Doa Ketika Mendengar Petir Allahumma, Lengkap Arab, Latin, dan Arti

2 months ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Petir adalah salah satu fenomena alam yang seringkali menimbulkan rasa takut dan kekaguman. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk membaca doa ketika mendengar petir sebagai bentuk pengakuan atas keagungan-Nya dan memohon perlindungan.

Membaca doa ketika mendengar petir, seperti "doa ketika mendengar petir allahumma", merupakan salah satu bentuk zikir yang diajarkan Rasulullah SAW. Hal ini bertujuan mengingatkan diri akan kekuasaan Allah dan memohon keselamatan dari segala bahaya.

Terdapat beberapa doa yang diajarkan untuk dibaca saat guruh bergemuruh, yang intinya memohon perlindungan dan mengakui keesaan Allah. Salah satu doa yang populer adalah "doa ketika mendengar petir allahumma" yang mengandung permohonan agar tidak dibinasakan oleh murka-Nya.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Minggu (31/8/2025).

Bacaan Doa Ketika Mendengar Petir Allahumma: Arab, Latin, dan Artinya

Dalam Islam, terdapat beberapa doa yang diajarkan untuk dibaca ketika mendengar petir. Doa-doa ini merupakan bentuk permohonan perlindungan dan pengakuan atas kebesaran Allah SWT.

Salah satu doa yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, meskipun dengan sanad yang dhaif, adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ لا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

Latin: "Allahumma la taqtulna bighadhabika wala tuhlikna bi'adzabika wa 'afina qabla dzalika."

Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan murka-Mu, dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah kami sebelum itu."

Diriwayatkan dalam Kitab al-Muwaththa' karya Imam Malik, Abdullah bin Az-Zubair RA, apabila mendengar suara petir, ia berhenti dari berbicara, lalu mengucapkan doa berikut:

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

Latin: "Subhanalladzi yusabbihur ra'du bihamdihi wal malaikatu min khiifatih."

Artinya: "Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memuji-Nya, seperti halnya para malaikat, karena takut kepada-Nya."

Ada juga doa yang lebih singkat, seperti yang diucapkan oleh Ikrimah ketika mendengar suara petir, mengutip dari Ibnu Abbas RA:

سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ

Latin: "Subhaana man subhatlahu."

Artinya: "Maha suci Allah yang petir itu bertasbih kepada-Nya."

Petir dalam Perspektif Al-Qur'an: Tanda Kekuasaan Allah

Keberadaan petir dan suaranya yang bergemuruh telah disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Ra'd ayat 13:

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهٖ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ مِنْ خِيْفَتِهٖۚ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَّشَاۤءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِى اللّٰهِ ۚوَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِۗ

Artinya: "Dan guruh bertasbih dengan memuji-Nya, (demikian pula) malaikat karena takut kepada-Nya. Dia (Allah) melepaskan petir, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Sementara itu, mereka (orang-orang kafir) berbantah-bantahan tentang kekuasaan Allah, padahal Dia Mahakeras hukuman-Nya." (QS Ar Ra'd: 13)

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, firman Allah SWT dalam surah Ar Ra'd ayat 13 ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat dalam surah Al Isra ayat 44, "Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya."

Ada sebuah riwayat yang menyebut bahwa petir adalah ucapan awan. Hal ini dikatakan Ibnu Katsir merujuk pada riwayat Imam Ahmad bahwa ada seorang syekh dari kalangan bani Giffar yang bercerita bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mengadakan awan, maka awan itu dapat berbicara dengan suara yang paling baik dan dapat tertawa dengan tawa yang paling baik."

Ibnu Katsir menjelaskan, maksud ucapan awan adalah petir dan tertawanya adalah kilat.

Makna Petir dalam Istilah Islam: Ar-Ra'd, Al-Barq, dan Ash-Shawa'iq

Dalam Al-Qur'an, fenomena petir digambarkan dengan tiga istilah utama, yaitu Ar-Ra'd, Al-Barq, dan Ash-Shawa'iq. Ketiga istilah ini memiliki makna dan konteks penggunaan yang berbeda, namun saling berkaitan dalam menggambarkan fenomena alam yang dahsyat ini.

  • Ar-Ra'd (Guruh)

Menurut Kamus Lisanul ‘Arabi, Ar-Ra'd berarti bunyi yang berasal dari awan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), guruh diartikan sebagai suara menggelegar di udara yang ditimbulkan oleh halilintar.

Ar-Ra'd juga dapat diartikan sebagai malaikat yang ditugaskan mengatur awan, membawa alat pemukul dari api untuk menghalau awan-awan ke tempat yang dikehendaki Allah, dan suara bentakannya adalah guruh itu sendiri.

  • Al-Barq (Kilat)

Al-Barq dalam Kamus Lisanul Arabi menurut sahabat Ibnu Abbas adalah cambuk dari cahaya yang dipergunakan oleh malaikat untuk menggiring awan.

KBBI mendefinisikan kilat sebagai cahaya yang merambat dengan sangat cepat, suatu cahaya yang berkilau, cepat sekali dalam waktu yang singkat. Kilat seringkali menimbulkan ketakutan karena intensitas cahayanya yang menyilaukan dan potensi bahayanya.

  • Ash-Shawa'iq (Petir/Halilintar)

Ash-Shawa'iq dalam Kamus Lisānul ‘Arabi berarti api yang mematikan dari langit bersamaan dengan guruh yang sangat keras.

KBBI menjelaskan petir sebagai bunyi yang sangat keras di udara, biasanya bersamaan dengan kilat dari ledakan listrik serta halilintar. Ash-Shawa'iq sering dikaitkan dengan azab atau musibah, seperti yang menimpa kaum 'Ad dan Tsamud.

Tafsir Ulama Mengenai Fenomena Petir

Penafsiran Al-Qur'an mengenai fenomena petir telah berkembang seiring waktu, dari periode klasik hingga modern. Para ulama tafsir memberikan berbagai pandangan mengenai Ar-Ra'd, Al-Barq, dan Ash-Shawa'iq, baik dari segi kebahasaan maupun implikasi maknanya.

Periode Tafsir Klasik

Para ulama tafsir klasik memiliki pandangan beragam mengenai fenomena petir. Ath-Thabari (w. 923 M) dalam Jami’ Al-Bayān fi Ta’wīl Al-Qur’an menafsirkan Ar-Ra'd sebagai malaikat yang mengatur awan, tasbihnya malaikat, atau nama malaikat. Al-Barq diartikan sebagai tempat menembusnya malaikat, sesuatu yang terbuat dari air, atau gerakan dari sayap malaikat.

Al-Baghawi (w. 1122 M) dalam Tafsir al-Baghawi menafsirkan Ar-Ra'd sebagai bunyi yang terdengar dari awan atau mega, Al-Barq berarti api yang keluar dari awan atau mega, dan Ash-Shawa'iq diartikan sebagai pekikan yang menyebabkan kematian atau api yang turun untuk membakar kaum pembangkang.

Al-Qurthubi (w. 1273 M) dalam Al-Jamī’ li Ahkām Al-Qur’ān menjelaskan Ar-Ra'd sebagai bunyi benturan material awan-awan. Al-Barq adalah cambuk dari cahaya di tangan malaikat untuk membentak awan-awan, atau kilatan akibat benturan unsur awan. Ash-Shawa'iq diartikan sebagai malaikat yang menyemburkan api dari mulutnya, atau api yang jatuh dari langit disertai bunyi dahsyat.

Al-Baidhawi (w. 1286 M) dalam Tafsir Al-Baidhawi menafsirkan Ar-Ra'd sebagai bunyi yang terdengar dari awan atau mega, Al-Barq sebagai sesuatu yang bercahaya di awan atau mega, dan Ash-Shawa'iq sebagai bunyi keras yang memekikkan telinga.

Periode Tafsir Modern

Pada periode modern, penafsiran ulama juga semakin berkembang dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan. Al-Maraghi (w. 1952 M) dalam Tafsir al-Maraghi menafsirkan Ar-Ra'd sebagai suara yang terdengar dari awan ketika berkumpul, Al-Barq sebagai cahaya yang berkilau di awan, dan Ash-Shawa'iq sebagai api besar yang turun kadang-kadang di tengah hujan dan kilat.

Ibn Asyur (w. 1973 M) dalam Tafsir At-Tahrīr wa At-Tanwīr menafsirkan Ar-Ra'd sebagai suara-suara dari awan mendung, Al-Barq sebagai cahaya yang tampak di awan mendung, dan Ash-Shawa'iq sebagai api besar yang keluar dari aliran listrik awan mendung.

Sayyid Qutub (w. 1969 M) dalam Tafsīr Fī Zhīlal Al-Qur’ān menerangkan bahwa kilat adalah fenomena yang lahir dari sistem semesta, seperti pergerakan arus listrik di antara dua kelompok awan atau antara awan dengan bumi. Ia menekankan bahwa Al-Qur'an menjadikannya media untuk menyambungkan hati manusia dengan Pencipta.

Abdullah As-Sa'di (w. 1956 M) dalam Taisīr Al-Karīm Ar-Rahmān fī Tafsīr Kalam Al-Manan menyatakan Ar-Ra'd adalah suara dari awan, Al-Barq adalah cahaya, dan Ash-Shawa'iq adalah api yang keluar dari awan.

M. Quraish Shihab (Lahir 1944 M) dalam Tafsir Al-Mishbah menyatakan Ar-Ra'd adalah suara guntur yang mengundang untuk mengingat dan menyucikan Allah. Al-Barq adalah kilatan listrik di udara. Ash-Shawa'iq adalah petir yang sahut-menyahut akibat bertemunya awan bermuatan listrik positif dan negatif, dan dapat berarti kematian, siksa, atau api yang menyambar dari langit.

Petir dalam Ilmu Pengetahuan Alam: Fenomena Fisika

Dalam ilmu pengetahuan alam, petir dijelaskan sebagai fenomena fisika yang melibatkan pelepasan muatan listrik di atmosfer. Petir identik dengan kilatan listrik yang disertai suara gemuruh keras.

Petir Secara Ilmiah

Petir adalah salah satu dampak listrik alami dalam atmosfer Bumi yang tidak dapat dicegah, yang timbul akibat lepasnya salah satu muatan listrik baik positif maupun negatif yang terdapat di dalam awan.

Menurut Pabla (1981) dan Price (2008), pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam satu awan (Inter Cloud, IC), antara awan dengan awan (Cloud to Cloud, CC), atau dari awan ke Bumi (Cloud to Ground, CG). Badai petir (Thunderstorm) umumnya terjadi karena adanya awan-awan Cumulonimbus (Cb) yang memiliki ketebalan hingga beberapa kilometer.

Jenis-Jenis Petir

Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan sumber lainnya, terdapat beberapa jenis petir:

  • Petir Cloud-to-Ground (CG): Merupakan jenis petir yang paling berbahaya dan merusak, terjadi antara awan dan tanah. Sambaran ini biasanya bermuatan negatif dari bagian bawah awan ke permukaan tanah yang bermuatan positif.
  • Petir Intracloud (IC): Terjadi di dalam awan yang sama, di mana terdapat pusat-pusat muatan yang berbeda. Ini adalah jenis petir yang paling sering terjadi.
  • Petir Cloud-to-Cloud (CC): Terjadi antara dua awan yang berbeda muatan. Meskipun tidak menimbulkan ancaman langsung di tanah, jenis ini berbahaya bagi penerbangan.
  • Petir Vulkanik: Jenis petir langka yang hanya muncul saat letusan gunung berapi, tepat di atas gunung berapi yang sedang meletus.
  • Petir Cloud-to-Air (CA): Petir yang menyambar dari awan ke udara terbuka.
  • Petir Kering (Dry Lightning): Terjadi tanpa hujan yang menyertainya, umumnya di wilayah kering dan dapat menyebabkan kebakaran hutan.

Proses Terjadinya Petir

Proses terjadinya petir bersumber dari awan yang terbentuk ketika udara mengandung air bergerak ke atas. Di wilayah yang lebih tinggi, tekanan dan suhu atmosfer lebih rendah, menyebabkan uap air mengembang dan mendingin, lalu mengembun menjadi awan.

Awan Cumulonimbus dapat menyebabkan petir karena terjadi pemisahan muatan (polarisasi) akibat angin keras yang meniup awan lebih tinggi. Polarisasi ini menciptakan perbedaan potensial listrik yang besar, dan ketika ambang batas isolasi udara terlampaui, terjadilah pelepasan muatan listrik yang kita kenal sebagai petir.

Daftar Sumber

  • Al-Muwaththa’ – Imam Malik, riwayat doa Abdullah bin Az-Zubair RA saat mendengar petir.
  • Tafsir Ibnu Katsir – Penafsiran Surah Ar-Ra’d ayat 13 dan riwayat terkait petir sebagai ucapan awan.
  • Jami’ Al-Bayān fi Ta’wīl Al-Qur’an – Ath-Thabari (w. 923 M).
  • Tafsir al-Baghawi – Al-Baghawi (w. 1122 M).
  • Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an – Al-Qurthubi (w. 1273 M).
  • Tafsir Al-Baidhawi – Al-Baidhawi (w. 1286 M).
  • Tafsir al-Maraghi – Ahmad Mustafa al-Maraghi (w. 1952 M).
  • At-Tahrir wa At-Tanwir – Muhammad Thahir ibn Asyur (w. 1973 M).
  • Fi Zhilal al-Qur’an – Sayyid Qutub (w. 1969 M).
  • Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan – Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di (w. 1956 M).
  • Tafsir Al-Mishbah – Prof. M. Quraish Shihab (lahir 1944).
  • Kamus Lisan al-‘Arab – Ibnu Manzhur.
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI
  • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

FAQ

1. Mengapa dianjurkan membaca doa ketika mendengar petir?

Untuk mengingat kebesaran Allah SWT, memohon perlindungan dari bahaya, serta menenangkan hati.

2. Apa doa yang populer dibaca saat mendengar petir?

"Allahumma la taqtulna bighadhabika wala tuhlikna bi'adzabika wa 'afina qabla dzalika."

3. Apakah ada doa lain yang diajarkan sahabat Nabi?

Ya, Abdullah bin Az-Zubair RA membaca: "Subhanalladzi yusabbihur ra'du bihamdihi wal malaikatu min khiifatih."

4. Adakah doa singkat saat mendengar petir?

Ada, misalnya doa dari Ikrimah: "Subhaana man subhatlahu."

5. Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang petir?

Dalam Surah Ar-Ra’d ayat 13, petir disebut sebagai tasbih guruh dan malaikat karena takut kepada Allah.

6. Apa istilah petir dalam Al-Qur’an?

Tiga istilah: Ar-Ra’d (guruh), Al-Barq (kilat), dan Ash-Shawa’iq (petir/halilintar).

7. Apa hikmah berdoa saat mendengar petir?

Menumbuhkan ketenangan, memperkuat iman, serta menjadikan rasa takut berubah menjadi zikir dan ketaatan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |