Liputan6.com, Jakarta - Dalam khazanah Islam, istilah ilmu makrifat cukup populer. Namun tak banyak yang memahami makna ilmu makrifat, yang seringkali disandingkan dengan ilmu hakikat.
Tentu pembahasannya akan berbeda dengan ilmu tauhid, ilmu tajwid, ilmu fiqih, dan ilmu-ilmu lain yang sering diajarkan di dalam pesantren.
Ungkapan menarik disampaikan oleh Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). Ulama ahli tafsir asal Rembang ini, dalam sebuah ceramahnya memaknai ilmu makrifat adalah kemampuan untuk mengenal Allah melalui pemahaman yang kokoh dan mendalam, yang dicapai setelah proses berpikir dan pemahaman tauhid yang benar.
Menurut dia, ini merupakan tujuan penting dalam agama, yang mendasari semua amal ibadah dan memastikan amalan tersebut memiliki landasan yang kuat, bukan sekadar khayalan atau pemahaman dangkal.
Untuk mengenal lebih dalam pengertian ilmu makrifat. Berikut ini pandangan ulama dari berbagai perspektif, dalil, hingga cara mencapainya.
Pengertian Makrifat
Secara bahasa, makrifat (المعرفة) berasal dari kata “ʿarafa–yaʿrifu” yang berarti mengetahui dengan benar. Dalam istilah tasawuf, ilmu makrifat adalah pengetahuan hati yang mendalam tentang Allah SWT, bukan hanya melalui akal dan dalil rasional, tetapi melalui penyaksian batin (dzauq).
Sementara, para ulama klasik dan kontemporer mendefinisikan makrifat dengan berbagai sudut pandang. Al-Junaid al-Baghdadi dalam Risalah al-Qusyairiyyah, Abu al-Qasim al-Qusyairi, menjelaskan, "Al-ma‘rifah adalah sirr (rahasia batin) yang diilhamkan Allah ke dalam hati seorang hamba."
Sementara, dalam Ihya’ Ulumuddin, Kitab al-Mahabbah Imam al-Ghazali menjelaskan, Makrifat adalah cahaya yang dipancarkan Allah dalam hati, hingga seorang hamba mengenal-Nya dengan sebenar-benar pengenalan.
Dalam Futuhat al-Makkiyyahm Ibn ‘Arabi menjelaskan, makrifat adalah penyingkapan hakikat (kasyf) yang melampaui akal, di mana seorang hamba menyaksikan keesaan Allah dalam segala sesuatu.
Makrifat menurut Ibnu ‘Athaillah Al Sakandari, dikutip dari digilib.uinsgd.ac.id, makrifat ialah pengetahuan tentang Tuhan dengan dekat sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan. Karena, penghayatan terhadap Dzat Allah itu bukan dengan pikiran atau panca indera, melainkan dengan hati atau qalbu. Makrifat dipandang para sufi sebagai kebanggaan tersendiri sekaligus kebahagiaan tertinggi yang didambakan oleh setiap sufi.
Selanjutnya, mari ketahui pengertian ilmu makrifat.
Pengertian Ilmu Makrifat
Dalam Buku Agama dan Bayang-bayang Etis Syaikh Yusuf al-Makassari, Mustari Mustafa menjelaskan bahwa makrifat merupakan tingkatan pengetahuan batin yang paling tinggi dan mendalam. Makrifat dipandang sebagai capaian spiritual yang melampaui sekadar pemahaman lahiriah, sekaligus menjadi inti dari pengenalan hakiki kepada Allah.
Lebih jauh, makrifat tidak hanya dipahami sebagai pengalaman spiritual yang sesaat, melainkan sebagai keadaan batin yang selaras dengan Tuhan dan kebenaran sejati. Dalam tradisi Islam, makrifat dimaknai sebagai ilmu terdalam tentang pengenalan Allah, yang dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh kesadaran.
Mereka yang digolongkan sebagai ahli makrifat diyakini memiliki kemampuan untuk menyaksikan sifat, zat, serta perbuatan Tuhan. Pandangan ini menempatkan makrifat sebagai posisi tertinggi dalam perjalanan rohani seorang hamba, yang melibatkan pengalaman batin di luar jangkauan akal semata.
Namun demikian, tidak semua orang dapat mencapai derajat makrifat. Mustari Mustafa menegaskan bahwa pencapaian ini hanya diraih oleh segelintir tokoh pilihan, termasuk para nabi, rasul, waliyullah, dan orang-orang bijak yang dianugerahi kedalaman rohani luar biasa.
Mengutip digilib.uinsgd.ac.id, metode atau cara untuk memperoleh makrifat sudah popular dengan berbagai tarekat (jalan) nya masing-masing, bergantung kepada guru spiritual yang akan memberikan petunjuknya. Karena metodenya berbeda, sehingga pemikiran, pengalaman dan hasil dari pengalaman itupun berbeda pula antara sufi yang satu dengan yang lainnya.
Dalil Al-Qur’an tentang Makrifat
1. QS. Adz-Dzariyat: 56
النَّصُّ العَرَبِيّ وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Latin: Wa mā khalaqtul-jinna wal-insa illā liya‘budūn
Arti: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Menurut Ibn ‘Abbas dalam tafsirnya, kata liya‘budūn dimaknai sebagai liya‘rifūn (agar mereka mengenal-Ku). Hal ini dijelaskan dalam Tafsir al-Tabari (Jāmi‘ al-Bayān) karya Al-Imam At-Tabari. Dengan demikian, tujuan penciptaan manusia adalah untuk mencapai makrifatullah (pengenalan kepada Allah).
2. QS. Al-Baqarah: 186
النَّصُّ العَرَبِيّ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Latin: Wa idzā sa’alaka ‘ibādī ‘annī fa innī qarīb, ujību da‘wata d-dā‘i idzā da‘ān, falyastajībū lī wal yu’minū bī la‘allahum yarshudūn
Arti: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Ayat ini menegaskan kedekatan Allah dengan hamba-Nya. Menurut Imam Fakhruddin al-Razi dalam Mafātīh al-Ghaib (Tafsir al-Kabir), kedekatan ini bukan hanya secara ilmu, tetapi juga sebagai tanda bahwa Allah dapat dikenali melalui hati yang sadar dan ikhlas dalam ibadah.
3. QS. Muhammad:
النَّصُّ العَرَبِيّ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Latin: Fa‘lam annahū lā ilāha illallāh, wastaġfir li dzanbika walil-mu’minīna walmu’mināt, wallāhu ya‘lamu mutaqallabakum wamatswākum
Arti: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”
Rujukan & Penjelasan: Ayat ini adalah dalil ilmu makrifatullah, karena Allah memerintahkan Nabi SAW dan umat Islam untuk fa‘lam (mengetahui dengan yakin) keesaan Allah. Tafsir ini ditegaskan oleh Al-Qurthubi dalam Al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’ān, bahwa ma‘rifah terhadap tauhid adalah landasan dari iman.
Dalil Hadits tentang Makrifat
1. HR. Bukhari-Muslim tentang Ibadah
النَّصُّ العَرَبِيّ الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Latin: Al-ihsānu an ta‘budallāha ka’annaka tarāhu, fa in lam takun tarāhu fa innahu yarāk
Arti: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam Shahih keduanya. Para ulama seperti Imam al-Nawawi (dalam Syarh Shahih Muslim) menjelaskan bahwa ihsan adalah puncak ibadah dan merupakan realisasi makrifatullah, di mana seorang hamba mencapai kesadaran penuh akan kehadiran Allah.
2. HR. Tirmidzi tentang Diri dan Tuhan
النَّصُّ العَرَبِيّ مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Latin: Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu
Arti: “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi meskipun sanadnya diperdebatkan. Namun, banyak ulama sufi mengutipnya dalam literatur tasawuf sebagai dasar perjalanan menuju makrifat. Misalnya, Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengaitkan makrifatullah dengan pengenalan terhadap kelemahan diri dan kebutuhan mutlak kepada Allah.
Cara Meraih Ilmu Makrifat
Nurbaety Mustahele dalam jurnal Makrifat dalam Al-Qur'an menjelaskan berbagai tingkatan yang harus dilalui untuk mencapai ilmu makrifat yang tinggi kepada Allah SWT. Tingkatan-tingkatan ini menggambarkan proses spiritual yang mendalam dalam usaha mengenal dan mendekatkan diri kepada-Nya. Berikut ini adalah cara meraih ilmu makrifat:
1. Dengan Akal
Rasulullah SAW menyatakan bahwa seorang yang berilmu (alim) lebih diutamakan dibandingkan seratus orang yang zuhud. Allah SWT menjamin bahwa jalan mereka menuju surga akan dipermudah. Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699)
Untuk mencapai makrifat yang tinggi, diperlukan ilmu atau akal sebagai alat untuk membedakan antara yang benar dan salah, serta untuk melindungi diri dari godaan hawa nafsu dan keinginan-keinginan yang rendah.
2. Keimanan dan Ketakwaan
Iman dan takwa merupakan dasar bagi umat Muslim dalam mencapai ilmu makrifat yang tinggi. Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan duniawi tetapi tanpa iman dan takwa tidak akan mampu meraih makrifat kepada Allah SWT. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102).
3. Ibadah
Ibadah adalah cara utama bagi seorang Muslim untuk memperoleh ridha Allah SWT. Dengan melaksanakan ibadah, seorang Muslim menunjukkan kepatuhan dan ketundukannya kepada-Nya.
Selain itu, ibadah juga menjadi sarana bagi seorang Muslim untuk senantiasa mengingat Allah SWT sesuai dengan perintah-Nya.
Beberapa bentuk ibadah yang dapat dilakukan untuk meraih makrifat meliputi melaksanakan sholat wajib dan sunnah, memperbanyak dzikir, berdoa, mengucapkan sholawat, bersedekah, dan berbagai amalan baik lainnya.
Ciri Orang yang Memiliki Ilmu Makrifat
Dirangkum dari buku Rahasia Hidup Makrifat, Selalu Bersama Allah, Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali dan kitab rujukan lainnya, berikut ini adalah ciri-ciri orang yang memiliki ilmu makrifat:
1. Memiliki akhlak yang luhur
Mereka menampilkan kelembutan, kesabaran, kejujuran, dan kasih sayang.
2. Merasa selalu dalam pengawasan Allah
Hatinya hadir bersama Allah dalam setiap keadaan (muraqabah).
3. Mampu menyaksikan tanda-tanda Allah dalam diri dan alam
Melihat keesaan Allah dalam ciptaan-Nya
4. Merdeka dari hawa nafsu dan cinta dunia
Hidupnya sederhana, zuhud, dan hatinya terpaut pada Allah.
5. Mengalami transformasi batin
Menjadi pribadi yang tenang, optimis, progresif, dan penuh syukur.
6. Mampu merasakan kehadiran malaikat pengawas (al-ḥafazhah)
Kesadaran spiritualnya membuat ia senantiasa hati-hati dalam perbuatan.
People also Ask:
1. Apakah Rasulullah mengajarkan makrifat?
Sebab Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan makrifat dan hakikat, beliau hanya meninggalkan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman dalam menjalankan syariah. Dan tidaklah seseorang bisa mencapai derajat makrifah dan hakikah, manakala dia meninggalkan syariah.
2. Ilmu paling tinggi apa?
"Ilmu tertinggi" dapat memiliki berbagai makna tergantung pada konteksnya, namun dalam perspektif agama dan filsafat, seringkali diartikan sebagai ilmu tentang ketuhanan dan hakikat keberadaan, seperti Ma'rifatullah dalam Islam yang merupakan puncak pengenalan kepada Allah
3. Apakah orang makrifat tidak shalat?
Tidak, orang yang makrifat tetap wajib shalat, bahkan shalatnya menjadi lebih tinggi dan mendalam karena ia merasakan lezatnya munajat dan merasa tenteram di sisi Allah. Ajaran bahwa makrifat membuat seseorang tidak lagi perlu ibadah adalah paham sesat dan kufur, karena para nabi dan sahabat yang paling mengenal Allah justru paling rajin ibadah hingga akhir hayat.
4. Apa beda makrifat dengan tasawuf?
Perbedaan utama tasawuf dan makrifat adalah tasawuf adalah jalan dan praktik spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan makrifat adalah pengetahuan intuitif mendalam tentang Allah yang dicapai melalui proses tasawuf tersebut. Tasawuf mencakup berbagai tahapan, termasuk makrifat sebagai salah satu tahapan akhir di mana seorang salik mencapai pemahaman dan pengenalan yang hakiki tentang Tuhan.
Sumber Referensi
- Ceramah KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gua Baha)
- digilib.uinsgd.ac.id
- Kitab Risalah al-Qusyairiyyah, Abu al-Qasim al-Qusyairi
- Kitab Ihya’ Ulumuddin (Kitab al-Mahabbah), Imam al-Ghazali
- Kitab Futuhat al-Makkiyyah, Ibn ‘Arabi
- Buku Agama dan Bayang-bayang Etis Syaikh Yusuf al-Makassari, Mustari Mustafa
- Buku Rahasia Hidup Makrifat, Selalu Bersama Allah, KH. Muhammad Sholikhin
- Jurnal Akademik Makrifat dalam Al-Qur’an, Nurbaety Mustahele

1 month ago
26
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1610100/original/023138600_1496212189-Ramadan-20174.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975686/original/001020200_1729565914-nama-sahabat-nabi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/741885/original/078093900_1411557971-Ziarah-Gunung-Uhud.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120399/original/060326300_1588698008-syed-muizur-MrRUgFfSjBA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2397600/original/021060800_1541051347-embers-142515_960_720.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403562/original/069333200_1762330737-doa_penenang_hati.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403290/original/022871300_1762323039-Anjing.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403399/original/043952100_1762326172-membaca_doa_setelah_belajar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403225/original/009668300_1762321820-Hajar_Aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403116/original/098441200_1762317300-Kakbah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402980/original/045616400_1762313330-Grup_musik_Timur_Tengah__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402969/original/091132600_1762312803-cincin_emas.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5086670/original/010622200_1736404465-1736397368003_perbedaan-antara-nabi-dan-rasul-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1474232/original/040480600_1484617421-Wisata-Laut-Merah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5134162/original/012917000_1739593072-1739590048291_arti-doa-sholat-dhuha.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5061590/original/072378300_1734874466-Imam_Syafi_i.jpg)






















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5270335/original/056977800_1751427256-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran__14_.jpg)





:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5161848/original/042811500_1741848433-hq720__11_.jpg)