7 Cara Meneladani Rasulullah Lewat Maulid Nabi Muhammad SAW, Praktikkan dalam Keseharian

1 week ago 7

Liputan6.com, Jakarta Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momentum penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat muslim memperingati hari kelahiran Nabi dengan berbagai kegiatan, mulai dari pengajian, doa bersama, hingga kajian sirah nabawiyah. Perayaan ini bukan hanya sebatas tradisi, melainkan juga bentuk kecintaan umat kepada Rasulullah.

Maulid Nabi sejatinya bukan sekadar mengenang kelahiran beliau, tetapi juga menjadi sarana untuk merenungi kembali nilai-nilai kehidupan yang diajarkan Rasulullah. Teladan akhlak mulia, kesabaran, kejujuran, hingga kasih sayang beliau kepada seluruh umat menjadi pedoman utama yang relevan sepanjang masa.

Maulid Nabi Muhammad SAW sering kali diperingati dengan pengajian, doa bersama, hingga kajian sirah nabawiyah. Namun yang paling penting bukan sekadar ritual, melainkan bagaimana umat mampu menjadikan momen ini sebagai sarana memperbarui tekad untuk meneladani beliau. Sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Dalam kehidupan modern saat ini, keteladanan Rasulullah sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan moral, sosial, maupun spiritual. Maulid Nabi memberikan ruang untuk kembali meneguhkan komitmen dalam meneladani ajaran beliau.

Berikut tujuh beberapa cara sederhana namun mendalam yang bisa dilakukan umat Islam untuk meneladani Rasulullah SAW melalui momentum Maulid Nabi Muhammad.

1. Meneladani Kejujuran Rasulullah

Rasulullah dikenal dengan gelar Al-Amin, yang berarti orang yang dapat dipercaya. Julukan ini disematkan karena kejujuran beliau yang tidak pernah diragukan, baik sebelum maupun sesudah menjadi nabi. Kejujuran beliau sudah diakui masyarakat Mekkah jauh sebelum menerima wahyu. Bahkan, para musuh Islam pun mengakui bahwa Muhammad adalah sosok yang jujur dan amanah.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga...” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam bisa meneladani kejujuran beliau dengan selalu berkata benar, tidak menipu, dan menjalankan amanah dengan baik. Kejujuran menjadi pondasi utama dalam membangun hubungan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat.

Momentum Maulid Nabi menjadi pengingat agar umat muslim semakin teguh mempraktikkan nilai kejujuran dalam setiap aspek kehidupan.

2. Menyebarkan Kasih Sayang

Rasulullah digelari sebagai Rahmatan lil ‘Alamin (rahmat bagi seluruh alam). Beliau penuh kasih sayang, bahkan kepada orang yang menyakitinya. Beliau memaafkan musuhnya ketika menaklukkan Mekah, meski sebelumnya mereka menyakiti beliau dan umat Islam.

Hadis menegaskan:

Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah penduduk bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh penduduk langit.” (HR. Tirmidzi).

Umat Islam bisa meneladani sikap ini dengan memperbanyak silaturahmi, membantu sesama, dan menghindari permusuhan. Dalam konteks sosial, kasih sayang dapat diwujudkan dengan empati kepada kaum dhuafa, anak yatim, serta peduli terhadap lingkungan.

Dengan memperingati Maulid Nabi, umat diingatkan untuk terus menebarkan rahmat dan kasih sayang sebagai wujud implementasi dari teladan Rasulullah.

3. Mengutamakan Kesabaran

Kesabaran Rasulullah tampak jelas ketika beliau menghadapi penolakan, cacian, hingga kekerasan dalam menyampaikan dakwah. Di Thaif, beliau bahkan dilempari batu hingga berdarah, namun tetap mendoakan kebaikan bagi penduduknya.

Hadis tentang kesabaran menyebutkan:

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang diberi anugerah yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam kehidupan modern, kesabaran dapat dipraktikkan dengan menahan amarah, tidak mudah mengeluh, serta tetap istiqamah dalam kebaikan meski menghadapi rintangan. Kesabaran juga sangat penting dalam menjaga keharmonisan rumah tangga, persahabatan, dan pekerjaan.

Maulid Nabi mengingatkan bahwa kesabaran bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang mampu melahirkan solusi terbaik.

4. Meneladani Sikap Rendah Hati

Rasulullah adalah pemimpin besar, tetapi beliau tidak pernah meninggikan diri. Beliau hidup sederhana, tidur di atas tikar kasar, dan sering membantu pekerjaan rumah. Beliau juga makan bersama sahabat tanpa merasa lebih tinggi dari mereka.

Hadis Rasulullah SAW menyebutkan:

“Barang siapa yang rendah hati karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).

Sikap rendah hati ini dapat diteladani dengan tidak sombong atas harta, jabatan, atau ilmu. Rendah hati menjadikan seseorang lebih mudah diterima dalam pergaulan dan lebih bermanfaat bagi orang lain.

Dengan memperingati Maulid Nabi, umat Islam bisa belajar menumbuhkan sikap tawadhu sebagai wujud pengamalan sunnah beliau.

5. Menjaga Lisan dari Ucapan Buruk

Rasulullah selalu menjaga lisannya dari kata-kata kasar, fitnah, maupun kebohongan. Beliau hanya mengucapkan hal-hal baik atau memilih diam jika tidak bermanfaat. 

Hadis populer menegaskan:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di era digital, menjaga lisan juga berarti menjaga tulisan di media sosial. Tidak menyebar hoaks, tidak mencaci, dan tidak menyakiti orang lain melalui komentar negatif.

Momentum Maulid Nabi bisa dijadikan pengingat bahwa menjaga lisan sama pentingnya dengan menjaga hati, karena keduanya mencerminkan kualitas diri seorang muslim.

6. Rajin Bersedekah dan Berbagi

Salah satu teladan Rasulullah adalah kedermawanannya. Beliau tidak segan membagikan apa yang dimilikinya untuk umat, meskipun terkadang dirinya sendiri dalam keadaan kekurangan.

Hadis Rasulullah menyebutkan:

“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Meneladani sikap ini bisa dilakukan dengan bersedekah sesuai kemampuan, baik berupa harta, tenaga, maupun ilmu. Dalam lingkup kecil, berbagi bisa dilakukan dengan membantu tetangga atau teman yang kesusahan.

Maulid Nabi menjadi momentum mempertebal jiwa sosial, mengingatkan bahwa harta hanyalah titipan yang sebaiknya dimanfaatkan untuk kebaikan bersama.

7. Menegakkan Salat dan Ibadah Tepat Waktu

Rasulullah selalu menjaga kedisiplinan dalam beribadah, terutama salat lima waktu. Beliau juga sering memperbanyak ibadah sunnah sebagai bentuk kedekatan dengan Allah SWT.

Hadis Rasulullah SAW menyebutkan:

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah shalat pada waktunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai umatnya, menjaga shalat tepat waktu adalah bentuk nyata meneladani beliau. Selain itu, memperbanyak doa, zikir, dan membaca Al-Qur’an juga menjadi sarana memperkuat iman.

Peringatan Maulid Nabi mengajarkan pentingnya menjaga hubungan dengan Allah melalui ibadah, sekaligus menjadi bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

FAQ

1. Apa makna utama memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW?

Makna utamanya adalah mengenang kelahiran Nabi sekaligus meneladani akhlak, perjuangan, dan nilai-nilai kehidupan yang beliau ajarkan.

2. Apakah Maulid Nabi hanya berupa tradisi?

Tidak, Maulid Nabi juga menjadi sarana dakwah, pengingat spiritual, dan media untuk memperkuat ukhuwah islamiyah.

3. Bagaimana cara sederhana meneladani Rasulullah di zaman sekarang?

Dengan menjaga kejujuran, berbuat baik kepada sesama, menjaga lisan, bersedekah, dan disiplin dalam beribadah.

4. Mengapa keteladanan Rasulullah relevan di era modern?

Karena nilai-nilai seperti kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan kerendahan hati tetap menjadi solusi atas berbagai persoalan moral dan sosial.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |