Liputan6.com, Jakarta Doa mengusir burung kedasih bisa diamalkan jika merasa resah ketika mendengar suara hewan tersebut. Sebab, suara burung kedasih yang berkicau di malam hari sering kali menimbulkan keresahan bagi sebagian masyarakat. Dalam tradisi Jawa, kicauan burung ini dipercaya membawa pertanda tertentu yang membuat banyak orang merasa perlu membaca doa mengusir burung kedasih.
Meski hanya sebuah mitos, kepercayaan terhadap suara burung kedasih di malam hari masih mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Sesungguhnya, dalam pandangan Islam, burung adalah makhluk Allah yang tidak membawa pertanda baik atau buruk.
Namun, ketika mendengar suara yang menimbulkan kekhawatiran, doa mengusir burung kedasih dapat dibaca untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan perlindungan dari Allah SWT. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (8/9/2025).
Doa Mengusir Burung Kedasih dalam Islam
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berdoa ketika menghadapi situasi yang menimbulkan kekhawatiran, termasuk saat mendengar suara burung di malam hari. Ada beberapa bacaan doa yang dapat diamalkan sebagai doa mengusir burung kedasih yang sesuai dengan ajaran agama.
Melansir dari berbagai sumber, terdapat beberapa doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika mendengar suara burung di malam hari. Bacaan-bacaan ini bertujuan untuk memohon perlindungan dan ketenangan kepada Allah SWT, bukan untuk mengusir burung secara literal.
1. Lafal Hauqalah
Bacaan Arab: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Bacaan Latin: Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil azhiimi
Artinya: "Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung."
2. Ayat Kursi (QS Al-Baqarah: 255)
Bacaan Arab: اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ ٢٥٥
Bacaan Latin: Allaahu laa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa na'uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardl, man dzalladzii yasyfa'u 'indahuu illâ bi'idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardl, wa laa ya'uuduhuu hifdhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'adhiim
Artinya: "Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung."
3. Surat Al-Falaq dan An-Nas
- Surat Al-Falaq:
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَࣖ ٥
Qul a'uudzu birabbil-falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin-naffaatsaati fil-'uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.""
- Surat An-Nas:
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١ مَلِكِ النَّاسِۙ ٢ اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِࣖ ٦
Qul a'uudzu birabbin-naas. Malikin-naas. Ilaahin-naas. Min syarril-waswaasil-khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas. Minal-jinnati wan-naas.
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.""
Mitos Burung Kedasih dalam Tradisi Jawa
Dalam tradisi Jawa, suara burung kedasih di malam hari memiliki makna khusus yang dipercaya oleh masyarakat. Mitos ini telah berkembang turun-temurun dan menjadi bagian dari kepercayaan lokal yang masih dipegang hingga kini.
Menurut karya ilmiah berjudul Emprit Gantil oleh Trirani Viera dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, suara kicauan burung kedasih di malam hari yang panjang memang terdengar menakutkan. Mitos Jawa menyebutkan bahwa burung tersebut berkicau di malam hari menandakan akan terjadi musibah pada keluarga yang mendengarnya.
Kepercayaan ini berkembang dalam tradisi kejawen masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk menolak bala, masyarakat Jawa zaman dahulu akan berdoa dengan melantunkan tembang macapat "Kidung Rumeksa Ing Wengi" ciptaan Sunan Kalijaga. Tembang ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual untuk melindungi dari marabahaya.
Namun, penting untuk diingat bahwa ini hanyalah kepercayaan lokal yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Suara burung kedasih hanyalah perilaku alami dari seekor burung yang aktif di malam hari, bukan pertanda dari hal-hal gaib atau musibah yang akan datang.
Pandangan Islam tentang Suara Burung di Malam Hari
Islam memiliki pandangan yang jelas mengenai kepercayaan terhadap pertanda dari suara burung. Ajaran Islam tidak mengakui adanya burung atau suara hewan yang dapat menjadi penentu nasib baik atau buruk seseorang.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada penyakit yang ditularkan, burung penentu nasib baik dan buruk, burung hantu pembawa nasib sial, dan bulan Safar pembawa keberuntungan atau kesialan." Hadis ini dengan tegas menolak kepercayaan terhadap pertanda-pertanda dari makhluk hidup, termasuk burung kedasih.
Burung dalam Islam dipandang sebagai makhluk Allah yang diberi keistimewaan berupa sayap untuk terbang. Mereka adalah bagian dari ciptaan Allah yang bertasbih memuji-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran. Kicauan burung di malam hari adalah perilaku alami mereka, bukan pertanda supernatural.
Ketika mendengar suara burung di malam hari dan merasa khawatir, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa mengusir burung kedasih bukan karena percaya pada mitos, melainkan untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Doa-doa tersebut berfungsi sebagai sarana untuk mengingat Allah dan memohon perlindungan-Nya.
Mengatasi Ketakutan Berlebihan terhadap Mitos
Ketakutan berlebihan terhadap mitos burung kedasih dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang benar dan cara-cara praktis untuk mengatasi ketakutan tersebut sesuai dengan ajaran Islam.
Perkuat Keimanan
Langkah pertama adalah memperkuat iman dan keyakinan kepada Allah SWT. Ketika iman seseorang kuat, maka ketakutan terhadap hal-hal yang tidak nyata akan berkurang. Perbanyaklah membaca Al-Quran, mengikuti pengajian, dan mempelajari ajaran Islam yang benar agar dapat membedakan antara kepercayaan yang sesuai agama dengan mitos yang tidak berdasar.
Memahami Bahwa Burung Adalah Makluh Allah SWT
Langkah kedua adalah memahami dengan benar bahwa burung kedasih adalah makhluk Allah yang tidak memiliki kekuatan untuk membawa keberuntungan atau kesialan. Suara mereka di malam hari adalah perilaku alami, bukan pertanda supernatural. Pemahaman ini akan membantu mengurangi ketakutan irasional.
Tujuan Mengamalkan Doa
Langkah ketiga adalah mengamalkan doa mengusir burung kedasih dengan rutin, bukan karena takut pada mitos, tetapi sebagai bentuk dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah. Doa-doa ini akan memberikan ketenangan jiwa dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.
Berkonsultasi
Langkah keempat adalah berkonsultasi dengan ustadz atau kyai jika ketakutan terus berlanjut. Mereka dapat memberikan bimbingan rohani dan penjelasan yang lebih mendalam tentang cara mengatasi ketakutan yang berdasarkan mitos-mitos yang tidak Islami.
FAQ
1. Apa itu doa mengusir burung kedasih? Doa mengusir burung kedasih adalah bacaan doa perlindungan yang dibaca ketika mendengar suara burung kedasih di malam hari untuk mendapatkan ketenangan jiwa.
2. Apakah benar burung kedasih membawa pertanda buruk? Menurut Islam, burung kedasih tidak membawa pertanda baik atau buruk, ini hanya mitos yang tidak memiliki dasar dalam ajaran agama.
3. Doa apa saja yang bisa dibaca saat mendengar burung kedasih? Doa yang bisa dibaca antara lain hauqalah, ayat kursi, surat Al-Falaq, dan surat An-Nas sebagai perlindungan dari Allah SWT.
4. Kapan waktu terbaik membaca doa mengusir burung kedasih? Waktu terbaik adalah segera setelah mendengar suara burung kedasih, sebelum tidur, atau di sepertiga malam terakhir.
5. Bolehkah percaya pada mitos burung kedasih dalam Islam? Islam tidak menganjurkan kepercayaan pada mitos burung sebagai penentu nasib, karena ini bertentangan dengan ajaran tauhid.
6. Berapa kali harus membaca doa mengusir burung kedasih? Tidak ada batasan khusus, bacalah sampai hati merasa tenang dan yakinlah pada perlindungan Allah SWT.
7. Apa hikmah membaca doa perlindungan saat mendengar burung kedasih? Hikmahnya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, mendapatkan ketenangan jiwa, dan memperkuat keimanan.