Penjelasan Apakah Takdir Kematian Bisa Diubah dengan Doa Menurut Ajaran Islam

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, sebuah keniscayaan yang tak terhindarkan bagi setiap makhluk hidup. Pertanyaan mengenai apakah takdir kematian bisa diubah dengan doa seringkali muncul di benak banyak orang, memicu perdebatan dan pencarian jawaban dalam ajaran agama.

Meskipun kematian adalah takdir yang pasti, doa memiliki kedudukan yang sangat mulia sebagai bentuk ibadah dan sarana komunikasi hamba dengan Tuhannya. Lantas, bagaimana Islam menjelaskan hubungan antara doa dan takdir kematian?

Mengutip dari buku Qadha dan Qadar oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, dijelaskan bahwa takdir adalah misteri yang sejak dahulu hingga kini selalu banyak diperbincangkan. Pemahaman yang benar tentang takdir, termasuk takdir kematian, sangat penting untuk memperkuat keimanan seorang Muslim.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Selasa (23/9/2025).

Apakah Takdir Kematian Bisa Diubah dengan Doa?

Dalam ajaran Islam, takdir terbagi menjadi dua jenis utama: takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir mubram adalah ketetapan Allah SWT yang bersifat mutlak dan tidak dapat diubah oleh usaha manusia, termasuk kematian. Sementara itu, takdir muallaq adalah takdir yang masih bisa diubah melalui usaha (ikhtiar) dan doa manusia.

Kematian termasuk dalam kategori takdir mubram. Allah SWT telah menetapkan waktu dan cara kematian setiap jiwa, dan tidak ada seorang pun yang dapat menunda atau mempercepatnya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT, "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan." (QS al-‘Ankabut: 57).

Ayat lain juga menegaskan, "Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia Beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”" (QS al-Jumu’ah: 8). Serta, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun" (QS al-A’raf: 34).

Meskipun demikian, doa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya takdir itu tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha untuk mendahului, hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik (kepada orang tua) itu memperpanjang umur.” (HR. Ahmad no. 22438, Ibnu Majah no. 22438).

Hadis ini seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai apakah takdir kematian bisa diubah dengan doa. Para ulama menjelaskan bahwa hadis ini merujuk pada takdir muallaq, yaitu takdir yang masih bisa berubah dengan sebab-sebab tertentu, termasuk doa dan amal kebaikan.

Namun, takdir kematian sebagai ajal yang telah ditentukan adalah takdir mubram yang tidak dapat diubah. Doa dapat mengubah takdir dalam konteks rezeki, kesehatan, atau kemudahan dalam hidup, tetapi tidak untuk ajal yang telah ditetapkan.

Kematian sebagai Takdir Mubram yang Pasti

Kematian adalah salah satu takdir yang paling jelas bersifat mubram, artinya tidak dapat dihindari atau diubah. Setiap manusia, tanpa terkecuali, akan menghadapi kematian pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW membuat garis persegi empat, lalu menarik garis pada pusatnya, dan menarik garis-garis lain pada sisinya, serta menarik sebuah garis lain di luarnya.

Beliau bersabda, “Ini adalah manusia, dan ini adalah ajal yang mengelilinginya.” Kemudian sambil menunjuk pada garis-garis yang mengitarinya, Nabi bersabda, “Dan ini adalah peristiwa-peristiwa yang mengancam. Jika lolos dari yang satu, ia akan terkena oleh yang lain. Dan garis di luar ini adalah angan-angannya.” (HR Bukhari). 

Usia, jabatan, atau kekayaan tidak menjadi jaminan untuk menunda kematian. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 145, “Setiap yang bernyawa tidak akan mati melainkan atas izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” Ayat ini menegaskan bahwa kematian terjadi atas izin Allah dan pada waktu yang telah ditentukan.

Takdir kematian telah tertulis di Lauh al-Mahfuz jauh sebelum seseorang dilahirkan, lengkap dengan waktu dan sebab-sebabnya. Oleh karena itu, tidak ada satu pun makhluk yang bisa lari dari ketetapan ini, menjadikannya takdir yang tidak dapat diubah.

