Liputan6.com, Jakarta Istilah "Khusnul Khotimah" atau "Husnul Khotimah", sering tertukar dalam penggunaan sehari-hari, padahal memiliki makna yang sangat berbeda.
Istilah husnul khatimah atau husnul khotimah seringkali terselip setiap kali seorang muslim menyampaikan ucapan belasungkawa atas berpulangnya seorang muslim yang lain. Meski kerap digunakan dan terdengar dalam percakapan sehari-hari, pemahaman keliru mengenai arti sebenarnya dari kedua istilah ini sering kali menyebabkan kesalahpahaman dalam penggunaannya.
Melansir dari berbagai sumber terpercaya termasuk kitab-kitab bahasa Arab klasik, terdapat perbedaan mendasar dalam arti dan penggunaannya yang perlu dipahami dengan baik. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (1/9/2025).
Pengertian Husnul Khotimah yang Benar
Penulisan dan pengucapan yang tepat adalah "Husnul Khotimah" (حسن الخاتمة), bukan "Khusnul Khotimah." Istilah ini terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab: "Husn" yang berarti baik atau indah, dan "Khotimah" yang berarti akhir atau penutup.
Husnul Khotimah secara harfiah berarti "akhir yang baik" dan merujuk pada harapan agar seseorang yang meninggal dalam keadaan baik dan diridhoi oleh Allah SWT. Istilah ini merupakan doa yang sangat mulia dalam Islam untuk mendoakan orang yang telah berpulang.
Mengutip dari Kamus Al-Munawwir karya Ahmad Warson Munawwir, kata "husn" (حسن) dengan huruf "ha" (ح) memiliki arti kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan. Penggunaan istilah ini dalam konteks doa menunjukkan harapan terbaik untuk almarhum, seperti dikutip dari antaranews.
Dalam tradisi Islam, mendoakan husnul khotimah bagi orang yang meninggal merupakan bentuk penghormatan dan harapan agar Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Doa ini mencerminkan keyakinan bahwa kematian dalam keadaan beriman adalah anugerah tertinggi yang dapat diraih seorang muslim.
Perbedaan Husnul Khotimah dan Khusnul Khotimah
Perbedaan utama terletak pada huruf pertama dalam penulisan Arab. "Husnul Khotimah" menggunakan huruf "ha" (ح), sedangkan "Khusnul Khotimah" menggunakan huruf "kho" (خ). Perbedaan huruf ini mengubah makna secara drastis.
Kata "Khusnul" (خسن) yang menggunakan huruf "kho" (خ) dalam bahasa Arab berarti "hina," "buruk," atau "rendah." Istilah ini jarang atau hampir tidak pernah digunakan dalam pengucapan doa, terutama jika digabungkan dengan kata "khotimah."
Menggunakan istilah "khusnul khotimah" berarti "akhir yang hina," yang merupakan doa yang tidak baik karena mengarah pada harapan buruk bagi orang yang telah meninggal. Hal ini tentunya bertentangan dengan maksud baik yang ingin disampaikan.
Melansir dari Lisan Al-Arab karya Ibnu Manzhur, perbedaan satu huruf dalam bahasa Arab dapat mengubah makna secara fundamental. Oleh karena itu, kehati-hatian dalam penulisan dan pengucapan istilah keagamaan menjadi sangat penting.
Berikut adalah poin-poin perbedaan mendasar antara keduanya:
- Ejaan dan Huruf Arab: Husnul Khotimah ditulis dengan huruf Arab حسن الخاتمة, diawali dengan huruf "ha" (ح). Sementara itu, Khusnul Khotimah ditulis dengan huruf Arab خسن الخاتمة, diawali dengan huruf "kho" (خ).
- Arti Kata "Husnul" dan "Khusnul": Husnul berasal dari kata "hasan" (حسن) yang berarti "baik" atau "bagus". Sedangkan Khusnul berasal dari kata "khasin" (خسن) yang berarti "hina" atau "buruk".
- Makna Keseluruhan: Husnul Khotimah berarti "akhir yang baik", merujuk pada harapan agar seseorang meninggal dalam keadaan baik dan diridhai Allah SWT. Sebaliknya, Khusnul Khotimah berarti "akhir yang hina", yang merupakan doa yang tidak baik.
- Penggunaan dalam Doa: Husnul Khotimah adalah doa yang benar dan dianjurkan untuk diucapkan. Sementara itu, Khusnul Khotimah sebaiknya dihindari karena berpotensi menimbulkan salah pengertian dan makna yang negatif.
Pentingnya Penggunaan Istilah yang Tepat dalam Doa
Penggunaan istilah yang tepat, khususnya dalam konteks keagamaan seperti doa, sangatlah penting. Kesalahan dalam penulisan atau pengucapan dapat mengubah makna secara fundamental, bahkan berbalik 180 derajat. Ketika seorang muslim mendoakan orang yang telah meninggal, niatnya adalah agar almarhum mendapatkan akhir yang baik dan diridhai Allah SWT.
Perlu diketahui, penulisan yang salah dalam bahasa Arab dapat mengubah makna, terutama dalam konteks ibadah dan doa. Oleh karena itu, penggunaan istilah keagamaan dengan penulisan yang benar sangat penting untuk memastikan keaslian dan makna yang akurat. Menggunakan "Husnul Khotimah" memastikan bahwa doa tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan harapan positif.
Sebaliknya, menggunakan "Khusnul Khotimah" secara tidak sengaja dapat berarti mendoakan keburukan, yang tentu saja bertentangan dengan tujuan doa itu sendiri. Oleh karena itu, umat Islam diharapkan menggunakan istilah ini dengan benar, baik dalam tulisan maupun ucapan, untuk memastikan makna dan harapan yang terkandung tetap akurat dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Mengutip dari penelitian Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, kesalahan penggunaan istilah Arab dalam bahasa Indonesia sering terjadi karena kurangnya pemahaman tentang sistem tulisan dan makna dalam bahasa aslinya.
Bagaimana Mencapai Husnul Khotimah?
Mencapai "Husnul Khotimah" adalah dambaan setiap muslim, yaitu meninggal dalam keadaan yang baik dan diridhai Allah SWT. Ada beberapa cara dan amalan yang dapat dilakukan untuk meraih akhir yang mulia ini. Kematian yang "Husnul Khotimah" adalah tujuan mulia tertinggi dalam Islam yang menjadi harapan setiap Muslim untuk mengakhiri hidup dengan kebaikan, takwa, dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Untuk meraih husnul khotimah, seseorang harus berusaha untuk selalu berbuat baik, beribadah dengan tulus ikhlas, dan menghindari segala bentuk dosa dan kesalahan. Selain itu, seseorang juga harus senantiasa memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi kemudahan untuk meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Berikut beberapa kiat menggapai husnul khotimah:
- Bertakwa kepada Allah SWT: Menjaga iman dan ketakwaan kepada Allah SWT secara istiqamah adalah fondasi utama. Ini berarti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
- Memperbanyak Sedekah: Sedekah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dan dapat menjadi jalan menuju "Husnul Khotimah".
- Merutinkan Dzikir dan Istighfar: Memperbanyak dzikir, termasuk dzikir Sayyidul Istighfar setiap pagi dan petang, dapat membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.
- Bertaubat dari Kesalahan: Segera bertaubat setiap kali melakukan kesalahan atau dosa adalah langkah penting untuk membersihkan diri dan kembali ke jalan yang benar. Jangan menunda taubat.
- Memperbanyak Amalan Sirr (Rahasia): Melakukan kebaikan secara sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui orang lain, dapat meningkatkan keikhlasan dan pahala.
- Banyak Berdoa: Senantiasa berdoa kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan iman dan "Husnul Khotimah".
- Berprasangka Baik kepada Allah: Selalu memiliki husnuzan (prasangka baik) kepada Allah SWT dalam setiap keadaan.
- Tidak Menzalimi Orang Lain: Menghindari perbuatan zalim, baik lisan maupun perbuatan, serta menjaga tali silaturahim.
- Istiqamah dalam Kebaikan: Melakukan kebaikan atau amal saleh secara terus-menerus, meskipun sedikit, karena Allah menyukai amalan yang konsisten.
Tanda-tanda Husnul Khotimah
Ada beberapa tanda yang disebutkan dalam ajaran Islam yang mengindikasikan seseorang meninggal dalam keadaan "Husnul Khotimah". Tanda-tanda ini merupakan kabar gembira bagi orang yang beriman dan menjadi motivasi bagi yang masih hidup untuk senantiasa beramal saleh. Memahami tanda-tanda ini dapat memberikan harapan dan dorongan bagi umat Muslim.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa kesaksian kerabat atau orang-orang di sekitarnya adalah salah satu tanda dari husnul khotimah. Tanda lainnya dari husnul khotimah adalah bahwa dahi atau keningnya berkeringat. Berikut beberapa tanda husnul khotimah seperti disebutkan dalam riwayat:
- Mengucapkan Kalimat Syahadat: Meninggal dunia dalam keadaan mengucapkan kalimat La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah).
- Kening Berkeringat: Dahi atau kening berkeringat saat menjelang kematian. Ini menandakan rasa malu akibat kesalahan saat masih hidup.
- Meninggal pada Malam Jumat atau Siang Harinya: Wafat pada hari atau malam Jumat.
- Mati Syahid: Meninggal dalam keadaan syahid di medan perang atau dalam membela agama Allah.
- Meninggal karena Wabah Penyakit: Wafat karena wabah penyakit tertentu.
- Meninggal karena Sakit Perut: Wafat karena sakit perut.
- Meninggal karena Tenggelam atau Tertimpa Runtuhan: Wafat karena tenggelam atau tertimpa bangunan.
- Meninggal saat Melakukan Amal Saleh: Wafat ketika sedang melakukan ibadah atau amal kebaikan, seperti shalat, puasa, atau membaca Al-Qur'an.
- Meninggal karena Mempertahankan Diri: Wafat karena mempertahankan diri dari perampok atau kezaliman.
- Kesaksian Baik dari Orang Lain: Orang-orang di sekitarnya memberikan kesaksian baik tentang almarhum.
Hikmah di Balik Husnul Khotimah
Konsep "Husnul Khotimah" mengandung hikmah yang mendalam bagi umat Islam. Ini bukan hanya sekadar harapan akan akhir yang baik, tetapi juga menjadi pengingat dan motivasi untuk menjalani hidup dengan penuh ketaatan dan kebaikan. Hikmah ini mendorong setiap individu untuk senantiasa memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan akhirat.
- Motivasi Beramal Saleh: Harapan untuk meraih "Husnul Khotimah" memotivasi seorang muslim untuk terus beramal saleh, menjauhi maksiat, dan meningkatkan ibadah sepanjang hidupnya.
- Pengingat Kematian: Konsep ini mengingatkan bahwa kematian adalah kepastian dan setiap jiwa akan merasakannya, sehingga mendorong untuk tidak terlena dengan kehidupan dunia.
- Pengharapan Rahmat Allah: "Husnul Khotimah" adalah bentuk pengharapan akan rahmat dan ampunan Allah SWT di akhir hayat, menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang bertaubat.
- Ketenangan Jiwa: Bagi orang yang beriman, harapan akan "Husnul Khotimah" memberikan ketenangan jiwa dan keyakinan bahwa akhir hidupnya akan berakhir dengan kebaikan.
- Pentingnya Istiqamah: Menekankan pentingnya istiqamah (konsisten) dalam kebaikan hingga akhir hayat, karena akhir kehidupan seseorang sangat ditentukan oleh amalan terakhirnya.
Daftar Sumber
- ANTARA News. "Khusnul Khotimah atau Husnul Khotimah, mana yang benar?". Redaksi ANTARA News. 19 Agustus 2024. https://www.antaranews.com/berita/4260026/khusnul-khotimah-atau-husnul-khotimah-mana-yang-benar
- Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Pustaka Progressif, 1997.
- Ibnu Manzhur. Lisan Al-Arab. Dar Sadir, Beirut.
- Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI - Penelitian Penggunaan Istilah Asing dalam Bahasa Indonesia.
FAQ
1. Apakah benar penulisan yang tepat adalah "Husnul Khotimah"? Ya, penulisan yang benar adalah "Husnul Khotimah" dengan huruf "ha" (ح), bukan "Khusnul Khotimah" dengan huruf "kho" (خ).
2. Apa arti dari Husnul Khotimah? Husnul Khotimah berarti "akhir yang baik" dan merupakan doa agar seseorang meninggal dalam keadaan beriman dan diridhoi Allah.
3. Mengapa penulisan "Khusnul Khotimah" salah? Karena kata "Khusnul" dengan huruf "kho" (خ) berarti "hina" atau "buruk," sehingga mengubah makna menjadi "akhir yang hina."
4. Kapan istilah Husnul Khotimah digunakan? Istilah ini digunakan ketika mendoakan orang yang meninggal atau menyampaikan ucapan belasungkawa kepada keluarga yang berduka.
5. Apakah ada variasi penulisan lain yang benar? Ya, variasi seperti "Husnul Khatimah" atau "Husn al-Khatimah" juga benar karena merujuk pada kata Arab yang sama.
6. Bagaimana cara mengoreksi orang yang salah menggunakan istilah ini? Lakukan koreksi dengan santun dan berikan penjelasan yang mudah dipahami tanpa menyinggung perasaan.
7. Apakah kesalahan pengucapan mempengaruhi nilai doa? Meskipun niat baik tetap diperhitungkan Allah, penggunaan istilah yang tepat menunjukkan kesungguhan dan kehormatan dalam berdoa.