Liputan6.com, Jakarta - Di antara waktu mustajab berdoa adalah saat berpuasa hingga membatalkannya (berbuka puasa). Pun begitu, doa orang berpuasa tak akan ditolak. Oleh karena itu penting bagi umat Islam untuk mengetahui doa buka puasa hajat.
Dalil mustajabahnya doa saat berbuka puasa adalah hadis riwayat Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Ada tiga doa yang tidak ditolak: doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang teraniaya. Allah mengangkat doa itu di atas awan dan membukakan baginya pintu-pintu langit, lalu Allah berfirman: 'Demi kemuliaan-Ku, Aku pasti akan menolongmu walaupun setelah beberapa waktu.'" (HR. Ahmad No. 8043, Tirmidzi No. 3598, Ibnu Majah No. 1752, dan dinyatakan hasan oleh Syekh Al-Albani).
Berikut ini adalah penjelasan mengenai bacaan doa buka puasa hajat sesuai sunnah, beserta tata caranya.
Doa Buka Puasa Sesuai Sunnah
Tidak ada lafal khusus untuk doa puasa hajat. Namun, para ulama seperti Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Buku Fiqh Islami wa Adillatuhu juga membolehkan berdoa hajat di waktu-waktu mustajab, termasuk saat berbuka puasa.
Meski begitu, doa berbuka puasa seperti yang dicontohkan Rasulullah tetap menjadi acuan. Dengan meneladani sunnah Rasulullah, hajat seseorang berpotensi besar terkabul.
Doa ini termaktub dalam Al-Adzkar: Doa dan Dzikir dalam Al-Qur’an dan Sunnah (Edisi Indonesia) karangan Imam Nawawi terjemahan Masturi Irham dan Muhammad Aniq.
Berikut ini adalah bacaan doa buka puasa seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
ذَهَبَ الظّـَمَأُ وَابْتَلّـَتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Latin: Dhahaba zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru in syaa Allah
Artinya: Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.
Doa buka puasa Rasulullah ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: ذَهَبَ الظّـَمَأُ وَابْتَلّـَتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam apabila telah berbuka puasa, beliau berdoa: “Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.” Hadits Hasan, [HR. Abu Daud no. 2357].
Doa Buka Puasa Versi Dua dan Gabungan
Ada pula doa lain yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Zuhrah, yaitu:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Latin: Allahumma laka shumtu wa 'ala rizqika afthartu
Artinya: Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka.
Paling banyak diamalkan adalah gabungan dari dua doa di atas. Maka lafal doanya adalah:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمأُ وابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأجْرُ إِنْ شاءَ اللَّهُ تَعالى
Latin: Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu dzahaba-dh-dhama’u wabtalatil ‘urûqu wa tsabatal ajru insyâ-allâh ta‘âlâ
Artinya: Ya Allah, untuk-Mulah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka. Telah sirna rasa dahaga, urat-urat telah basah, dan (semoga) pahala telah ditetapkan, insyaaallah.
Dalam Kitab Fathul Muin dijelaskan, "Disunnahkan membaca doa setelah selesai berbuka “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu” dan bagi orang yang berbuka dengan air ditambahkan doa: “Dzahabadh dhamâ’u wabtalatl-‘urûqu wa tsabata-l-ajru insyâ-a-Llâh,” (Fath al-Mu’in, juz 2, hal. 279),".
Bahwa ketentuan doa berbuka puasa yang baik adalah membaca doa sesuai dengan lafal doa dalam hadis riwayat sahabat Mu’adz bin Zuhrah di atas. Sedangkan lafal doa dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ditambahkan ketika seseorang berbuka dengan menggunakan air.
Namun demikian, nyaris tak ada orang berbuka puasa hanya berupa makanan tanpa minuman, kecuali sangat terdesak. Sehingga, bacaan yang sering kita dapati adalah penggabungan doa dari hadis tersebut.
Contoh Doa Buka Puasa Hajat Sesuai Hajatnya
Selanjutnya, masih dalam rangkaian tersebut seseorang bisa membacakan doa-doa sesuai hajatnya.
Contoh: Memohon agar diberi pekerjaan
اللهم يا واسع الفضل، ارزقني عملاً صالحاً وبركة في رزقي، واقض لي حاجتي هذه إنك على كل شيء قدير
Latin: Allahumma ya waasi’al fadhl, urzuqni ‘amalan shalihan wa barakatan fi rizqi, waqdhili haajati hadzihi innaka ‘ala kulli syai’in qadir.
Artinya:"Ya Allah, Dzat yang Maha Luas karunia-Nya, berilah aku pekerjaan yang baik dan berkahilah rezekiku, kabulkanlah hajatku ini, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.".
Sebagaimana disebutkan Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Buku Fiqh Islami wa Adillatuhu, seseorang dibolehkan berdoa hajat di waktu-waktu mustajab, termasuk saat berbuka puasa, sebagaimana berdoa di waktu mustajab lainnya.
Bekerja adalah wasilah mendapatkan rezeki halal, sebagaimana doa-doa Nabi SAW.
Tata Cara Membaca Doa Berbuka Puasa Sesuai Sunnah
Berikut ini adalam tata cara membaca doa berbuka puasa sesuai sunnah membawa keberkahan, mengutip baznas.go.id:
- Menyegerakan berbuka: Rasulullah SAW menganjurkan untuk segera berbuka begitu waktu maghrib tiba, dengan membaca doa terlebih dahulu.
- Berbuka dengan yang manis: Sunnahnya adalah berbuka dengan kurma atau air putih sambil melafalkan doa berbuka puasa sesuai sunnah.
- Berdoa dengan khusyuk: Membaca doa berbuka dengan penuh penghayatan, memohon keberkahan dari Allah SWT.
- Mengawali dengan Bismillah: Sunnah lainnya adalah memulai makan dan minum dengan mengucapkan “Bismillah”.
- Bersyukur setelah berbuka: Mengingat nikmat Allah yang begitu besar, dengan ucapan syukur setelah berbuka.
Waktu Tepat Membaca Doa Buka Puasa
Umumnya, masyarakat membaca doa berbuka puasa tersebut saat akan berbuka puasa, persis setelah masuk maghrib, sebelum minum atau menyantap makanan. Padahal, melihat redaksi, maka doa tersebut lebih tepat saat dan setelah berbuka puasa.
Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin menjelaskan, pijakan dalil penempatan membaca doa berbuka dilakukan setelah selesai berbuka puasa adalah dengan memandang makna yang terkandung dalam doa berbuka tersebut, khususnya pada doa berbuka yang tercantum dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar di atas yang hanya pantas (al-munasib) diucapkan sesudah selesai berbuka puasa.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa meskipun dengan membaca doa di atas sebelum berbuka puasa, telah mendapatkan kesunnahan (husul ashli as-sunnah), tapi tetap yang paling utama adalah membacanya tatkala selesai berbuka.
Pendapat ini juga senada dengan Syekh Said bin Muhammad Ba’ali, yang dituliskannya di Kitab Busyra al-Karim:
“Disunnahkan bagi orang ketika hendak berbuka—tapi yang lebih utama setelah berbuka—membaca doa “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu,”.
Begitu pula dalam Kitab Nihayatuzzain, Imam Nawawi Al Bantani menjelaskan, kesunnahan puasa yang ketiga: Doa dari Nabi SAW yang diucapkan setelah berbuka puasa.
Berdasar pandangan dua ulama ini, maka membaca doa berbuka puasa sebaiknya dilakukan setelah selesai berbuka, hal ini dimaksudkan agar kita memperoleh kesunnahan yang sempurna (kamal as-sunnah) dalam membaca doa.
Pandangan Ustadz Adi Hidayat
Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk periode 2022–2027, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan pandangan yang lebih moderat terkait kapan waktu yang tepat untuk membaca doa berbuka puasa di atas.
Dalam salah satu ceramahnya, UAH meminta agar umat Islam tidak terjebak dalam perdebatan apakah doa buka puasa versi riwayat Ibnu Umar RA dibaca sebelum atau sesudah berbuka puasa.
Pendapat pertama, kata dia, melihat redaksinya secara zahir, maka tepat dibaca setelah berbuka puasa. Namun, ada pula pendapat bahwa doa tersebut bisa dibaca saat berbuka puasa. Keduanya memiliki alasan yang kuat.
Untuk itu, dia justru menekankan pentingnya memanfaatkan waktu berbuka puasa untuk banyak berdoa. Sebab, diyakini ini adalah waktu yang terbaik (mustajab) untuk berdoa.
"Banyak orang ketika buka, fokus pada makanan. Padahal ada hadis shahih riwayat Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah RA, saat buka itulah ternyata kita ditunggu oleh Allah untuk menghadirkan doa, yang termasuk doa mustajab bagi orang puasa," ucap UAH, dikutip dari YouTube Ummu Haniya.
Menurut dia, doa orang yang berpuasa ketika berbuka memiliki kedudukan yang begitu istimewa. Mereka termasuk ke dalam salah satu dari tiga golongan orang yang doa-doanya tidak akan ditolak oleh Allah SWT.
Hukum Puasa Hajat
Ulama asal Cirebon, KH Yahya Zainul Maarif (Buya Yahya) menegaskan, puasa hajat sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah dengan perantara amal shaleh berupa puasa sunnah, seseorang berdoa agar hajatnya dikabulkan.
Menurut dia, wasilah itu bisa berupa puasa sunnah Senin-Kamis, Puasa Dawud, puasa sunnah mutlaq, atau puasa sunnah lainnya. Hanya saja, saat berniat puasa sunnah tersebut, hati berdoa kepada Allah agar melalui puasa sunnah tersebut hajatnya bisa terkabul.
"Puasa mutih tidak ada, puasa hajat tidak ada. Yang ada adalah kita bertawassul dengan amal shaleh untuk dikabulkan hajat kita," kata Buya Yahya, dikutip dari Channel Al Bahjah TV, Senin (11/8/2025).
Menurut Buya Yahya, Melaksanakan puasa sunnah kemudian berharap agar hajatnya terkabul boleh-boleh saja. Dalam hal ini, amal shaleh menjadi wasilah agar doa seseorang terkabul.
Amal shaleh tersebut salah satunya adalah puasa sunnah. Misalnya dengan puasa Senin Kamis, puasa sunnah mutlak, puasa Dawud, puasa Ayyamul Bidh, dan lain sebagainya.
Dalil mengenai puasa hajat sebenarnya tidak ditemukan secara eksplisit dalam hadis shahih yang menyebutkan tata cara atau keutamaannya secara khusus. Namun, sebagian ulama membolehkan puasa ini dengan dasar keumuman anjuran berpuasa sunnah dan berdoa saat ada kebutuhan.
Dalam kitab Al-Majmu' karya Imam An-Nawawi dan Fatawa al-Azhar, Syaikh Athiyah Saqr disebutkan bahwa boleh melakukan puasa sunnah dengan niat tertentu, termasuk untuk memohon hajat, selama tidak meyakini ada keutamaan khusus yang ditetapkan syariat.
People also Ask:
1. Puasa apa supaya hajat terkabul?
Untuk memohon agar hajat terkabul, Anda dapat melakukan puasa sunah apa pun (seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau puasa mutlak) dengan niat bertakwa kepada Allah dan mengharap ridho-Nya. Hal ini disebut tawasul dengan amal saleh, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan ibadah sebagai permohonan agar keinginan dikabulkan, bukan dengan melakukan puasa khusus yang disebut "puasa hajat" secara harfiah.
2. Apa doa puasa hajat?
Doa niat puasa hajat dibaca di malam hari sebelum memulai puasa dan berbunyi, "Nawaitu shauman nadzri lillaahi ta'aalaa," yang berarti "Saya berniat puasa nazar karena Allah Ta'ala".
3. Apa bacaan untuk buka puasa?
Berikut bacaan doa buka puasa dalam ejaan Latin agar lebih mudah dihafalkan: Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa 'ala rizqika afthartu fataqabbal minni innaka anta as-sami'ul 'alim.
4. Apakah benar doa orang puasa dikabulkan?
Ya, benar bahwa doa orang yang sedang berpuasa sangat besar kemungkinan untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa ada tiga kelompok orang yang doanya tidak ditolak, salah satunya adalah orang yang berpuasa sampai ia berbuka. Waktu berpuasa, dari fajar hingga matahari terbenam, adalah momen yang penuh keberkahan dan doa-doa yang dipanjatkan memiliki peluang besar untuk dikabulkan.

4 weeks ago
25
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5095573/original/012538800_1736934827-pexels-helloaesthe-15707485.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393639/original/014086000_1761564726-76bfeb1a-9ad5-49ad-bbf0-2bbfba586a46.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3098127/original/085622900_1586415856-photo-of-a-person-kneeling-in-front-of-book-2608353__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5165346/original/086610700_1742183992-cd9e6f09dddc797bbc48fde0b17ab2f2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395424/original/066921600_1761708920-doa_nurbuat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400504/original/082953500_1762135176-doa_menghilangkan_pikiran_kotor.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5380779/original/021538300_1760432736-Pria_muslim_membaca_Al-Qur_an__Pexels_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/904568/original/070887100_1434622909-imagepemimpinresized.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120399/original/060326300_1588698008-syed-muizur-MrRUgFfSjBA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381630/original/058311500_1760512958-Dua_orang_muslim_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365522/original/031085600_1759199598-Wanita_berdoa_menengadahkan_kedua_tangan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2223459/original/090937300_1526989466-iStock-483807056.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975686/original/001020200_1729565914-nama-sahabat-nabi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3349760/original/068310500_1610683254-muslim-woman-pray-with-beads-read-quran_73740-667__4_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2816698/original/011383300_1558943066-shutterstock_1104214622.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5380435/original/008084100_1760424585-Pria_berdoa_setelah_sholat__Pexels_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/813545/original/080167000_1424263004-neraka.jpg)





























