Liputan6.com, Jakarta - Akhlak merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, yang membentuk perilaku dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran Islam, akhlak terbagi menjadi dua kategori utama: akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah.
Memahami akhlak mahmudah artinya sangat penting bagi setiap Muslim untuk mencapai kebahagiaan sejati. Sifat-sifat terpuji ini tidak hanya mendatangkan kebaikan bagi individu, tetapi juga menciptakan harmoni dalam masyarakat.
Oleh karena itu, pengembangan akhlak mahmudah artinya menjadi fondasi utama dalam pembentukan karakter seorang Muslim. Menurut Ibrahim Anis dalam buku Materi Pendidikan Agama Islam (2019), akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, dan darinya lahir berbagai perbuatan, baik atau buruk.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (3/8/2025).
Pengertian Akhlak Mahmudah Artinya
Akhlak mahmudah adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada sifat-sifat terpuji, baik, dan mulia. Ini merupakan lawan dari akhlak mazmumah, yaitu akhlak tercela. Setiap Muslim diharapkan memiliki akhlak mahmudah karena sifat-sifat ini mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Secara etimologi, kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab "akhlaqun" yang merupakan bentuk jamak dari "khuluqun", yang berarti budi pekerti, tabiat, tingkah laku, watak, atau perangai. Sementara itu, kata "mahmudah" berasal dari kata "hamida" (حمد) yang berarti terpuji.
Dengan demikian, akhlak mahmudah artinya adalah menghilangkan kebiasaan tercela yang telah digariskan dalam agama Islam, menjauhi perbuatan buruk, dan membiasakan diri dengan kebiasaan baik yang dilakukan dengan cinta.
Mengutip buku Pendidikan Akhlak Karimah Berbasis Kultur Kepesantrenan oleh Aditya Firdaus dan Rinda Fauzian (2018), akhlak mahmudah diartikan sebagai akhlak yang terpuji, yaitu perangai dan ucapan yang baik, serta merupakan perbuatan yang disenangi.
Muhammad Husni dalam Studi Pengantar Pendidikan Agama Islam menambahkan bahwa sifat terpuji adalah perilaku yang melekat dalam diri manusia, mendatangkan rahmat, dan memberikan kebaikan, yang pada akhirnya akan mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan.
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa manusia dan dapat menghasilkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya pertimbangan apapun. Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam buku Akhlak Islam mendefinisikan akhlak sebagai karakter, tabiat, marwah, dan agama. Dalam menentukan standar baik dan buruk, umat Islam merujuk pada Al-Qur'an dan hadis.
Contoh Akhlak Mahmudah kepada Allah SWT
Sebagai seorang Muslim, menjalin hubungan yang baik dengan Allah SWT merupakan tujuan utama dalam kehidupan. Akhlak mahmudah kepada Allah SWT mencakup berbagai sikap dan tindakan yang menunjukkan ketaatan dan kecintaan kepada-Nya.
- Bersikap Ikhlas. Sikap ikhlas berarti mengosongkan hati dan niat hanya untuk Allah semata. Melakukan segala sesuatu hanya karena Allah dan demi-Nya, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia.
- Bertaubat. Taubat adalah sikap menyesal dan berupaya memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan atau dosa. Ini adalah langkah awal untuk kembali ke jalan yang benar dan mendekatkan diri kepada Allah.
- Bersyukur. Bersyukur berarti mengakui dan menghargai segala nikmat yang diberikan oleh Allah, baik berupa kesehatan, rezeki, kesuksesan, maupun kebahagiaan. Rasa syukur ditunjukkan dengan menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridai-Nya.
- Bersabar. Sabar adalah menahan diri dan menerima segala cobaan dan ujian yang diberikan oleh Allah dengan lapang dada. Dalam menghadapi kesulitan, seorang Muslim diharapkan tetap sabar dan mengandalkan pertolongan Allah.
- Bertawakal. Tawakal adalah mengandalkan sepenuhnya kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Seorang Muslim yang memiliki akhlak mahmudah akan meletakkan kepercayaan dan harapannya sepenuhnya kepada Allah.
- Berharap kepada Allah. Ini berarti meyakini bahwa hanya Allah yang dapat memberikan pertolongan, rahmat, dan keberkahan dalam segala hal.
- Takut kepada Allah (Khauf). Sikap ini adalah bertanggung jawab dan menjauhi segala larangan-Nya. Seorang Muslim harus senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa dan menghindari yang haram.
Contoh Akhlak Mahmudah kepada Sesama
Akhlak mahmudah kepada sesama manusia merupakan sikap, perilaku, dan tindakan yang mencerminkan kebaikan, kasih sayang, dan kepedulian terhadap orang lain. Ini adalah fondasi penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan penuh kedamaian.
- Menjaga Hubungan Baik. Menjalin hubungan yang harmonis, menghormati, dan menghargai orang lain tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau status sosial.
- Berkata Benar. Seorang Muslim diharapkan untuk selalu berkata yang benar, jujur, dan tidak menyebarkan fitnah atau berbicara dengan kata-kata yang menyakiti.
- Tidak Meremehkan Orang Lain. Memiliki akhlak mahmudah berarti tidak menganggap rendah atau meremehkan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, atau latar belakang sosial.
- Menunjukkan Kasih Sayang. Melalui perbuatan baik, kebaikan hati, dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
- Bersangka Baik (Husnuzan). Sikap positif dalam akhlak mahmudah yang berarti memberikan penilaian atau asumsi yang baik terhadap orang lain. Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan.
Contoh Akhlak Mahmudah terhadap Diri
Akhlak mahmudah terhadap diri merupakan sikap dan tindakan yang mencerminkan kecintaan dan penghargaan terhadap potensi dan fitrah yang Allah anugerahkan. Ini melibatkan perawatan diri secara fisik, mental, dan spiritual.
- Menjaga Kesucian dan Kehormatan Diri. Seperti menjaga diri dari perbuatan dosa, menjauhi hal-hal yang haram, serta menghindari perilaku yang merusak citra diri dan agama.
- Qana'ah. Sikap syukur dan menerima dengan ikhlas apa yang telah Allah berikan dalam hidup. Seorang Muslim yang memiliki akhlak mahmudah akan bersyukur dengan apa yang dimiliki, tidak serakah, dan merasa puas dengan pemberian Allah.
- Berdoa kepada Allah. Melalui doa, seorang Muslim mengakui kelemahan dan ketergantungan pada Allah. Doa merupakan inti ibadah dan pengakuan akan kemahakuasaan Allah.
- Sabar dengan Keputusan Allah. Dalam menghadapi cobaan, kesulitan, atau ujian, seorang Muslim diharapkan untuk tetap sabar dan menerima dengan lapang dada ketentuan Allah.
- Tawakal. Sikap percaya dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan setelah melakukan usaha maksimal.
Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Manusia
Pembentukan akhlak adalah suatu proses dinamis yang terus menerus dilakukan terhadap sistem fisik dan mental, sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik pada setiap orang. Muhammad Husni, mengutip Quraish Shihab, menyatakan bahwa manusia memiliki dua potensi, yaitu baik dan buruk, dan Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa manusia cenderung pada kebajikan.
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi akhlak manusia:
- Al-warasah (Bawaan). Ini adalah potensi batin yang sangat dominan dalam pembinaan akhlak. Berupa kecenderungan, bakat, minat, akal, dan lain-lain yang dibawa sejak lahir. Beberapa ahli berpendapat bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting yang dibawa manusia sejak lahir.
- Al-bi'ah (Lingkungan). Pengaruh lingkungan sangat besar, mulai dari lingkungan sosial terkecil seperti keluarga hingga lingkungan masyarakat yang lebih luas. Lingkungan pendidikan merupakan faktor penting dalam pembinaan akhlak. Lingkungan yang positif dan mendukung akan membantu seseorang membentuk perilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku.
- Pembinaan dan Pembentukan. Akhlak dipengaruhi oleh gabungan faktor internal (pembawaan) dan faktor eksternal (lingkungan). Pendidikan agama harus diberikan secara terus menerus baik melalui keluarga, pendidikan formal, maupun non-formal.
Perilaku yang Tergolong Akhlak Mahmudah Menurut Kitab Hidayah al-Salikin
Kitab Hidayah al-Salikin fi Suluki Maslak al-Muttaqin adalah karya tasawuf yang ditulis oleh ulama Nusantara terkemuka, Syekh Abdul Samad al-Falimbani. Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1192 H (1778 M) dan banyak diinspirasi dari karya-karya Imam Al-Ghazali, seperti Bidayah al-Hidayah, Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin, Minhaj al-Abidin, dan Arba’in fi Ushul al-Din.
Kitab ini menjadi rujukan penting dalam pendidikan agama Islam di Nusantara. Dalam kitab Hidayah al-Salikin, khususnya pada bab kelima, Abdul Samad al-Falimbani mengemukakan sepuluh akhlak mahmudah yang relevan untuk formulasi akhlak mulia dalam pendidikan agama Islam. Al-Falimbani menjelaskan bahwa "taat yang batin itu yaitu segala perangai yang kebajikan dan kepujian".
- Tobat. Tobat berperan sebagai permulaan jalan menuju ampunan Tuhan, kunci kebahagiaan bagi orang yang ingin kembali ke jalan yang benar, dan mengantarkan orang yang tobat kepada kasih sayang Allah. Argumentasi urgensi tobat ini didasarkan pada Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 222 dan surat An-Nur ayat 31, serta hadis Nabi Muhammad SAW. Syarat tobat yang baik menurut Al-Falimbani ada tiga: bertekad untuk meninggalkan maksiat, meninggalkan maksiat itu sendiri, dan berjanji untuk tidak kembali kepada kemaksiatan itu.
- Khauf (Takut kepada Allah). Khauf artinya takut kepada Allah. Ada lima keutamaan bagi yang memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah: mendapatkan petunjuk (hidayah), kasih sayang Allah (rahmat), ilmu, rida, dan surga. Hal ini diperkuat dengan dalil dari Al-Qur'an, yaitu surat Al-A’raf ayat 154, surat Fathir ayat 28, surat Al-Bayyinah ayat 8, surat An-Naziat ayat 40 dan 41, serta surat Ar-Rahman ayat 46.
- Zuhud. Al-Falimbani mengemukakan bahwa zuhud merupakan martabat yang tinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan dunia, menggemari akhirat, disayang Allah, dan disayang manusia. Argumentasi akhlak zuhud ini didukung oleh beberapa hadis Nabi Muhammad SAW. Zuhud bukan berarti tidak memiliki harta atau malas bekerja, melainkan hati tidak terkungkung oleh kenikmatan dunia sehingga melupakan ibadah dan akhirat, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Ghazali yang dikutip Al-Falimbani.
- Sabar. Banyak ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk sabar, antara lain surat Al-Baqarah ayat 153 dan 157, surat An-Nahal ayat 96, surat Az-Zumar ayat 10, dan surat As-Sajadah ayat 24. Selain itu, diperkuat dengan hadis, "Sabar itu setengah dari iman" dan "Sabar itu satu perbendaharaan dari beberapa perbendaharaan surga". Hakikat sabar adalah menahan diri untuk tidak marah, menahan lisan dari mengadukan masalah kepada selain Allah, tetap dalam ketaatan, teguh menjaga diri dari maksiat, dan mampu bertahan atas cobaan.
- Syukur. Al-Falimbani melandasi akhlak syukur dengan dalil dari Al-Qur'an, yaitu surat Ibrahim ayat 7, surat Al-Baqarah ayat 152, dan surat Ali Imran ayat 145. Hadis juga menyebutkan, "Orang yang makan dengan bersyukur sama seperti orang puasa yang sabar". Hakikat syukur itu akan menghimpun tiga hal: ilmu (memahami bahwa semua nikmat dari Allah), kesadaran (menyadari nikmat Allah), dan amal (menggunakan nikmat di jalan yang diridai Allah).
- Ikhlas dan Jujur. Dalil akhlak ikhlas dan jujur antara lain surat Al-Bayyinah ayat 5 dan surat Az-Zumar ayat 3. Ikhlas dan jujur diperkuat dengan hadis qudsi. Ikhlas secara etimologi berarti suci tanpa bercampur dengan apapun, sedangkan secara istilah berarti niat yang tulus dan jujur kepada Allah, tanpa mengharap rida selain-Nya. Makna jujur mencakup benar dalam perkataan, niat, cita-cita, mewujudkan cita-cita, amal perbuatan, dan hati.
- Tawakal. Dalil naqlinya adalah surat Ali Imran ayat 159, surat Al-Maidah ayat 23, dan surat At-Talaq ayat 3. Hadis juga menyebutkan, "Sekiranya kalian bertawakal dengan benar kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki seperti Allah memberi rezeki kepada seekor burung". Tawakal adalah menyerahkan urusan kepada Allah setelah melakukan usaha (ikhtiar). Tawakal menanamkan optimisme dan keberanian dalam menghadapi persoalan hidup, serta tidak membuat putus asa jika usaha belum berhasil.
- Mahabbah (Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya). Mahabbah adalah kecenderungan hati kepada sesuatu yang disukai, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalil naqlinya terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 54 dan hadis yang bermakna, "Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian kecuali Allah dan rasul-Nya lebih kalian cintai daripada dirinya, keluarganya, anak-anaknya, hartanya, dan sekalian manusia". Akhlak mahabbah ini akan melahirkan motivasi cinta kepada selain Allah dan Rasul-Nya atas dasar cinta kepada Allah.
- Rida dengan Ketentuan Allah. Rida adalah kerelaan hati atas segala yang ditentukan Allah. Dalil naqlinya adalah surat Al-Bayyinah ayat 8 dan hadis yang bermakna, "Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Ia akan mengujinya, apabila hamba itu bersabar, maka ia akan dikasihi-Nya, dan apabila ia rida ia akan memilih-Nya". Rida dalam pembahasan ini adalah rida dalam ketaatan, bukan dalam kekufuran atau kemaksiatan.
- Zikr al-Maut (Mengingat Kematian). Zikr al-Maut adalah ingat akan kematian. Dalil naqlinya adalah surat Al-Jumu’ah ayat 8 dan hadis yang bermakna, "Perbanyaklah mengingat yang menghilangkan kelezatan yaitu kematian". Al-Falimbani mengutip pendapat Al-Ghazali bahwa ada dua keutamaan bagi orang yang sering mengingat kematian: membuat orang tidak dihinggapi penyakit cinta dunia (hub ad-Dunya) dan membuat orang tersebut merindukan akhirat.
Daftar Sumber
- Ibrahim Anis. Materi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: 2019.
- Aditya Firdaus & Rinda Fauzian. Pendidikan Akhlak Karimah Berbasis Kultur Kepesantrenan. Bandung: 2018.
- Muhammad Husni. Studi Pengantar Pendidikan Agama Islam.
- Imam Al-Ghazali. Bidayah al-Hidayah, Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin, Minhaj al-‘Abidin, Arba’in fi Ushul al-Din.
- Yusuf Al-Qardhawi. Akhlak Islam.
- Abdul Samad al-Falimbani. Hidayah al-Salikin fi Suluki Maslak al-Muttaqin. 1192 H / 1778 M.
- Al-Qur’an al-Karim:
- QS. Al-Baqarah ayat 153, 157, 222
- QS. An-Nur ayat 31
- QS. Al-A’raf ayat 154
- QS. Fathir ayat 28
- QS. Al-Bayyinah ayat 5, 8
- QS. An-Nazi‘at ayat 40–41
- QS. Ar-Rahman ayat 46
- QS. Ibrahim ayat 7
- QS. Ali Imran ayat 145, 159
- QS. Al-Maidah ayat 23, 54
- QS. At-Talaq ayat 3
- QS. An-Nahl ayat 96
- QS. Az-Zumar ayat 3, 10
- QS. As-Sajadah ayat 24
- QS. Al-Jumu’ah ayat 8
FAQ Seputar Akhlak Mahmudah
1. Apa itu akhlak mahmudah artinya?
Akhlak mahmudah artinya adalah sifat-sifat dan perilaku terpuji yang sesuai dengan ajaran Islam, yang mencerminkan kebaikan, moralitas, dan budi pekerti luhur. Sifat ini merupakan kebalikan dari akhlak mazmumah yang berarti akhlak tercela.
2. Mengapa akhlak mahmudah penting dalam Islam?
Akhlak mahmudah sangat penting karena merupakan cerminan keimanan dan ketakwaan seorang Muslim kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak, menunjukkan bahwa akhlak yang baik adalah fondasi kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Bagaimana cara menumbuhkan akhlak mahmudah?
Menumbuhkan akhlak mahmudah dapat dilakukan dengan membiasakan diri pada perbuatan baik, menjauhi kebiasaan tercela, serta senantiasa merujuk pada Al-Qur'an dan hadis sebagai pedoman. Lingkungan yang baik dan pendidikan agama juga berperan penting dalam pembentukannya.
4. Apa saja contoh akhlak mahmudah kepada sesama manusia?
Contoh akhlak mahmudah kepada sesama manusia meliputi menjaga hubungan baik, berkata jujur, tidak meremehkan orang lain, menunjukkan kasih sayang, dan selalu bersangka baik. Perilaku ini menciptakan harmoni dan kedamaian dalam interaksi sosial.
5. Apakah akhlak mahmudah hanya berlaku untuk hubungan dengan Allah dan sesama manusia?
Tidak, akhlak mahmudah juga berlaku untuk hubungan dengan diri sendiri, seperti menjaga kesucian dan kehormatan diri, bersikap qana'ah (menerima apa adanya), berdoa, sabar dengan keputusan Allah, dan bertawakal. Ini mencerminkan penghargaan terhadap potensi diri yang dianugerahkan Allah.
6. Apa perbedaan antara akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah?
Akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji yang mendatangkan kebaikan dan pahala, sedangkan akhlak mazmumah adalah akhlak tercela yang dapat mendatangkan kebinasaan dan dosa. Muslim dianjurkan untuk senantiasa mengamalkan akhlak mahmudah dan menjauhi akhlak mazmumah.
7. Bagaimana Kitab Hidayah al-Salikin menjelaskan akhlak mahmudah?
Kitab Hidayah al-Salikin karya Syekh Abdul Samad al-Falimbani mengidentifikasi sepuluh akhlak mahmudah utama, yaitu tobat, khauf (takut kepada Allah), zuhud, sabar, syukur, ikhlas dan jujur, tawakal, mahabbah (cinta kepada Allah dan Rasul), rida dengan ketentuan Allah, dan zikr al-maut (mengingat kematian). Kitab ini menjelaskan secara rinci makna dan keutamaan dari setiap akhlak tersebut.