt menegaskan bahwa takwa itu ditandai dengan tiga kualitas pribadi, yaitu iman, melakukan ibadah seperti salat, dan melaksanakan infak, yakni berbagi sebagian dari sumber daya yang dianugerahkan Allah. Dalam surat al-Ma’un ditegaskan bahwa orang yang tidak memiliki komitmen dan kepedulian sosial yang tercermin dalam keberpihakan untuk membantu orang-orang tidak berdaya yang dalam surat itu diwakili oleh anak yatim dan orang miskin dipandang sebagai orang yang membohongi agama dan karena itu salat yang dilakukannya menjadi suatu yang sia-sia lantaran tidak diwujudkan dalam tindakan-tindakan nyata dalam masyarakat.

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلاَ يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7) [الماعون : 1-7]

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, yaitu mereka yang berbuat riya, dan  enggan (menolong dengan) barang berguna [Q. 107: 1-7].

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil-hamd.

Para hadirin jamaah Iduladha rahimakumullah

Adalah disayangkan bahwa meskipun usia peradaban Islam hampir mencapai 1500 tahun, namun umat Islam hingga hari ini belum dapat menyatukan sistem penanggalan hijriahnya sehingga tidak jarang terjadi perbedaan penetapan awal bulan khususnya bulan-bulan ibadah seperti Ramadan, Syawal dan Zulhijah. Belum adanya kalender islam pemersatu itu merupakan hutang peradaban yang harus dibayar dan kehadiran kalender unifikatif itu merupakan civilizational impertaive.

Perbedaan tersebut tidak hanya disebabkan oleh perbedaan pendapat fikih, di mana yang satu memakai rukyat dan yang lain memakai hisab, tetapi juga disebabkan oleh faktor alam itu sendiri. Faktor alam itu dapat berupa perbedaan posisi (letak) geografis suatu tempat di muka bumi, dan dapat pula berupa keadaan atmosfir. Perbedaan letak tempat di muka bumi menyebabkan berbedanya peluang untuk dapat merukyat hilal. Semakin ke timur posisi suatu tempat semakin kecil peluang rukyatnya, dan semakin ke barat posisi suatu tempat semakin besar peluang rukyatnya. Jadi orang di lokasi yang berada di ujung timur muka bumi lebih kecil peluang rukyatnya dibandingkan dengan orang di ujung barat muka bumi. Jadi orang Amerika atau Afrika mempunyai peluang rukyat lebih besar dari orang di Indonesia dan kawasan sebelah timur lainnya. Hal itu adalah karena bulan bergerak secara semu dari ujung timur bumi ke arah ujung barat bumi dengan posisi semakin meninggi, sehingga apabila di timur hilal tidak terlihat karena posisi Bulan masih rendah, maka di kawasan barat bumi ia dapat dilihat karena posisinya sudah tinggi. Kenyataan alam lainnya yang membawa perbedaan adalah terbatasnya kaveran rukyat di muka bumi. Artinya visibilitas (kemungkinan terlihatnya hilal) pada hari pertama tidak meliputi seluruh muka bumi. Kaveran hilal terbatas pada sebagian, sehingga bagian lain tidak mungkin melihat hilal. Ini akan membawa perbedaan awal bulan antar kawasan berbeda.

Namun perbedaan itu, terutama secara tehnis, bukanlah suatu yang tidak dapat disatukan sama sekali. Upaya ke arah itu telah sangat gencar dilakukan dan telah mencapai banyak kemajuan. Permasalahannya adalah lebih pada pandangan tentang bentuk persatuan itu. Pada satu sisi terdapat pandangan yang menekankan persatuan lokal/regional. Pada sisi lain ada yang menginginkan persatuan global sehingga mengharuskan adanya sistem tata waktu Islam global. Penganut persatuan lokal/regional berpegang kepada pendirian bahwa ibadah itu bersifat lokal. Bagi penganut faham global, ibadah lokal itu adalah ibadah yang waktunya dikaitkan kepada posisi matahari dalam gerak semu hariannya, seperti salat yang waktunya terkait dengan gerak (semu) matahari setiap hari. Adapun ibadah seperti puasa dan Idain waktunya tidak terkait dengan gerak (semu) harian matahari, sehingga tidak otomatis harus bersifat lokal. Dari hadis Abū Hurairah, kita dapat memahami bahwa puasa Ramadan dan Idain merupakan ibadah yang harus dilaksanakan serentak seluruhnya pada hari yang sama oleh kaum Muslimin di seluruh dunia, persis seperti salat Jumat yang waktunya harus pada hari yang sama, yaitu Jumat, di seluruh dunia. Hadis Abū Hurairah dimaksud adalah,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ [رواه الترمذي والبيهقي والدارقطني وأبو داود]

Dari Abū Hurairah [diriwayatkan] bahwa Nabi saw bersabda: Puasa itu pada hari seluruh kamu berpuasa, Idulfitri itu pada hari kamu beridulfitri dan Iduladha itu pada hari kamu beriduladha [HR at-Tirmiżī, al-Baihaqī, ad-Dāraquṭnī, dan Abū Dāwūd].[1]

Berdasarkan hadis ini seorang ahli hadis Mesir, Aḥmad Muḥammad Syākir (w. 1377/1958), mengatakan, “Awal  bulan kamariah di seluruh planet bumi ini harus jatuh pada satu hari yang sama, dan itulah kebenaran yang tidak diragukan lagi … … … Tanggal satu setiap  bulan kamariah harus jatuh pada hari yang sama di seluruh dunia, dan tidak berbeda karena perbedaan kawasan dan karena jauhnya negeri yang satu dari yang lain.” Jadi hadis ini menghendaki bahwa sistem penanggalan Islam itu global sehingga dapat menyatukan pelaksanaan puasa Ramadan dan Idain pada hari yang sama. Faham ini disimpulkan dari penggunaan kata jamak “kamu” dalam hadis di atas yang menunjuk seluruh umat Islam.

Selain dari itu juga karena ada satu ibadah dalam Islam yang dilaksanakan di berbagai tempat di dunia, tetapi waktunya terkait dengan peristiwa hari di tempat lain yang mungkin jauh. Ibadah itu adalah ibadah puasa sunat Arafah yang dilaksanakan di berbagai tempat di dunia baik di belahan barat maupun di belahan timur, namun waktunya adalah pada hari jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah sehingga tanggal 9 Zulhijah itu harus dapat dijatuhkan pada hari yang sama di seluruh dunia. Bagi orang di kawasan barat bumi seperti di benua Amerika atau bagian barat Afrika sangat mungkin terjadi bahwa mereka telah merukyat hilal Zulhijah, sementara di Arab Saudi belum, sehingga terjadi perbedaan tanggal, bilamana berdasarkan rukyat, di bagian barat bumi telah masuk tanggal 9 Zulhijah sementara di Arab Saudi baru tanggal 8 Zulhijah dan belum terjadi wukuf pada hari itu. Apabila mereka menanti saat wukuf keesokan harinya, maka mereka telah masuk tanggal 10 Zulhijah, hari Iduladha di mana mereka melaksanakan salat Id dan tidak boleh berpuasa pada hari itu. Itulah problemnya, yakni pada tahun tertentu suatu kawasan kemungkinan tidak dapat melaksanakan ibadah puasa sunat Arafah karena peluang rukyat mereka mendahului Arab Saudi. Oleh karena itu sistem penanggalan global diperlukan.

Lagi pula di zaman globalisasi seperti sekarang ini, tentu sistem tata waktu kita harus bersifat global. Tentu dirasa agak janggal apabila kita hanya membuat suatu sistem penanggalan yang mengatur ibadah kita hanya bersifat lokal. Kita memang masih memerlukan waktu lebih banyak untuk melakukan perenungan dan mencapai kesepakatan. Sementara itu belum terwujud, tidak ada lain pilihan kita kecuali harus bertoleransi satu sama lain.  

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil-hamd.

Para hadirin jamaah Iduladha rahimakumullah

Pada hari ini kita dapat melaksanakan salat Id secara normal, walaupun dengan tetap menjaga protokol kesehatan secara ketat. Kita wajib bersyukur, musibah yang menimpa kita selama dua tahun lebih ini kini mulai berkurang dan kondisi kian membaik. Kita telah dapat beraktifitas dengan lebih leluasa. Sebelumnya kita terkurung di rumah, tidak dapat melakukan aktifitas di luar rumah dengan bebas. Bahkan masjid-masjid kita ditutup untuk beberapa waktu dan kita terpaksa melaksanakan salat Id di rumah masing-masing. Kondisi itu terasa sangat mencekam dan memporak-porandakan kehidupan ekonomi kita. Orang yang meninggal dunia di Indonesia sebagai dampak wabah virus korona ini mencapai angka 156.737 orang. Ini tentu sangat memilukan kita. Kini keadaan kita alhamdulillah telah lebih baik. Namun demikian kita wajib tetap bertindak mawas diri dan jangan lengah, serta jangan bereforia dengan anggapan bahwa wabah covid-19 telah berlalu. Kita harus bersungguh-sungguh menjalankan protokol kesehatan.

Kita harus mewasdai kemungkinan timbulnya gelombang baru wabah tersebut. Data yang ada menunjukkan masih adanya penambahan kasus konfirmasi positif covid-19, meskipun dengan tingkat keparahan yang lebih ringan dari sebelumnya. Pada hari Kamis, 30 Juni 2022 (saat ditulisnya khutbah ini) terdapat penambahan 2.248 orang terkonfirmasi positif Covid-19, dan kasus meninggal pada hari yang sama mencapai 6 orang. Jadi kita tidak boleh menganggap enteng terhadap wabah ini.

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil-hamd.

Para hadirin jamaah Iduladha rahimakumullah

Salah satu dampak dari terjadinya musibah covid-19 adalah meningkatnya angka kemiskinan. Pada bulan September tahun 2019, sebelum terjadinya persebaran wabah virus korona, angka kemiskinan di Indonesia mencapai mencapai 24,78 juta orang. Sementara itu pada bulan yang sama di tahun 2021 yang lalu, angka kemiskinan Indonesia meningkat menjadi 26,50 juta orang (9,71%) dengan standar Garis kemiskinan (GK) pada bulan September 2021 sendiri mencapai Rp 486.168 per kapita per bulan (atau $1 dolar lebih sedikit perhari). Apabila diikuti standar Garis Kemiskinan PBB ($2 per hari), maka angka kemiskinan itu akan jauh lebih tinggi.

Masalah kemiskinan merupakan masalah perenial dalam sejarah peradaban manusia. Oleh karena itu setiap bangsa memberi perhatian yang serius terhadap masalah ini. Di Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 ditegaskan bahwa di antara tujuan bernegara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, yang berarti kita harus melakukan upaya maksimal dalam pemberantasan kemiskinan dan pemerataan keadilan ekonomi. Ini tentu merupakan tugas pemerintah yang diharapkan terus mewujudkan kebijakan-kebijakan, termasuk dalam bidang ekonomi, yang berpihak kepada rakyat dan terutama kaum duafa. Tetapi sejatinya upaya pemberantasan kemisknan tidak hanya kewajiban pemerintah, tetapi juga kewajiban kita semua sebagai warga negara. Ajaran Islam sangat menekankan perhatian terhadap masalah kemiskinan ini. Dalam sebuah hadis ditemukan riwayat,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كاَدَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا [رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ فِيْ شُعَبِ الْإِيْمَانِ وَالطَّبَرَانِيُّ فِيْ الدُّعاَءِ]

Dari Anas Ibn Mālik [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “Hampir-hampir kefakiran itu menjadi kekufuran” [HR al-Baihaqī dalam Syuʻab al-Īmān dan aṭ-Ṭabarānī dalam ad-Duʻā].

Hadis ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat menekankan upaya pemberantasan kemiskinan karena kemiskinan itu mendekatkan orang kepada kekufuran. Oleh karena itu sebagai umat beragama, marilah kita menepati ajaran agama kita, terutama dalam konteks Idul Kurban yang mengajarkan semangat berkurban untuk kesejahteraan bersama dan mengembangkan sikap berbagi sumber daya sebagaimana ditegaskan dalam ajaran almaun.

Akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah swt agar bangsa Indonesia diberika kekuatan untuk menghadapi dan mengatasi segala cobaan yang dihadapinya. Sebagai warga masyarakat marilah kita terus meningkatkan kesungguhan, usaha dan kesabaran kita dalam membangun bangsa kita untuk mencapai kesejahteraan bersama yang lebih baik. Demikian apa yang dapat disampaikan dalam khutbah kali ini. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi kita semua.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات، إنك سميع مجيب الدعوات، اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمينربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا ربنا ولا تحمل علينا إصرا كما حملته على الذين من قبلنا ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرينربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم. وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم. والحمد لله رب العالمينوالسلام عليكم لارحمة الله وبركاته 

Khutbah Iduladha oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.

Khutbah Idul Adha: Anak Shaleh, Jalan Surga Orangtua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Allahu akbar, Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhamd

Kaum muslimin yang berbahagia!

Hari ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya kasih-sayang Allah Azza wa Jalla kepada kita semua. Pagi hari ini, kita kembali merasakan betapa besarnya rahmat dan ampunanNya untuk kita semua.

Dosa demi dosa kita kerjakan nyaris sepanjang hari. Perintah demi perintahNya hampir kita abaikan setiap saat. Tapi lihatlah, Allah Azza wa Jalla yang Maha Pengasih itu tidak pernah bosan memberikan kesempatan demi kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan kembali padaNya. Allah Azza wa Jalla yang Maha Penyayang itu tidak pernah menutup pintu ampunanNya yang luas.

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhmad

Kaum muslimin yang berbahagia!

Hari Raya Idul Adha adalah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla untuk peradaban manusia. Itulah kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam. Melalui kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam itu, Allah Ta’ala ingin menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi keluarga dalam membangun sebuah peradaban yang besar. Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat.

Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan sejahtera jika masyarakat itu gagal dalam membangun keluarga-keluarga kecil yang ada di dalamnya.

Dan jika kita berbicara tentang keluarga, maka itu artinya kita juga akan berbicara tentang salah satu unsur terpenting keluarga yang bernama: Anak. Dalam kisah keluarga Ibrahim ‘alaihissalam, sang anak itu “diperankan” oleh sosok Isma’il ‘alaihissalam.

Inilah sosok anak teladan sepanjang zaman yang kemudian diangkat menjadi seorang nabi oleh Allah Azza wa Jalla. Bahkan yang luar biasanya adalah melalui keturunan Isma’il ‘alaihissalam inilah kemudian lahir sosok nabi dan rasul paling mulia sepanjang sejarah manusia bahkan alam semesta, yaitu: Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam!

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin rahimakumullah!

Saya kira hampir semua dari kita mengikuti bagaimana anak-anak remaja kita yang bergabung dalam geng-geng motor mulai berani melakukan tindakan-tindakan anarkis yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Kita semua juga nyaris menyaksikan setiap hari di sudut-sudut jalan raya, bagaimana anak-anak kita dieksploitasi dan diperalat menjadi anak jalanan, mengemis dan meminta-minta sambil mengisap lem dari balik bajunya yang lusuh dan kotor.

Saya kira kita juga tahu hasil-hasil survey mutakhir yang menunjukkan bagaimana jumlah ABG yang hamil di luar nikah terus meningkat dalam jumlah yang sangat memprihatinkan.

Dan itu semua barulah segelintir masalah dan problem anak-anak kita di masa kini… Wallahul musta’an.

Allahu akbar Allahu akbar La ilaha illaLlah Allahu akbar walillahilhamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Harus kita akui dengan jujur bahwa salah satu penyebab utama terjadinya ini semua adalah orangtua itu sendiri. Tidak sedikit Orangtua yang terjebak dalam dua sikap ekstrem yang saling bertolak belakang: sikap yang memanjakan terlalu berlebihan dan sikap pengabaian yang menelantarkan anak-anak.

Ada orangtua yang menganggap bahwa kasih sayang kepada anak harus ditunjukkan dengan pemberian dan pemenuhan segala keinginannya. Bahkan ada juga orangtua yang memanjakan anak dengan segala fasilitas untuk mengangkat gengsinya sendiri sebagai orangtua!

Pada sisi yang lain, tidak sedikit orangtua yang tidak peduli dengan anak-anaknya. Atau menunjukkan kepedulian dengan melakukan kekerasan demi kekerasan kepada anak.

Karena itu, di hari yang penuh berkah ini, marilah kita berhenti sejenak, membuka hati untuk sejenak belajar dari ayahanda para nabi dan rasul, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Belajar tentang betapa pentingnya nilai keluarga kita, tentang betapa pentingnya nilai seorang anak bagi orangtuanya di dunia dan akhirat.

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar la ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd…

Para ayah dan bunda yang dimuliakan Allah!

Pelajaran pertama dari kisah Ibrahim ‘alaihissalam adalah bahwa untuk mendapatkan anak yang shaleh, maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang shaleh. Karena siap menjadi orangtua artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan dan mencukupi kebutuhan anak.

Keberhasilan Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalamadalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)

Pujian Allah Azza wa Jalla untuk Ibrahim ‘alaihissalam ini tentu saja didapatkannya setelah ia berusaha dan berusaha menjadi sosok pribadi yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.

Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah: siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang shaleh? Apakah kesibukan kita menshalehkan pribadi kita sudah menyamai kesibukan kita mengurus rezki dan urusan dunia lainnya?

Prof. DR. Abdul Karim Bakkar, seorang pakar pembinaan anak dan keluarga menegaskan: “Tarbiyah dan pembinaan keluarga yang kita capai itu adalah gambaran tentang bagaimana pembinaan pribadi kita sendiri!”

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd

Ma’asyiral muslimin rahimahukumullah!

Pelajaran kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah jika ingin memiliki anak yang shaleh, maka bersungguh-sungguhlah meminta dan mencita-citakannya dari Allah Azza wa Jalla. Allah Ta’alamengabadikan doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang itu di dalam al-Qur’an:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Tuhanku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh.” (al-Shaffat: 100)

رَبِّ  اجْعَلْنِى  مُقِيمَ الصَّلَوٰةِ  وَمِن  ذُرِّيَّتِى رَبَّنَا  وَتَقَبَّلْ  دُعَآءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mungkin banyak di antara kita yang sekedar “mau” memiliki anak yang shaleh. Tapi siapa di antara kita yang sungguh-sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan kelopak mata yang berderai air mata? Siapa di antara kita yang secara konsisten menyelipkan doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?

Allahu akbar, Allahu akbar La ilaha illaLlahu Allahu akbar wa lillahilhamd…

Jika kita memang sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak shaleh, maka kita harus berpikir dan berusaha sungguh-sungguh pula mencari jalannya, sama bahkan lebih dari saat kita bercita-cita ingin mempunyai penghasilan yang besar, rumah tinggal impian dan kendaraan idaman kita. Berikut ini beberapa hal yang sungguh-sungguh harus kita jalankan untuk mewujudkan impian “anak shaleh” tersebut:

Pertama, konsisten mencari rezki yang halal untuk keluarga:

Dalam pandangan Islam, apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap perilakunya. Karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap orangtua untuk memberikan hanya makanan halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka. Bahkan nafkah yang halal untuk keluarga akan dinilai sebagai sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا أَنْفَقَ عَلَى أَهْلِهِ كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً

“Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi nafkah kepada keluarganya, maka itu akan menjadi sedekah untuknya.” (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)

Usaha memberikan nafkah yang halal tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Dan untuk itu, kita harus selalu mengingat peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tantangan tersebut. Beliau bersabda:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari)

Apakah kita termasuk yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini? Orang yang tidak peduli dari mana mengais dan membawa pulang nafkah untuk keluarga; apakah itu dari hasil suap, korupsi dan manipulasi seperti yang sekarang ini sedang menjadi trend sebagian pejabat di negeri ini?! Semoga saja tidak, karena nafkah yang tidak halal yang tumbuh menjadi daging dalam tubuh. Dan Rasulullah telah berpesan:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنَ السُّحْتِ، النَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena neraka lebih pantas untuknya.”(HR. al-Tirmidzi dengan sanad yang shahih)

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhamd…

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Yang kedua, memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak memanjakannya:

Pada hari ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang nyaris tak terbendung, kita sudah tidak aneh lagi melihat anak-anak yang dibekali oleh para orangtua dengan peralatan-peralatan komunikasi yang bisa apa saja, termasuk mengakses tayangan-tayangan pornografi.

Di samping dampak lain seperti kecanduan game dan semacamnya yang semakin merenggangkan hubungan komunikasi antara anak dan orangtua. Ini adalah satu contoh kasus di mana mungkin saja kita menganggap itu sebagai bukti kasih sayang kita kepada mereka.

Namun marilah memikirkan dengan jernih bahwa bukti cinta dan sayang kita yang sesungguhnya kepada mereka adalah dengan berusaha menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’alaberfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian dari api nerakan yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (al-Tahrim: 6)

Apakah Anda rela membiarkan anak-anak Anda terpanggang di dalam kobaran api neraka? Apakah kita rela membiarkan anak-anak yang kita sayangi itu menjadi bahan bakar neraka Allah?Na’udzu billah min dzalik.

Kaum muslimin rahimakumullah!

Para ayah dan bunda yang berbahagia!

Selanjutnya yang ketiga adalah terus belajar dan belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap:

Apakah kita sudah mengetahui semua panduan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendidik anak?

Apakah kita sudah memahami bagaimana menghadapi karakter anak kita yang berbeda-beda itu?

Kita tidak dilarang mempelajari konsep pendidikan anak dari siapa saja, tapi selalu ingat bahwa konsep pendidikan dan pembinaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang terbaik dan yang wajib untuk kita jalankan. Tentu saja kita tidak lupa untuk meneladani jejak para sahabat Nabi dan Ahlul bait beliau secara benar, dan tidak berlebih-lebihan.

Cobalah kita renungkan betapa banyaknya hal yang harus kita pelajari sebagai orangtua. Karenanya sesibuk apapun urusan dunia kita, kita harus menyediakan waktu untuk belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap.  Itulah harga yang harus kita bayar untuk menyelamatkan keluarga kita dari kobaran api neraka yang membara.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mengapa kita harus benar-benar serius merancang kehadiran anak shaleh di dalam rumah tangga kita? Menjawab pertanyaan itu, marilah merenungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seorang insan meninggal dunia, akan terputuslah seluruh amalnya kecuali dari 3 hal: dari sedekah jariyah, atau dari ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang berdoa untuknya.”(HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani)

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa anak yang shaleh adalah investasi yang tak ternilai harganya. Anak yang shaleh adalah pelita yang tak padam meski kita telah terkubur dalam liang lahat. Anak yang shaleh adalah sumber pahala yang tak putus meski tubuh kita telah hancur berkalang tanah.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak shaleh kelak akan menjadi sumber bencana bagi kehidupan kita para orangtua di akhirat, wal ‘iyadzu biLlah.

Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd…

Kaum muslimin yang berbahagia!

Namun jika kita merasa gagal setelah mengerahkan upaya sungguh-sungguh untuk menghadirkan sosok anak shaleh dalam rumah kita, janganlah kita berputus asa kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam kondisi putus asa seperti itu, kita harus belajar dari kesabaran dan keteguhan Nabi Nuh‘alaihissalam yang terus mengajak anaknya ikut bersamanya, meski kemudian anaknya memilih untuk durhaka kepada Allah Ta’ala hingga akhir hayatnya.

Kesabaran juga hal paling mendasar yang harus kita miliki dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Maraknya kasus perceraian adalah bukti bahwa banyak orangtua yang egois memikirkan dirinya sendiri dan lupa bahwa anak-anak sangat membutuhkan sebuah keluarga yang utuh. Karenanya, bersabarlah karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.

Selanjutnya kepada para pemilik dan pelaku media, ingatlah bahwa media-media yang Anda miliki dan kelola telah terbukti sebagai alat paling efektif  menyampaikan kebaikan dan keburukan. Ingatlah, jika Anda mencari nafkah dengan cara menyebarkan nilai-nilai kebatilan melalui media, maka itu akan menjadi nafkah haram untuk diri dan keluarga Anda.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Sebelum mengakhiri khutbah ini, marilah sejenak kita menyimak panduan singkat menunaikan ibadah kurban kita hari ini hingga 3 hari ke depan.

Hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau mulut.

Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas. Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi bisa diwakilkan kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.

Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya. Pembagian hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin. Pahala yang kita peroleh sangat bergantung pada keikhlasan niat kita dalam menunaikan ibadah kurban ini.

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…

Di penghujung khutbah ini, marilah sejenak kita menundukkan jiwa dan hati untuk menyampaikan doa-doa kita kepada Sang Maha mendengar, Allah Azza wa Jalla. Semoga doa-doa itu terhantarkan ke sisi Allah Ta’ala bersama dengan ibadah kurban yang kita tunaikan hari ini.

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ،

رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم

Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang menciptakan kami, Engkaulah satu-satuNya yang berhak untuk kami sembah…Hari ini kami datang mengetuk pintu ampunanMu. Hari ini kami hadir bersimpuh dengan peluh-peluh dosa yang melekat di tubuh kami yang lemah ini. Ya Allah, betapa kami sering lupa bahwa kehidupan dunia ini sangat singkat, hingga kami pun jatuh dan jatuh lagi dalam kedurhakaan terhadap perintahMu. Ya Allah, ampunilah kami, ampunilah kami, ampunilah kami. Ya Allah, jika Engkau menutup pintu ampunanMu yang agung, kepada siapa lagi kami harus mencari ampunan…

Ya Allah, ya Rabbana, dari bumi khatulistiwa ini, perkenankan doa kami untuk saudara-saudara muslim kami yang terjajah dan tertindas di berbagai belahan bumiMu. Ya Rabbana, berikan keteguhan dan kesabaran kepada saudara-saudara kami di Syiria, Mesir, Palestina, Irak, Myanmar dan di manapun mereka yang tertindas… Kerahkan bala tentaraMu di alam semesta ini untuk meluluhlantakkan para penindas mereka sehancur-hancurnya… Lindungilah kehormatan mereka… Jadikan mereka yang gugur sebagai syuhada’ yang selalu hidup di sisiMu… Segerakan pertolonganMu untuk mereka, Ya Rabbal ‘alamin…

Ya Allah, ya Rabbana, di sisa-sisa hidup kami ini, berikanlah kekuatan kepada kami untuk selalu berbakti dan menjadi anak yang shaleh untuk ayah-bunda kami. Jika mereka masih hidup, izinkanlah kami untuk berkhidmat dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya di sisa-sisa usia mereka… Jika ayah-bunda kami telah tiada, maka izinkanlah kami untuk menjadi sisa-sisa kebaikan mereka yang terus-menerus menjadi ladang kebaikan penerang alam kubur mereka… Ya Allah, ampuni, ampuni, ampuni durhaka kami kepada ayah-bunda kami…

Ya Allah, ya Rabbana, berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk menjadi orangtua yang terbaik untuk putra-putri kami… Hanya Engkau satu-satuNya yang dapat memberikan kekuatan untuk mendidik mereka dengan sebaik-baiknya… Ya Allah, jadikan anak-anak kami sebagai penyejuk hati kami, yang selalu mendoakan kami saat kami sendiri dalam kegelapan alam kubur… Ya Allah, karuniakan kepada kami anak-anak yang mencintai al-Qur’an dan Sunnah NabiMu…

