Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan mengenai apakah takdir bisa diubah dengan doa seringkali muncul dalam benak umat beragama. Konsep takdir dan peran doa dalam kehidupan manusia menjadi topik yang menarik untuk dibahas secara mendalam.
Banyak yang meyakini bahwa doa memiliki kekuatan luar biasa untuk memengaruhi jalan hidup seseorang.
Namun, bagaimana pandangan agama dan ajaran Islam mengenai hubungan antara takdir dan doa ini? Pemahaman yang benar tentang takdir dan doa sangat penting agar kita tidak salah dalam berikhtiar.
Mengutip buku Laut Tengah oleh Berliana Kimberly (2022), doa dapat mengubah takdir umat muslim, meskipun ia masih berlumur dosa. Selama iman di dada masih ada, Allah SWT tidak akan segan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan hamba-Nya. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Selasa (23/9/2025).
Memahami Konsep Takdir dalam Islam
Takdir merupakan ketentuan Allah SWT yang meliputi segala peristiwa yang terjadi di alam semesta. Dalam Islam, takdir dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram. Pemahaman ini krusial untuk menjawab pertanyaan apakah takdir bisa diubah dengan doa.
Mengutip Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Aditiya, dkk (2021), qada secara bahasa berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Sedangkan qada secara istilah adalah ketetapan Allah yang tercatat di Lauh al-Mahfuz sejak zaman azali, berlaku bagi seluruh makhluk hidup atau alam semesta.
Qadar secara bahasa berarti ketetapan yang telah terjadi atau keputusan yang diwujudkan, dan secara istilah merupakan ketetapan atau keputusan Allah yang memiliki sifat Maha Kuasa (Qadir) atas segala ciptaan-Nya.
Takdir Mubram
Takdir mubram adalah ketetapan Allah yang tidak bisa diubah oleh siapa pun. Contoh takdir mubram meliputi: manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan; setiap benda di alam semesta bergerak menurut sunatullah; semua makhluk hidup akan mengalami kematian; dan Hari Kiamat sebagai takdir azali.
Takdir Muallaq
Takdir muallaq merupakan takdir yang masih bisa diubah dengan usaha yang dilakukan oleh manusia. Allah memberikan kesempatan kepada semua hamba-Nya untuk berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mengutip buku Panduan Muslim Sehari-hari karya DR. KH. M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, pengertian muallaq secara bahasa berarti sesuatu yang digantungkan.
Sebagai seorang muslim beriman, sudah menjadi kewajiban untuk mempercayai dan meyakini adanya takdir baik dan takdir buruk. Rasulullah SAW bersabda, "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk," (HR Muslim).
Peran Doa dalam Mengubah Takdir Muallaq
Pertanyaan utama apakah takdir bisa diubah dengan doa menemukan jawabannya pada konsep takdir muallaq. Doa memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengubah takdir yang bersifat muallaq. Hal ini ditegaskan dalam beberapa hadis Nabi SAW.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur." (HR. Ahmad no. 22438, Ibnu Majah no. 22438, dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad).
Doa bisa menjadi sebab tertolaknya suatu takdir yang telah ditentukan. Begitu pula dengan kebajikan (birr), yang dapat memperpanjang umur seseorang yang seharusnya lebih pendek jika bukan karena amal baiknya. Dengan demikian, doa, kebajikan, dan sebab-sebab lainnya dapat mempengaruhi perubahan dalam ketetapan takdir.
Namun, perlu dipahami bahwa perubahan tersebut juga telah ditulis dalam takdir karena sebab doa itu sendiri. Hal ini seperti obat yang dapat menyembuhkan penyakit; ia memiliki pengaruh dalam kesembuhan, akan tetapi tetap berada dalam ketetapan (baca: takdir) Allah. Allah SWT berfirman, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir: 60).
Dinamika Takdir dan Doa Saling Mendahului
Konsep bahwa doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului hingga hari kiamat menunjukkan dinamika yang kompleks antara kehendak ilahi dan usaha manusia. Ini berarti bahwa perbuatan berdoa itu sendiri adalah bagian dari takdir, dan takdir itu pasti terjadi.
Atas kehendak Allah-lah terjadi dan tercegahnya segala sesuatu. Dia juga yang menakdirkan dan mencegah segala sesuatu baik dengan sebab doa, sedekah, atau amal salih. Suatu takdir bisa saja diperbaiki dengan takdir lain, menunjukkan bahwa interaksi antara takdir dan doa sangat dinamis.
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan ‘Umar radiyallahu ‘anhu terkait turunnya tha’un (wabah menular) di Syam. Ketika sebagian orang berkata, "Bukankah ini bentuk lari dari takdir Allah?" ‘Umar radiyallahu ‘anhu pun berkata, "Kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah (yang lain)."
Tingkatan Penulisan Takdir dan Pengaruh Doa
Memahami tingkatan penulisan takdir membantu kita melihat bagaimana doa berinteraksi dengan ketetapan ilahi. Tingkatan penulisan takdir adalah ketetapan Allah Ta’ala atas segala sesuatu – baik yang kecil maupun besar – dalam Lauh Mahfuzh, mencakup segala sesuatu yang telah dan akan terjadi. Ini merupakan salah satu dari empat tingkatan takdir.
- Ilmu Allah Ta’ala yang mencakup segala sesuatu. Ini adalah keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.
- Penulisan Allah Ta’ala atas segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh. Segala sesuatu telah ditulis oleh Allah Ta'ala di Lauhul Mahfudz. Allah Ta’ala berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid: 22).
- Kehendak-Nya yang mutlak dan tidak dapat ditolak dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas dalam menciptakan segala sesuatu. Apa yang Dia kehendaki pasti akan terjadi, dan sebaliknya, apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan pernah terjadi.
- Beriman bahwa Allah Ta’ala adalah Pencipta segala sesuatu dan yang mengadakannya. Segala sesuatu selain Allah adalah makhluk, ciptaan Allah Ta'ala.
Doa adalah salah satu sebab yang memiliki pengaruh terhadap akibatnya. Namun, perlu dipahami bahwa perubahan tersebut juga telah ditulis dalam takdir karena sebab doa itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)." (QS. Al-Qamar: 49).
Ikhtiar, Tawakal, dan Doa sebagai Ibadah
Doa bukan hanya sekadar permohonan, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan manifestasi dari ikhtiar serta tawakal seorang hamba. Ini adalah cara hamba mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Pertanyaan apakah takdir bisa diubah dengan doa juga harus dilihat dari sudut pandang ini.
Mengutip buku Laut Tengah oleh Berliana Kimberly (2022), doa mampu memengaruhi takdir yang sifatnya belum pasti (takdir muallaq). Namun, perubahan tersebut tetap bergantung pada ketetapan Allah. Oleh karena itu, setiap muslim dianjurkan untuk senantiasa berdoa, ikhtiar, dan bertawakal kepada Allah. Sebab, doa merupakan bentuk ibadah sekaligus sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Allah SWT telah membekali fitrah pada diri hamba-hamba-Nya berupa kemampuan untuk berusaha mencapai sebab-sebab yang telah ditetapkan bagi mereka di dalam kehidupan di dunia. Tidak hanya itu, bahkan Allah SWT juga membekali fitrah yang sama pada seluruh binatang. Tiap-tiap dari makhluk-Nya telah diberikan kemudahan untuk mencapai apa yang telah ditetapkan baginya di dunia dan di akhirat. Namun, perlu disadari bahwa yang menyiapkan dan memudahkan semua itu adalah Allah SWT.
Manusia hendaknya menyalahkan dirinya jika dia tunduk kepada keburukan dan kemaksiatan, seperti mabuk-mabukan atau zina. Hendaknya, dia bersyukur ketika dia condong untuk berbuat taat, berpegang teguh pada ketaatan, istiqamah dalam ketaatan, karena dia memiliki akal, kehendak, kemampuan memilih, serta kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang mudharat, yang benar dan yang salah.
Contoh Penerapan Takdir Muallaq dalam Kehidupan
Untuk lebih memahami apakah takdir bisa diubah dengan doa, penting untuk melihat contoh-contoh takdir muallaq yang memerlukan usaha dan doa. Ini menunjukkan bahwa takdir tidak berarti pasrah tanpa berbuat apa-apa.
Dalam buku Qadha dan Qadar yang ditulis Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dijabarkan berbagai contoh takdir muallaq. Beberapa contoh takdir muallaq dan peran usaha di dalamnya adalah:
- Jika seseorang ditakdirkan sebagai orang yang paling alim pada masanya, ia tidak akan mencapai kedudukan tersebut, kecuali melalui usaha dan kesungguhannya di dalam belajar serta melalui tahapan-tahapan yang dapat mengantarkannya untuk mencapai kedudukan tersebut.
- Ketika seseorang ditakdirkan memiliki keturunan, ia tidak akan memperoleh keturunan tersebut, kecuali melalui sebab menikah atau melakukan hubungan intim.
- Demikian pula jika seseorang ditakdirkan akan memanen hasil pertanian, ia tidak akan memperolehnya, kecuali dengan cara menanam benih atau melalui sebab-sebab lain yang dapat mengantarkannya memanen hasil pertanian tersebut.
- Begitu pula jika seseorang ditakdirkan kenyang maka ia tidak akan merasakannya, kecuali dengan cara makan dan minum.
Seseorang yang tidak mau berusaha dan hanya berpasrah diri pada takdir maka statusnya sama dengan orang yang tidak mau makan, tidak mau minum, dan tidak mau bergerak di dalam hidupnya dengan alasan pasrah terhadap takdir yang telah ditetapkan baginya. Ini menunjukkan pentingnya ikhtiar dalam menghadapi takdir muallaq.
Dalil-Dalil Al-Qur'an dan Hadis tentang Takdir dan Doa
Banyak dalil dari Al-Qur'an dan Hadis yang menjelaskan hubungan antara takdir dan doa, memperkuat pemahaman kita tentang apakah takdir bisa diubah dengan doa. Dalil-dalil ini menjadi landasan keyakinan umat Islam.
- Al-Qur'an:
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS. Ali Imran ayat 185)
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Rad ayat 11)
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (QS. Al-Qamar: 49)
"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir: 60)
- Hadis:
Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim)
"Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur." (HR. Ahmad no. 22438, Ibnu Majah no. 22438, dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Musnad)
"Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebajikan." (HR. At-Tirmidzi)
FAQ
1. Apakah semua takdir bisa diubah dengan doa?
Tidak. Hanya takdir muallaq yang bisa berubah dengan doa, sementara takdir mubram tetap tidak bisa diubah.
2. Apa bedanya takdir muallaq dan takdir mubram?
Takdir muallaq masih bergantung pada usaha dan doa manusia, sedangkan takdir mubram sudah pasti terjadi dan tidak bisa diubah.
3. Apakah doa benar-benar dapat memengaruhi takdir?
Ya, doa bisa menjadi sebab perubahan takdir muallaq, sebagaimana ditegaskan dalam beberapa hadis Nabi SAW.
4. Jika takdir bisa berubah dengan doa, apakah itu berarti takdir tidak tetap?
Tidak. Perubahan takdir dengan doa juga sudah ditetapkan oleh Allah, seperti sebab-sebab lain dalam kehidupan.
5. Mengapa doa dianggap ibadah meskipun takdir sudah ditentukan?
Karena doa adalah bentuk ikhtiar, tawakal, dan penghambaan kepada Allah SWT, serta menjadi sarana mendekatkan diri pada-Nya.
6. Apakah doa orang berdosa tetap bisa mengubah takdirnya?
Ya, selama masih beriman, doa orang berdosa tetap bisa dikabulkan oleh Allah SWT.
7. Apa dalil Al-Qur’an tentang hubungan usaha dan takdir?
QS. Ar-Ra’d ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”