Memahami Konsep Takdir dalam Islam

Konsep takdir dalam Islam adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Takdir, atau qada dan qadar, berasal dari bahasa Arab. Mengutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Aditiya, dkk (2021), qada secara bahasa artinya adalah ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Sedangkan qada secara istilah berarti ketetapan Allah yang tercatat di Lauh al-Mahfuz sejak zaman azali.

Sementara itu, qadar secara bahasa berarti ketetapan yang telah terjadi atau keputusan yang diwujudkan, dan secara istilah merupakan ketetapan atau keputusan Allah yang memiliki sifat Maha Kuasa (Qadir) atas segala ciptaan-Nya. Takdir dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.

Takdir mubram adalah ketetapan Allah yang mutlak dan tidak dapat diubah oleh usaha manusia. Contoh takdir mubram meliputi kematian setiap makhluk hidup, jenis kelamin seseorang, dan terjadinya hari kiamat. Semua makhluk hidup akan mengalami kematian, seperti yang dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Di sisi lain, takdir muallaq adalah takdir yang masih bisa diubah dengan usaha (ikhtiar) dan doa yang dilakukan oleh manusia. Allah memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik. Mengutip buku Panduan Muslim Sehari-hari karya DR. KH. M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, dijelaskan pengertian muallaq secara bahasa berarti sesuatu yang digantungkan. Jika ikhtiar dan usaha seseorang sesuai dengan ketetapan Allah SWT, maka hasilnya akan memuaskan sesuai dengan keinginan manusia, dan berlaku sebaliknya.

Peran Doa dalam Ketetapan Takdir

Doa memiliki kekuatan besar dalam Islam, meskipun tidak dapat mengubah takdir mubram seperti kematian. Doa dapat memengaruhi takdir muallaq, yaitu takdir yang sifatnya belum pasti. Mengutip buku Laut Tengah oleh Berliana Kimberly (2022), doa dapat mengubah takdir umat muslim, meskipun ia masih berlumur dosa.

Ini berarti bahwa melalui doa, seorang hamba dapat memohon kepada Allah untuk mengubah kondisi hidupnya, seperti memohon kesembuhan dari penyakit, kelancaran rezeki, atau kemudahan dalam menghadapi kesulitan. Allah SWT berfirman, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir: 60). 

Doa adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, dan melalui doa, seorang Muslim menunjukkan ketergantungannya kepada Sang Pencipta. Namun, penting untuk dipahami bahwa perubahan yang terjadi karena doa juga merupakan bagian dari takdir Allah. Artinya, Allah telah mengetahui sejak awal bahwa hamba-Nya akan berdoa dan doa tersebut akan dikabulkan, sehingga perubahan itu sendiri sudah termasuk dalam ketetapan-Nya.

Ini adalah konsep "lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain," sebagaimana yang diucapkan oleh Umar bin Khattab ketika menghindari wabah tha'un. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tindakan dan hasilnya, termasuk doa dan pengabulannya, berada dalam lingkup takdir ilahi yang luas.

Tanda-Tanda Kematian: Sebuah Peringatan Ilahi

Meskipun takdir kematian adalah hak prerogatif Allah SWT, Dia berkehendak untuk memberikan tanda-tanda kematian kepada hamba-Nya yang beriman sebagai peringatan. Tanda-tanda ini dimaksudkan agar seseorang dapat mempersiapkan bekal akhirat, seperti amal saleh, sedekah, dan memperbanyak ibadah.

Mengutip buku Misteri Kehidupan Alam Barzakh oleh Ipnu Rinto Nugroho (2017), tanda kematian seseorang sudah dekat bisa dilihat sejak 100 hari sebelum kematian.

Tanda-tanda ini akan terus berlangsung hingga beberapa saat sebelum ajal tiba.

Pada 100 hari sebelum kematian

Pada 100 hari sebelum kematian, tanda-tanda biasanya muncul saat waktu asar, di mana tubuh orang yang akan meninggal akan terasa dingin dan menggigil dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bagi orang beriman, tanda ini akan mendorong mereka untuk memperbaiki hubungan dengan Allah.

Pada 40 hari sebelum kematian

Pada 40 hari sebelum kematian, mengutip buku Mamonisme karya Maman A. Majid, fase ini umumnya dirasakan sesudah waktu Asar dan ditandai dengan bagian kaki yang berdenyut. Daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pohon yang letaknya di atas Arsy Allah, dan malaikat maut mulai mempersiapkan kematian.

3 hari menjelang kematian

Mendekati waktu kematian, tepatnya 3 hari menjelang, akan terasa denyutan di bagian tengah dahi, dan bagian hitam pada bola mata tidak akan bersinar lagi. Untuk orang sakit, telinganya terlihat layu dan bagian ujungnya akan berangsur masuk ke dalam, serta telapak kakinya menjadi sulit ditegakkan.

Tanda terakhir

Tanda terakhir yang akan dirasakan sebelum kematian adalah hawa sejuk di bagian pusar, lalu turun ke pinggang, dan kembali naik ke sekitar jakun atau pangkal leher. Keluarga dapat merasakan hawa sejuk ini dengan menempelkan tangan di perut. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai pengingat akan kefanaan hidup dan urgensi untuk beramal saleh.

Hikmah di Balik Takdir Kematian

Kematian adalah pengingat yang paling kuat akan kefanaan hidup di dunia dan kepastian adanya kehidupan akhirat. Mengimani takdir kematian, meskipun tidak dapat diubah dengan doa, mengajarkan manusia untuk hidup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Rasulullah SAW bersabda, "Kita semua akan mati. Itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari hadis tersebut. Kematian akan menghampiri siapapun tanpa kecuali." (HR Bukhari).

Hikmah di balik takdir kematian yang tidak dapat diubah adalah untuk mendorong ketaatan. Kesadaran akan kematian yang pasti mendorong manusia untuk senantiasa beribadah dan berbuat kebaikan, karena setiap amal akan dipertanggungjawabkan.

Ini juga mengajarkan untuk menghargai kehidupan, dengan mengetahui bahwa hidup ini terbatas, manusia diajak untuk menghargai setiap momen dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Kematian juga merupakan pintu gerbang menuju alam akhirat. Keyakinan akan takdir kematian memotivasi Muslim untuk mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan setelah mati. Selain itu, kematian berlaku bagi semua makhluk, tanpa memandang status sosial, kekayaan, atau kekuasaan, menunjukkan keadilan Allah SWT. Bagaimana seseorang menghadapi kematian, baik kematian dirinya sendiri maupun orang terdekat, adalah ujian keimanan dan kesabaran.

FAQ

1. Apakah takdir kematian bisa diubah dengan doa?

Tidak. Kematian termasuk takdir mubram yang telah ditetapkan Allah SWT dan tidak bisa diubah.

2. Apa perbedaan takdir mubram dan takdir muallaq?

Takdir mubram bersifat mutlak dan tidak bisa diubah, sedangkan takdir muallaq masih bisa berubah melalui doa dan ikhtiar.

3. Apakah doa tetap bermanfaat jika tidak bisa mengubah kematian?

Ya. Doa dapat memengaruhi takdir muallaq seperti rezeki, kesehatan, dan kemudahan hidup.

4. Apakah doa yang mengubah takdir sudah termasuk dalam ketetapan Allah?

Benar. Allah sudah mengetahui sejak awal siapa yang berdoa dan hasil dari doa tersebut.

5. Mengapa kematian disebut sebagai takdir yang pasti?

Karena Allah telah menentukan ajal setiap makhluk sejak di Lauh al-Mahfuz, dan waktunya tidak bisa dimajukan atau ditunda.

6. Apakah ada tanda-tanda menjelang kematian?

Ada. Menurut sebagian riwayat, tanda-tanda bisa muncul sejak 100 hari sebelum ajal, hingga sesaat sebelum ruh dicabut.

7. Apa hikmah dari takdir kematian yang tidak bisa diubah?

Agar manusia selalu ingat bahwa hidup terbatas, terdorong untuk taat, berbuat baik, dan mempersiapkan bekal akhirat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |