Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam berserah diri kepada Allah disebut dengan tawakal. Namun, berserah diri kepada Allah bukan berarti pasrah terhadap keadaan tanpa berusaha.
Bahkan, Allah sendiri telah memperingatkan bahwa orang yang pasrah dan berputus asa hanyalah orang kafir. Hal ini disebut dalam petikan Surat Yusuf ayat 87:
وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Wa lā tai'asū mir rauḥillāh(i), innahū lā yai'asu mir rauḥillāhi illal-qaumul-kāfirūn(a)..
Artinya: Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
Lantas, seperti apa pengertian tawakal yang dibenarkan dalam Islam? Berikut ini adalah pengertian tawakal, dalil, hikmah, serta contoh yang bisa jadi teladan.
Pengertian Tawakal Dalam Islam
Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali membahas pengertian tawakal menurut Syekh Abu Qasim al-Qusyairi dalam kitab Ihya’ Ulumiddin. Menurut Imam Abu Qasim al-Qusyairi, tawakal adalah memasrahkan setiap perkara kepada Allah.
Al-Qusyairi berpendapat bahwa pasrah kepada Allah bermakna memilih menjadikan Allah sebagai Dzat yang memutuskan hasil dari setiap perkara yang dihadapi seorang hamba. Syekh Abu Qasim al-Qusyairi juga menukil pendapat Sahal bin Abdullah, “Awal dari derajat tawakal adalah ketika seorang hamba merasakan kepasrahan kepada Allah bagaikan seonggok jenazah di depan orang yang memandikannya yang dapat dibolak-balik dengan mudah sesuai keinginan orang yang memandikannya," demikian dikutip dari Al-Ihya Ulumuddin.
Abu Qasim al-Qusyairi dalam Kitabnya kitab Risalah al-Qusyairiyah menjelaskan, tawakal tempatnya di hati dan usaha lahirian tidaklah merusak sifat tawakal. "Usaha lahiriah tidaklah merusak sifat tawakal dalam hati selama sang hamba meyakini bahwa takdir datang dari sisi Allah. Apabila suatu perkara terasa sulit maka hal tersebut datang dari takdir Allah. Dan apabila suatu perkara selaras dengan keinginannya maka hal tersebut datang dari pertolongan Allah.”
Sementara, dalam Buku Tawakkal Kunci Sukses Membuka Pintu Rezeki, DR. Yusul al-Qaradhawi mengutip beberapa pendapat ulama tentang tawakal. Imam Ahmad yang dikutip oleh Al-Qusyairi mengatakan, "Tawakal merupakan perbuatan yang dilakukan hati, artinya hanya di dalam hati dan tidak diucapkan lisan maupun dilakukan perbuatan menggunakan anggota badan. Tawakal juga tidak termasuk pula dalam kategori pembahasan ilmu dan pengetahuan."
Sementara, Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Munawir Kamaluddin., S.Ag., M.Ag menjelaskan, dalam tulisannya yang berjudul Tawakal antara Usaha dan Keyakinan menjelaskan, pengertian tawakal adalah berserah diri kepada Allah.
Tawakkal berasal dari kata "توكّل" yang berarti mengandalkan, berserah diri, atau mempercayakan segala urusan kepada pihak lain. Dalam syariat, tawakkal memiliki makna menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal, dengan keyakinan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Pengertian ini mengandung dua unsur penting: usaha atau ikhtiar dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Perintah Tawakkal dalam Al-Qur'an dan Hadits
Prof DR Munawir dalam tulisannya juga mengulas perintah tawakal dalam Al-Qur'an dan hadis yang bisa menjadi dalil sikap tawakal.
1. Surat l-Imran Ayat 159
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal."(QS. Al-Imran: 159)
Ayat ini mengajarkan bahwa setelah usaha dilakukan dengan tekad yang kuat, seorang mukmin harus menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan demikian, tawakkal bukan berarti meninggalkan usaha, melainkan usaha itu harus diikuti dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.
2. Surat Al-maidah Ayat 23
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah-lah kamu harus bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman."(QS. Al-Maidah: 23)
Ayat ini menegaskan bahwa tawakkal adalah bagian dari iman. Jika seseorang benar-benar beriman, maka ia akan selalu bersandar kepada Allah setelah berusaha. Tawakkal adalah bukti keyakinan bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu.
3. Surat At-Talaq Ayat 3
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya."(QS. At-Talaq: 3)
Ayat ini menunjukkan janji Allah bahwa orang yang bertawakkal kepada-Nya akan dicukupi kebutuhannya. Ini berarti seorang Muslim yang telah berikhtiar maksimal kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah, akan memperoleh ketenangan karena yakin bahwa Allah akan mencukupi segala keperluannya.
Hadits ini menggambarkan bahwa tawakkal tidak berarti pasif. Burung yang disebutkan dalam hadits tetap keluar mencari makanan (usaha), namun ia kembali dalam keadaan kenyang karena Allah yang menjamin rezekinya. Ini adalah contoh bahwa tawakkal harus didahului oleh usaha, dan hasil akhirnya diserahkan kepada Allah.
4. Hadis Riwayat Tirmizi
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ
"Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore dalam keadaan kenyang."(HR. Tirmidzi)
5. Hadis HR Abu Dawud, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
"Cukuplah Allah sebagai wakil (yang mengurus segala urusan)."(HR. Abu Dawud)
Rasulullah menegaskan bahwa Allah adalah wakil terbaik dalam mengurus urusan manusia. Tawakkal kepada Allah berarti mengakui bahwa hanya Dia yang memiliki kemampuan penuh untuk mengatur dan memberikan hasil yang terbaik dalam setiap usaha.
Hikmah Tawakal
Setelah mengetahui pengertian tawakal yang benar dalam Islam dan dalilnya, kali ini kita membahas hikmah tawakal. Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta, Muhamad Nishom dalam Teks Khutbah Jumat berjudul 'Tawakal dan 3 Hikmahnya' menjelaskan, ada banyak sekali hikmah tawakal.
1. Mendapat Perlindungan dan Pertolongan Allah SWT
Orang yang bertawakal kepada Allah akan mendapat perlindungan, pertolongan dan bahkan anugerah dari Allah SWT sebagaimana ditegaskan di dalam Surah Al-Anfal, ayat 49, yang artinya: "Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
2. Kebaikan Dunia dan Akhirat
Kedua, orang yang bertawakal kepada Allah SWt akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nahl, ayat 41-42 yang artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Allah saja mereka bertawakkal.”
Orang-orang yang selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupannya, akan selalu mendapat balasan dari Allah SWT, tidak hanya balasan kebaikan di dunia tetapi terlebih balasan di akherat nanti. Di dunia saja, mereka akan hidup dengan tenang dan tentram sehingga terhindar dari stres berat maupun depresi yang berkepanjangan.
Terlebih di akherat, mereka akan mendapat surga yang tinggi karena Allah mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakal kepada-Nya.
3. Hidupnya Dicukupi Allah SWT
Orang yang bertawakal hidupnya akan dicukupi oleh Allah SWT sebagai ditegaskan dalam Surah Ath-Thlaaq, ayat 3, yang artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.”
Ayat tersebut merupakan jaminan dari Allah SWT bahwa orang-orang yang hatinya senantiasa bertawakal kepada-Nya, akan dicukupi seluruh keperluan hidupnya, baik secara material maupun spiritual. Orang-orang yang hidupnya dicukupi oleh Allah SWT tidak mungkin mengalami kekurangan meskipun bisa saja orang itu orang sederhana dan bukan orang kaya.
Demikian pula, orang-orang kaya yang hatinya selalu bertawakal kepada Allah tidak akan mengalami kekhawatiran akan bangkrut sebab Allah akan selalu mencukupinya.
4. Ketenangan Jiwa
Prof DR Munawwir Kamaluddin menjelaskan, tawakal memberikan ketenangan hati karena seorang mukmin yakin bahwa Allah mengatur segala sesuatu. Allah berfirman:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
Artinya: "Bukankah Allah cukup bagi hamba-Nya?"(QS. Az-Zumar: 36)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah cukup untuk mengurus segala urusan hamba-Nya. Dengan bersandar kepada Allah, seseorang tidak akan diliputi kekhawatiran yang berlebihan, karena ia yakin segala sesuatu ada dalam kendali Allah.
5. Meningkatkan Keimanan
Tawakkal merupakan indikator keimanan seseorang. Tawakkal menunjukkan sejauh mana seseorang percaya kepada kekuasaan Allah. Allah berfirman
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ... وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka... dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal."(QS. Al-Anfal: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa tawakkal adalah salah satu sifat utama orang yang beriman. Mereka yang bertawakkal selalu mengandalkan Allah dalam setiap urusan mereka, dan ini memperkuat iman mereka.
Cara untuk Bertawakkal
Prof DR Munawwir Kamaluddin juga menjelaskan, tahapan dan cara bertawakal kepada Allah SWT.
1. Melakukan Ikhtiar yang Benar
Usaha yang dilakukan harus sesuai dengan syariat dan etika Islam. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:
"Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya."(QS. An-Najm: 39)
Ayat ini menegaskan pentingnya usaha dalam Islam. Tidak ada hasil tanpa usaha, dan usaha yang dilakukan dengan cara yang benar adalah bagian dari tawakkal.
2. Menjaga Hati dari Ketergantungan pada Makhluk
Orang yang bertawakkal harus menjaga hatinya agar tidak tergantung pada makhluk lain. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:
"Maka janganlah kamu menyembah di samping Allah, sesuatu pun."(QS. Al-Jinn: 18)
Ayat ini mengingatkan bahwa hanya kepada Allah-lah manusia bersandar dan meminta pertolongan. Ketergantungan kepada makhluk lain adalah bentuk kesyirikan kecil jika hal itu mengesampingkan peran Allah dalam urusan hidup. Orang yang bertawakkal tidak boleh berharap kepada selain Allah.
3. Yakin Bahwa Allah Maha Penentu Segala Sesuatu
Keyakinan bahwa Allah yang menentukan segala hasil dan keputusan adalah inti dari tawakkal. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: "Katakanlah: Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagi kami."(QS. At-Taubah: 51)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah dalam ketetapan Allah, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika kita telah melakukan usaha yang terbaik. Tawakkal membuat hati menjadi tenang karena kita yakin bahwa hasil yang Allah berikan adalah yang terbaik bagi kita.
Contoh Kisah Tawakal yang Bisa jadi Teladan
1. Kisah Nabi Ibrahim saat Dilempar ke dalam Api
Salah satu contoh nyata tawakkal adalah ketika Nabi Ibrahim AS akan dilempar ke dalam api oleh Raja Namrud. Saat itu, Nabi Ibrahim hanya mengucapkan: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung."(HR. Bukhari)
Keyakinan Nabi Ibrahim bahwa Allah akan menolongnya adalah contoh sempurna tawakkal. Meskipun dalam situasi yang sangat berbahaya, beliau tidak mengkhawatirkan keselamatannya, karena telah sepenuhnya berserah diri kepada Allah.
2. Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
Ketika Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar bersembunyi di gua dalam perjalanan hijrah ke Madinah, pasukan Quraisy hampir menemukan mereka. Saat itu, Abu Bakar khawatir dan Rasulullah SAW menenangkannya dengan mengatakan: "Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."(QS. At-Taubah: 40)
Peristiwa ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW sepenuhnya bertawakkal kepada Allah dalam menghadapi situasi yang sangat genting. Keyakinannya bahwa Allah akan menolong menunjukkan bagaimana tawakkal memberi ketenangan dan keyakinan kuat kepada seorang mukmin.
3. Kisah Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash
Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash ditugaskan memimpin pasukan Muslim dalam perang, ia selalu bertawakkal kepada Allah sebelum berangkat ke medan pertempuran. Dia mengucapkan: "Ya Allah, aku serahkan diriku, agamaku, dan keluargaku kepada-Mu."
Tawakkal Sa’ad bin Abi Waqqash dalam peperangan menggambarkan keyakinan total kepada Allah. Meskipun berada di medan perang, ia tetap bersandar kepada Allah setelah mempersiapkan dirinya secara maksimal.
Kisah Teladan Tentang Tawakal
4. Kisah Nabi Musa AS dan Laut Merah
Ketika Nabi Musa AS bersama kaumnya dikejar oleh pasukan Firaun di tepi Laut Merah, kaumnya merasa ketakutan dan khawatir akan keselamatan mereka. Pasukan Firaun berada di belakang, sementara laut yang luas berada di hadapan mereka. Dalam situasi yang tampaknya mustahil untuk selamat, Nabi Musa menunjukkan tawakkalnya kepada Allah dengan penuh keyakinan, beliau berkata, yang artinya:
"Sekali-kali tidak akan tersusul! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."(QS. Ash-Shu’ara: 62)
Dengan izin Allah, Laut Merah terbelah, membuka jalan bagi Nabi Musa dan kaumnya untuk melarikan diri. Setelah mereka melewati laut, Allah menutup kembali laut tersebut dan menenggelamkan pasukan Firaun. Keutamaan tawakkal Nabi Musa ini menunjukkan bahwa ketika seseorang berserah diri kepada Allah, Allah akan memberi jalan keluar dari situasi yang paling sulit sekalipun.
5. Kisah Maryam Binti Imran: Tawakkal dalam Keterasingan
Siti Maryam, ibu Nabi Isa AS, adalah wanita salehah yang hidup dengan penuh keimanan kepada Allah. Ketika ia mengandung Nabi Isa tanpa pernah disentuh oleh laki-laki, hal ini menjadi ujian besar baginya. Dalam keterasingan dan kekhawatiran atas tuduhan masyarakat, ia tetap bertawakkal kepada Allah. Allah berfirman kepada Maryam saat ia sedang kesakitan karena melahirkan, yang artinya:
"Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu."(QS. Maryam: 25)
Dengan tawakkal kepada Allah, Maryam mampu melalui masa sulit tersebut, dan Allah menolongnya dengan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya yang bertawakkal, khususnya dalam situasi sulit.
6. Kisah Sahabat Salman Al-Farisi: Tawakkal dalam Mencari Kebenaran
Salman Al-Farisi adalah seorang sahabat yang dikenal karena perjuangannya dalam mencari kebenaran. Awalnya, ia adalah seorang penganut agama Zoroastrianisme (penyembah api), tetapi ia tidak merasa puas dengan agamanya. Dengan tawakkal dan niat yang kuat, Salman meninggalkan negerinya dan berpetualang mencari agama yang benar, yang akhirnya mengantarkannya kepada Islam.
Ia diperbudak dan melalui berbagai cobaan berat, namun tetap bertawakkal kepada Allah. Perjalanan panjang dan penuh ujian tersebut akhirnya berakhir ketika ia bertemu dengan Rasulullah SAW, yang menyampaikan Islam kepadanya. Salman kemudian menjadi salah satu sahabat besar yang dihormati karena keilmuannya dan perjuangannya dalam mencari kebenaran.
Kisah Salman menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah dalam pencarian kebenaran akan memberikan petunjuk dan pertolongan yang luar biasa, bahkan dalam kondisi yang tampaknya mustahil.
People also Ask:
1. Apa nama lain dari berserah diri kepada Allah?
Tawakal dalam bahasa Arab disebut sebagai tawakkul (توكُل) yang berarti berserah atau bersabar. Sementara dari definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, tawakal adalah berpasrah diri kepada kehendak Allah SWT serta percaya dengan sepenuh hati kepada Allah SWT (dalam penderitaan dan sebagainya).
2. Apa saja contoh tawakal?
Contoh tawakal antara lain berusaha semaksimal mungkin dalam ikhtiar lalu berserah diri sepenuhnya kepada Allah, menerima segala ketentuan Allah dengan ikhlas, selalu bersyukur atas nikmat dan sabar dalam menghadapi musibah, berprasangka baik terhadap Allah, dan berdoa serta tidak berputus asa setelah berusaha.
3. Bagaimana cara pasrah kepada Allah?
Untuk pasrah (tawakal) kepada Allah, Anda perlu meyakini dengan penuh bahwa segala ketetapan Allah adalah yang terbaik, berusaha semaksimal mungkin dalam setiap urusan, serta menerima hasil dengan lapang dada, baik itu baik maupun tidak. Hal ini didukung dengan memperbanyak ibadah seperti salat dan berdoa, bersyukur atas segala nikmat, serta menjaga pikiran positif.
4. Apa kata Al-Quran tentang berserah diri?
Surah Al-Furqan (25:70): " Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. Allah akan mengganti kesalahan-kesalahan mereka dengan kebaikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat ini menekankan kekuatan transformatif dari pertobatan dan rahmat Allah.
Sumber Referensi:
- QS. Yusuf: 87
- Kitab Ihya’ Ulumiddin, Abu Hamid al-Ghazali
- Abu Qasim al-Qusyairi dalam Kitabnya kitab Risalah al-Qusyairiyah
- Buku Tawakkal Kunci Sukses Membuka Pintu Rezeki, DR. Yusul al-Qaradhawi
- Tawakal antara Usaha dan Keyakinan, Prof. Dr. H. Munawir Kamaluddin., S.Ag., M.Ag
- Teks Khutbah Jumat: Tawakal dan 3 Hikmahnya, Muhamad Nishom
- uin-alauddin.ac.id
- nu.or.id