Ya Allah, selamatkan negeri ini dari pemimpin-pemimpin yang zhalim… Selamatkan negeri ini dari kerakusan para koruptor yang tidak bertanggung jawab… Karuniakan untuk kami para pemimpin yang adil dan mencintai SyariatMu… Izinkan kami untuk menikmati indahnya negeri ini di bawah naungan SyariatMu yang Maha Adil…

Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan kami, kamilah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.

رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .

Ketentuan Khutbah Idul Adha

Berikut ini ketentuan atau tata cara khutbah Idul Adha berdasar Kitab Al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji:

1. Hukum Khutbah Sunnah

2. Khutbah Disampaikan setelah Sholat Idul Adha

Berbeda dari shalat Jumat, khutbah pada shalat id dilaksanakan setelah shalat dua rakaat usai, bukan sebaliknya. Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim menjelaskan bahwa Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar juga menunaikan dua shalat id sebelum khutbah.

Rukun khutbah

Rukun khutbah pada shalat id tidak berbeda dari rukun khutbah pada shalat Jumat, yakni:

  • Memuji Allah
  • Membaca shalawat
  • Berwasiat tentang takwa
  • Membaca ayat Al-Qur'an pada salah satu khutbah
  • Mendoakan kaum muslimin pada khutbah kedua

Khatib yang disyaratkan berdiri (bila mampu) saat berkhutbah disunahkan menyela kedua khutbah dengan duduk sebentar.

Pada khutbah pertama, khatib disunahkan memulainya dengan membaca takbir hingga 9 kali, sedangkan pada khutbah kedua membukanya dengan takbir 7 kali.

Saat khutbah berlangsung, jamaah diperintahkan untuk tenang, mendengarkannya secara seksama, agar memperoleh proses kesempurnaan shalat id.

People also Ask

1. Apa isi yang disampaikan di dalam khutbah Idul Adha?

Rukun khutbah Idul Adha meliputi memuji Allah SWT, membaca selawat, berwasiat tentang takwa, membaca ayat Al-Qur'an, dan mendoakan kaum muslimin. Tata cara pelaksanaan khutbah Idul Adha mencakup khatib berdiri, menghadap jemaah, mengucapkan salam, membaca takbir, selawat nabi, wasiyyat bittaqwa, dan doa ampun.

2. Apa pesan Idul Adha yang terbaik?

Selamat Idul Adha yang paling hangat untukmu! "Di hari Idul Adha yang penuh sukacita ini, semoga Allah memenuhi hidupmu dengan kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan. Semoga Allah memenuhi hatimu dengan cinta, jiwamu dengan spiritualitas, dan pikiranmu dengan kebijaksanaan. Idul Adha!"

3. Bagaimana cara khutbah Idul Adha?

Tata Cara Khotbah Iduladha: Membaca Takbir. Di khotbah pertama dianjurkan membaca takbir sebanyak sembilan kali, sedangkan pada khotbah kedua tujuh kali. Memuji Allah SWT. ...Membaca Salawat. ...Berwasiat tentang Ketakwaan.

...Menceritakan Sejarah Iduladha atau Kisah Nabi Ibrahim AS. ...Membaca Ayat Suci Al-Qur'an. ...Berdoa.

4. Apakah khutbah Idul Adha diawali dengan salam?

Khutbah Pertama: Khatib menghadap jamaah, mengucapkan salam, mengumandangkan takbir sebanyak sembilan kali, membaca tahmid/hamdalah, shalawat Nabi ('Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad'), wasiat taqwa, menyampaikan nasihat tentang ketakwaan

Referensi:

  • jombang.nu.or.id
  • mui.or.id
  • Muhammadiya.or.id
  • Majalah SM Edisi 10/2025
  • tarjih.or.id
  • Wahdah.or.id
  • Kitab Al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji
Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |