Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan Karena Haid: Tata Cara dan Ketentuan Lengkap

6 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Ramadhan adalah ibadah wajib bagi umat Muslim yang mampu melaksanakannya. Namun, ada kondisi tertentu yang membolehkan seorang Muslim untuk tidak berpuasa, salah satunya adalah haid bagi wanita.

Wanita yang tidak berpuasa karena haid diwajibkan untuk mengganti puasa tersebut di hari lain setelah bulan Ramadhan berakhir. Kewajiban ini dikenal dengan puasa qadha, dan penting untuk mengetahui doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid yang benar agar ibadah diterima. 

Menurut antaranews.com, haid termasuk salah satu kondisi yang membatalkan puasa. Ketika seorang wanita sedang mengalami haid, Allah SWT memberikan kemudahan berupa keringanan untuk tidak melaksanakan ibadah puasa.

Oleh karena itu, memahami doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid serta ketentuan terkait sangatlah penting.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (1/9/2025).

Bacaan Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid (Arab, Latin, dan Artinya)

Niat merupakan rukun penting dalam setiap ibadah, termasuk puasa qadha. Niat harus dilakukan pada malam hari sebelum fajar menyingsing. Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna' menjelaskan pentingnya niat di malam hari untuk puasa wajib, termasuk puasa qadha.

Beliau menyatakan, "Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah saw, 'Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.' Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits."

Ini menegaskan bahwa niat harus spesifik dan dilakukan setiap malam untuk setiap hari puasa qadha.

Berikut adalah bacaan doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid yang benar:

  • Arab: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
  • Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.
  • Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah swt."

Niat ini diucapkan dalam hati, namun disunnahkan untuk melafalkannya agar lebih mantap. Penting untuk memastikan niat ini terpasang sebelum waktu imsak atau terbit fajar.

Pahami Puasa Qadha dan Kewajibannya

Puasa qadha adalah puasa yang dilakukan untuk mengganti puasa wajib yang ditinggalkan, seperti puasa Ramadhan. Kewajiban mengqadha puasa bagi wanita yang haid didasarkan pada dalil Al-Qur'an dan Hadis. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 184:

"(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Ayat ini secara umum menjelaskan kewajiban mengganti puasa bagi yang tidak berpuasa karena sakit atau dalam perjalanan.

Sementara itu, kewajiban qadha bagi wanita haid secara spesifik dijelaskan dalam hadis. Aisyah RA berkata, "Dahulu di zaman Rasulullah SAW kami mendapat haidh. Maka kami diperintah untuk mengganti puasa."

Hadis ini menegaskan bahwa wanita yang tidak berpuasa karena haid wajib mengqadha puasanya, berbeda dengan shalat yang tidak perlu diqadha.

Ketentuan Pelaksanaan Qadha Puasa Ramadhan

Pelaksanaan qadha puasa dapat dilakukan kapan saja di luar bulan Ramadhan, namun disunnahkan untuk segera melaksanakannya. Batas waktu untuk mengqadha puasa adalah sebelum datangnya bulan Ramadhan berikutnya.

Jika seseorang menunda qadha puasa tanpa alasan yang dibenarkan hingga Ramadhan berikutnya tiba, maka hal tersebut dapat menimbulkan dosa.

Mengenai apakah qadha puasa harus dilakukan secara berurutan atau tidak, terdapat dua pendapat ulama. 

  • Pendapat pertama, qadha harus dilakukan berurutan apabila puasa yang ditinggalkan berurutan pula.
  • Sementara pendapat kedua, qadha puasa tidak wajib dilakukan secara berurutan sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW pada Hadis Riwayat Daruquthni dari Ibnu Umar.

Hadis tersebut berbunyi: "Qadha (puasa) Ramadhan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan."

Antaranews.com menjelaskan, "Jika seseorang dengan sengaja menunda mengganti puasanya tanpa alasan yang dibenarkan, maka hal tersebut dianggap sebagai perbuatan yang menimbulkan dosa."

Namun, jika ada alasan syar'i yang menghalangi, seperti sakit berkepanjangan, penundaan tersebut tidak dianggap dosa.

Mengapa Wanita Haid Tidak Berpuasa?

Larangan berpuasa bagi wanita yang sedang haid memiliki dasar yang kuat baik dari perspektif agama maupun kesehatan. Dalam Islam, wanita yang sedang haid dianggap dalam keadaan hadas besar, sehingga tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah tertentu seperti shalat dan puasa.

Hadis Nabi Muhammad SAW menjelaskan:

"Apakah kalian merasa heran dengan hal ini? Sesungguhnya, ketika seorang wanita sedang haid, dia tak berpuasa serta tak shalat." Ini menunjukkan kemudahan dan rahmat dari Allah SWT.

Dari sisi kesehatan, menstruasi menyebabkan perubahan fisiologis yang signifikan pada tubuh wanita. Menurut jurnal Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan, "Dari sisi kesehatan, menstruasi menyebabkan fluktuasi hormon, kehilangan cairan, serta kebutuhan energi yang meningkat, sehingga puasa selama masa tersebut bisa memperburuk gejala fisik serta emosional, seperti kelelahan, kram, serta penurunan kadar gula darah."

Beberapa alasan medis mengapa puasa tidak dianjurkan saat haid meliputi:

  1. Perubahan Hormon dan Energi: Fluktuasi hormon selama haid dapat menyebabkan kelelahan dan kram, yang bisa diperburuk oleh puasa karena tubuh membutuhkan lebih banyak energi.
  2. Kebutuhan Cairan yang Lebih Tinggi: Kehilangan darah selama haid meningkatkan risiko dehidrasi, dan puasa tanpa asupan cairan yang cukup dapat memperparah kondisi ini.
  3. Kram dan Nyeri Haid (Dismenore): Puasa dapat memperburuk kram perut karena berkurangnya energi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk mengatasi rasa sakit.
  4. Menurunnya Kadar Gula Darah: Puasa dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah yang lebih drastis pada wanita haid, meningkatkan risiko pusing atau pingsan.
  5. Pemulihan Tubuh: Tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup untuk memulihkan diri setelah menstruasi, dan puasa dapat menghambat proses pemulihan ini.
  6. Keseimbangan Elektrolit: Kehilangan cairan dan elektrolit selama haid memerlukan asupan teratur, dan puasa dapat mengganggu keseimbangan ini.

Perbedaan Pendapat Mengenai Fidyah bagi Wanita Haid yang Mengqadha Puasa

Meskipun kewajiban qadha puasa bagi wanita haid disepakati, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kewajiban membayar fidyah. Perbedaan ini seringkali muncul dalam konteks wanita hamil dan menyusui yang tidak berpuasa karena khawatir akan diri atau bayinya, yang kemudian dianalogikan dengan wanita haid.

Menurut Skripsi Muhamad Solehan yang mengkaji Kitab Al-Hidayah dan Kitab Fathul Qorib, Imam Burhanuddin Al-Maghinani (Madzhab Hanafi) berpendapat bahwa wanita hamil dan menyusui yang tidak berpuasa karena khawatir terhadap diri atau anaknya hanya diwajibkan mengqadha puasa tanpa fidyah.

Beliau menyatakan, "Dan wanita yang sedang hamil serta wanita yang sedang menyusui jika mereka khawatir atas diri mereka sendiri atau anak mereka, maka mereka boleh berbuka dan wajib atas mereka qadha, tidak ada fidyah bagi mereka."

Pandangan ini menyamakan mereka dengan orang sakit atau musafir yang hanya wajib qadha.

Di sisi lain, Muhammad bin Qasim Al-Ghazi (Madzhab Syafi'i) dalam Kitab Fathul Qorib memiliki pandangan yang lebih rinci. Beliau menjelaskan bahwa jika wanita hamil atau menyusui tidak berpuasa karena khawatir terhadap dirinya sendiri, maka hanya wajib qadha.

Namun, jika kekhawatiran itu ditujukan pada anaknya (misalnya keguguran atau ASI berkurang), maka wajib qadha dan juga membayar fidyah. Pendapat ini didukung oleh ulama Syafi'iyah lainnya, seperti Muhammad al-Syarbaini al-Khatib dalam Mughni Al-Muntaaj, yang menyatakan bahwa fidyah wajib bagi wanita hamil/menyusui yang tidak berpuasa demi keselamatan bayinya.

Hikmah dan Manfaat Puasa Qadha

Melaksanakan puasa qadha tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga mengandung berbagai hikmah dan manfaat, baik secara spiritual maupun fisik. Secara spiritual, puasa qadha adalah bentuk ketaatan dan tanggung jawab seorang hamba kepada Allah SWT.

Ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya menunaikan amanah ibadah yang sempat tertunda. Dengan mengqadha puasa, seorang Muslim berupaya membersihkan diri dari "hutang" ibadah dan meraih pahala yang dijanjikan.

Secara fisik, meskipun puasa qadha dilakukan di luar bulan Ramadhan, manfaat kesehatan dari berpuasa tetap relevan. Puasa dapat membantu detoksifikasi tubuh, meningkatkan fungsi otak, dan mengatur kadar gula darah.

Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan menyebutkan bahwa puasa memiliki banyak manfaat, termasuk "Meningkatkan Kesehatan Jantung", "Mengatur Gula Darah", "Membantu Menurunkan Berat Badan", "Meningkatkan Fungsi Otak", "Mengurangi Peradangan", "Detoksifikasi Tubuh", dan "Meningkatkan Kesehatan Mental".

Daftar Sumber

  • Al-Bujairimi, Syekh Sulaiman. Hasyiyatul Iqna'.
  • Al-Ghazi, Muhammad bin Qasim. Fathul Qorib.
  • Al-Khatib, Muhammad al-Syarbaini. Mughni Al-Muntaaj.
  • Al-Maghinani, Imam Ali Ibn Abu Bakar. Al-Hidayah.
  • Luthfia, Allisa. "Doa niat puasa qadha Ramadhan karena haid lengkap dengan artinya". antaranews.com. Diakses pada 1 September 2025.
  • Mumtazh, Zsazsa Hafidzah, dan Alisya Kimora Qurrota A’yun. "Keterkaitan Antara Larangan Berpuasa Bagi Wanita yang Sedang Haid dengan Kondisi Kesehatan". Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan. Vol. 1 No. 2 (2024).
  • Solehan, Muhamad. Ketentuan Qadha Dan Fidyah Puasa Ramadhan Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui Perspektif Kitab Al-Hidayah Dan Kitab Fathul Qorib. Skripsi. Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. 2024.

FAQ

1. Apa itu puasa qadha Ramadhan?

Puasa qadha adalah puasa pengganti yang dilakukan setelah Ramadhan untuk mengganti puasa yang ditinggalkan karena alasan syar’i, seperti haid.

2. Apakah wanita haid wajib mengqadha puasa Ramadhan?

Ya, wanita yang tidak berpuasa karena haid wajib menggantinya di hari lain, berbeda dengan shalat yang tidak perlu diqadha.

3. Kapan waktu pelaksanaan qadha puasa Ramadhan?

Qadha puasa bisa dilakukan kapan saja setelah Ramadhan, dengan batas sebelum datang Ramadhan berikutnya.

4. Bagaimana bacaan niat puasa qadha Ramadhan karena haid?

Arab: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ. Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Ramadhan esok hari karena Allah swt.”

5. Haruskah qadha puasa dilakukan secara berurutan?

Tidak wajib berurutan. Boleh dilakukan terpisah sesuai kemampuan, meskipun berurutan lebih utama.

6. Apakah wanita haid wajib membayar fidyah selain qadha puasa?

Tidak, wanita haid hanya wajib qadha puasa. Fidyah berlaku pada kondisi tertentu, misalnya hamil atau menyusui yang khawatir pada bayinya.

7. Apa hikmah melaksanakan puasa qadha?

Selain memenuhi kewajiban agama, puasa qadha memberi manfaat spiritual (ketaatan, tanggung jawab) dan fisik (detoks, menyehatkan tubuh, melatih disiplin).

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |