Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar dan menggunakan istilah "silaturahmi" dan "silaturahim". Kedua kata ini umumnya merujuk pada aktivitas menjalin dan menjaga hubungan baik antar sesama.
Namun, tahukah Anda bahwa terdapat perbedaan silaturahmi dan silaturahim yang mendasar dari segi makna dan penggunaannya?
Melansir dari Muhammadiyah.or.id, kata "silaturahim" atau "silaturahmi" berasal dari dua kata Arab, yaitu "shilat" yang berarti sambungan atau menjalin, dan "al-rahim" atau "al-rahmi" yang berasal dari akar kata yang sama, rahima – yarhamu.
Dari akar kata tersebut, dapat menghasilkan dua bentuk kata infinitif (masdar) yang berbeda arti, yaitu kasih sayang dan rasa sakit pada rahim wanita setelah melahirkan.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Minggu (31/8/2025).
Perbedaan Silaturahmi dan Silaturahim: Akar Kata dan Tafsirnya
Secara etimologi, perbedaan silaturahmi dan silaturahim terletak pada akar kata terakhirnya. Kata "silaturahim" berasal dari gabungan kata "shilah" yang berarti hubungan atau menyambung, dan "ar-rahim" yang merujuk pada rahim wanita atau kekerabatan yang memiliki ikatan darah.
Oleh karena itu, "silaturahim" secara harfiah dan dalam bahasa Arab lebih tepat digunakan untuk hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang memiliki ikatan darah, seperti orang tua, kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara kandung.
Di sisi lain, kata "silaturahmi" berasal dari "shilah" dan "ar-rahmi" (atau "rahmi") yang diartikan sebagai kasih sayang secara umum. Dengan demikian, "silaturahmi" memiliki makna yang lebih luas, mencakup hubungan baik dengan semua orang tanpa memandang ikatan darah, seperti teman, tetangga, rekan kerja, atau kenalan.
Menurut Ibnu Mas`Ad Masjhur dalam bukunya 29 Dosa Suami Istri Yang Menghalangi Datangnya Rezeki Solusi Rezeki Berlimpah Untuk Kebahagiaan Dan Ketenteraman Keluarga, "silaturahmi" diucapkan kepada seseorang yang bukan dari keluarga kandung, seperti teman, sahabat, kenalan, dan tetangga. Sementara itu, "silaturahim" digunakan untuk hubungan persaudaraan kepada ibu, bapak, kakek, nenek dan lainnya.
Meskipun ada perbedaan makna literal dalam bahasa Arab, M. Quraish Shihab dalam bukunya Shihab & Shihab Edisi Ramadhan berpendapat bahwa kedua kata tersebut memiliki substansi yang sama karena kata "silah" berarti menyambung, dan menyambung itu harus pada sesuatu yang putus.
Senada dengan itu, H. Ahmad Faisal Marzuki, B.Sc., M.Sc. dalam buku Mendirikan Shalat Menegakkan Peradaban juga menyatakan bahwa "silaturahmi" dan "silaturahim" merupakan serapan kata dari bahasa Arab Shillah Ar-Rahim, di mana Shillah berarti hubungan dan ar-Rahim artinya rahim (kekeluargaan) atau kasih sayang.
Silaturahmi dalam Perspektif Bahasa dan Penggunaan di Indonesia
Dalam bahasa Indonesia, kata "silaturahmi" telah diserap dan memiliki makna yang lebih umum serta luas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara resmi mencatat "silaturahmi" sebagai kata baku yang berarti "tali persahabatan (persaudaraan)". Sementara itu, "silaturahim" dicatat sebagai bentuk tidak baku dari "silaturahmi" dalam KBBI.
Majelis Tarjih Muhammadiyah berpendapat bahwa jika kata "silaturahmi" telah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, maka tidak mengapa untuk menggunakan atau mengucapkannya sesuai dengan yang mudah bagi lisan kita. Hal ini karena bahasa terus berkembang dan mengalami modifikasi, terutama ketika ditransliterasikan atau diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
Sebagai contoh, kata "kitab" dalam bahasa Arab berarti sekadar buku bacaan, namun dalam alam pikiran masyarakat Indonesia, kata "kitab" sudah lebih spesifik merujuk pada buku agama berbahasa Arab. Demikian pula dengan "silaturahmi", ketika digunakan dalam bahasa Indonesia, maknanya dikembalikan ke konteks Indonesia dan bukan secara harfiah diartikan dalam bentuk Arab.
Oleh karena itu, meskipun secara makna literal Arab kata "silaturahim" lebih tepat untuk ikatan darah, penggunaan "silaturahmi" secara umum di Indonesia tetap diterima dan dipahami dengan makna yang sama, yaitu menjalin hubungan baik dan persaudaraan secara luas.
Dalil dan Keutamaan Menjalin Silaturahim dalam Islam
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan baik, baik itu dengan kerabat dekat maupun sesama manusia secara umum. Menjaga silaturahmi dianggap sebagai kewajiban agama dan merupakan salah satu amalan mulia yang diperintahkan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Salah satu dalil yang paling sering dikutip adalah firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa Ayat 1 yang artinya: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
Ayat ini secara jelas memerintahkan untuk memelihara hubungan kekeluargaan (al-arham), yang menjadi dasar dari konsep silaturahim.
Banyak hadis Nabi Muhammad SAW yang juga menekankan keutamaan silaturahmi. Salah satunya adalah sabda beliau: "Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya atau ditambahkan umurnya maka hendaklah ia menyambung kekerabatannya."
Hadis lain juga menyebutkan bahwa silaturahmi merupakan salah satu amalan yang dapat mengantarkan seseorang ke surga. Rasulullah SAW bersabda: "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orang tua dan saudara."
Dalam riwayat lain, Aisyah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Kekerabatan itu berada di arsy, ia berkata, 'siapa yang menyambungku niscaya Allah akan menyambungkan kepadanya (kebaikan), dan siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus darinya (kebaikan)."
Konsekuensi Memutus Tali Silaturahmi
Mengingat pentingnya silaturahmi dalam Islam, memutuskan tali persaudaraan merupakan perbuatan yang sangat dilarang dan memiliki konsekuensi serius, baik di dunia maupun di akhirat. Islam mengharamkan umatnya untuk memutus tali silaturahmi sesama muslim.
Salah satu ancaman paling tegas bagi orang yang memutus silaturahmi adalah tidak akan masuk surga.Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahmi)." Hadis ini menunjukkan bahwa memutus tali silaturahmi adalah dosa besar yang dapat menghalangi seseorang dari rahmat Allah dan masuk surga.
Selain itu, orang yang memutus silaturahmi juga akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. Dalam Al-Qur'an Surah Muhammad ayat 22-23, Allah berfirman: "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka."
Ayat ini menegaskan bahwa perbuatan memutuskan hubungan kekeluargaan adalah tindakan yang sangat buruk di mata Allah dan pelakunya akan mendapatkan laknat.
Konsekuensi lain yang disebutkan dalam hadis adalah bahwa dosa memutus silaturahmi termasuk dosa yang paling pantas disegerakan balasannya di dunia, di samping azab yang disimpan di akhirat. Orang yang memutus tali silaturahmi juga tidak akan diterima amal ibadahnya.
Bentuk Konkret dan Penerapan Silaturahmi dalam Kehidupan Sehari-hari
Menjaga silaturahmi tidak hanya terbatas pada kunjungan fisik, tetapi juga dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kebaikan dan interaksi positif. Penerapan silaturahmi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
- Berbuat Baik dan Memberikan Bantuan: Ini termasuk memberikan bantuan materiil, tenaga, atau dukungan emosional kepada mereka yang membutuhkan, terutama kepada kerabat. Sedekah kepada kerabat yang miskin memiliki makna ganda, yaitu sedekah sekaligus silaturahmi, seperti dijelaskan dalam jurnal Dinamika Vol. 1, No. 1, Desember 2016.
- Memelihara dan Meningkatkan Kasih Sayang: Hal ini dapat diaplikasikan dengan sikap saling kenal-mengenal, hormat-menghormati, bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat, bertukar hadiah, jenguk-menjenguk, dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan.
- Menyapa dan Bertegur Sapa: Memulai silaturahmi bisa sesederhana menyapa atau mengucapkan salam saat bertemu, bahkan dengan orang yang tidak dikenal sekalipun, menurut jurnal Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan.
- Mengikuti Kegiatan Sosial: Berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan di masyarakat, seperti kerja bakti, pengajian, atau acara lingkungan, dapat menjadi sarana efektif untuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi.
- Memanfaatkan Teknologi: Di era digital ini, jarak dan kesibukan bukan lagi penghalang. Video call, media sosial, dan aplikasi pesan instan dapat digunakan untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman yang jauh.
- Memaafkan dan Menyambung Kembali Hubungan yang Putus: Hakikat silaturahmi bukan hanya membalas kebaikan, tetapi juga menyambung kembali hubungan yang sempat terputus, bahkan jika pihak lain yang memutuskan.
Manfaat Menjaga Silaturahmi: Dunia dan Akhirat
Menjaga silaturahmi adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam karena membawa banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Manfaat-manfaat ini mencakup aspek spiritual, sosial, dan bahkan kesehatan.
- Mendapatkan Rahmat, Nikmat, dan Ihsan dari Allah SWT: Orang yang menjaga silaturahmi akan mendapatkan rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT. Hal ini karena hakikat silaturahmi adalah al-‘athfu wa ar-rahmah (lemah lembut dan kasih sayang), dan Allah akan menyambungkan hubungan dengan hamba-Nya yang menjaga tali persaudaraan, seperti dijelaskan dalam jurnal Dinamika Vol. 1, No. 1, Desember 2016.
- Masuk Surga dan Dijauhkan dari Neraka: Silaturahmi adalah salah satu amalan yang dapat mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkannya dari api neraka, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis Nabi Muhammad SAW.
- Dilapangkan Rezeki: Rasulullah SAW menjanjikan rezeki yang lapang bagi orang-orang yang menjaga silaturahmi. Ini bisa berarti kelapangan rezeki secara materi maupun kemudahan dalam mendapatkan peluang dan keberkahan dalam hidup.
- Dipanjangkan Umur: Selain rezeki, silaturahmi juga dapat memperpanjang umur. Ini bisa diartikan secara harfiah sebagai penambahan usia, atau secara simbolis sebagai umur yang berkah dan bermanfaat, sehingga nama baiknya senantiasa dikenang.
- Meningkatkan Kesehatan Mental dan Fisik: Menjalin hubungan sosial yang baik dapat meningkatkan hormon endorfin yang menciptakan rasa bahagia, mengurangi stres dan kecemasan, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
- Mempererat Tali Persaudaraan dan Menghilangkan Perselisihan: Silaturahmi memperkuat hubungan yang sempat lemah dan menjernihkan hubungan yang sempat keruh, sehingga dapat menghilangkan perselisihan dan menciptakan kerukunan.
- Sebagai Tanda Ketaatan kepada Allah: Menjaga silaturahmi merupakan perintah langsung dari Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga melaksanakannya adalah bentuk ketaatan dan keimanan seorang muslim.
Daftar Sumber
- Al Ghozali, M. Dzikrul Hakim. "SILATURRAHIM PERSPEKTIF FILSAFAT ISLAM (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi)". Dinamika Vol. 1, No. 1, Desember 2016.
- Darussalam, Andi. "Wawasan Hadis Tentang Silaturahmi". Tahdis Volume 8 Nomor 2, 31 Januari 2019.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. "Arti kata silaturahmi".
- Muhammadiyah.or.id.
- pustaka.iainlangsa.ac.id.
- Titarani, Rahma Dhiya, Sharma Ayu Setyaningsih, Rahma Kamila. "KONSEP SILATURAHMI SEBAGAI BENTUK PERSATUAN DALAM BANGSA INDONESIA". Islamologi : Jurnal Ilmiah Keagamaan Vol. 1 No. 2, 2024.
- UIN Alauddin Makassar.
- Ibnu Mas`Ad Masjhur dalam bukunya 29 Dosa Suami Istri Yang Menghalangi Datangnya Rezeki Solusi Rezeki Berlimpah Untuk Kebahagiaan Dan Ketenteraman Keluarga
- M. Quraish Shihab dalam bukunya Shihab & Shihab Edisi Ramadhan
- H. Ahmad Faisal Marzuki, B.Sc., M.Sc. dalam buku Mendirikan Shalat Menegakkan Peradaban
FAQ
1. Apa perbedaan silaturahmi dan silaturahim secara bahasa Arab?
Silaturahim merujuk pada ikatan darah dan kekerabatan, sedangkan silaturahmi lebih luas mencakup kasih sayang dengan siapa saja.
Dalam bahasa Arab, yang lebih tepat adalah silaturahim karena terkait dengan ar-rahim (rahim/kekerabatan).
3. Mengapa di Indonesia lebih sering digunakan kata silaturahmi?
Karena silaturahmi telah diserap dalam bahasa Indonesia dan dicatat dalam KBBI sebagai kata baku dengan arti persaudaraan atau persahabatan.
4. Apakah salah menggunakan kata silaturahmi?
Tidak salah, karena dalam konteks bahasa Indonesia, silaturahmi dianggap benar dan dipahami secara luas.
5. Bagaimana pandangan ulama mengenai perbedaan ini?
Sebagian ulama menekankan perbedaan makna, namun tokoh seperti Quraish Shihab menyatakan keduanya sama substansinya: menjaga hubungan baik.
6. Apa dalil yang menekankan pentingnya silaturahim?
Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 1 dan banyak hadis Rasulullah SAW menegaskan kewajiban menjaga hubungan kekeluargaan dan persaudaraan.
7. Apa manfaat menjaga silaturahmi/silaturahim?
Dilapangkan rezeki, dipanjangkan umur, mendapat rahmat Allah, masuk surga, mempererat persaudaraan, dan menenangkan hati.

2 months ago
24
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1610100/original/023138600_1496212189-Ramadan-20174.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975686/original/001020200_1729565914-nama-sahabat-nabi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/741885/original/078093900_1411557971-Ziarah-Gunung-Uhud.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120399/original/060326300_1588698008-syed-muizur-MrRUgFfSjBA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2397600/original/021060800_1541051347-embers-142515_960_720.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403562/original/069333200_1762330737-doa_penenang_hati.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403290/original/022871300_1762323039-Anjing.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403399/original/043952100_1762326172-membaca_doa_setelah_belajar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403225/original/009668300_1762321820-Hajar_Aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403116/original/098441200_1762317300-Kakbah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402980/original/045616400_1762313330-Grup_musik_Timur_Tengah__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402969/original/091132600_1762312803-cincin_emas.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5086670/original/010622200_1736404465-1736397368003_perbedaan-antara-nabi-dan-rasul-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1474232/original/040480600_1484617421-Wisata-Laut-Merah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5134162/original/012917000_1739593072-1739590048291_arti-doa-sholat-dhuha.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5061590/original/072378300_1734874466-Imam_Syafi_i.jpg)






















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5270335/original/056977800_1751427256-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran__14_.jpg)





:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5161848/original/042811500_1741848433-hq720__11_.jpg)