Kisah Bilal bin Rabah Singkat: Sang Muazin Pertama yang Menginspirasi Muslim

1 week ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Bilal bin Rabah adalah salah satu cerita yang paling membekas dalam ingatan umat Muslim. Ia adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki keteguhan iman luar biasa. 

Bilal bin Rabah dikenal luas sebagai muazin pertama dalam sejarah Islam, yang dipilih langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Suaranya yang merdu dan lantang menjadi penanda waktu salat bagi kaum Muslimin.

Melansir dari jurnal Peranan Bilal Bin Rabbah dalam Perkembangan Islam di Jazirah Arab Tahun 611 M – 641 M oleh Sri Pajriah dan Andi Mulyadi (2014), peranannya sebagai kepercayaan Rasulullah untuk mengumandangkan azan sekaligus menjadi muazin pertama dalam Islam berdampak besar bagi kehidupan umat Muslim hingga kini. 

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (8/9/2025).

Kisah Bilal bin Rabah dari Latar Belakang

Bilal bin Rabah, atau lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi, adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal. Ia lahir di Mekah sekitar tahun 580 Masehi dan wafat pada tahun 640 Masehi. Bilal merupakan seorang budak dari negeri Habasyah (Ethiopia) yang tumbuh besar di Mekah.

Ayahnya bernama Rabah, seorang hamba Arab dari Bani Jumah, dan ibunya bernama Hamamah, seorang wanita berkulit hitam dari Habasyah. Karena ibunya berkulit hitam, Bilal terkadang dipanggil dengan sebutan Ibnus-Sauda' atau putra wanita hitam. Sebagai seorang budak, Bilal dibesarkan di Mekah di bawah kepemilikan keluarga Bani Abduddar, lebih tepatnya keluarga Bani Jumah.

Setelah ayahnya meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum Quraisy yang dikenal menentang dakwah Nabi Muhammad SAW.

Pada masa jahiliyah, masyarakat Arab masih menganut agama nenek moyang mereka, yaitu menyembah berhala.

Kondisi sosial budaya masyarakat Arab saat itu juga ditandai dengan perbudakan yang merajalela, seperti yang dijelaskan dalam jurnal Peranan Bilal Bin Rabbah dalam Perkembangan Islam di Jazirah Arab Tahun 611 M – 641 M. Bilal bin Rabah adalah salah satu budak pada zaman tersebut yang kemudian menemukan kebenaran dalam ajaran Islam.

Meskipun berstatus budak, Bilal memiliki kecerdasan dan hati yang bersih. Ia mulai mendengar kabar tentang Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran agama Islam. Banyak orang Mekah membicarakan Rasulullah, termasuk majikannya, Umayyah bin Khalaf. Meskipun sebagian membenci, tidak sedikit pula yang takjub dengan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.

Keislaman dan Siksaan yang Diderita Bilal bin Rabah

Ketika Mekah mulai diterangi cahaya agama baru yang dibawa Rasulullah SAW, Bilal bin Rabah termasuk di antara orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu.

Keputusannya untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW membuatnya menghadapi siksaan luar biasa.

Berita rahasia keislaman Bilal bin Rabah tercium dan beredar di kalangan kafir Quraisy, termasuk Umayyah bin Khalaf. Mendengar budaknya masuk Islam, Umayyah sangat marah dan menyiksa Bilal tanpa henti. Bilal dipukul, diarak keliling kota Mekah, dijemur di atas pasir terik matahari tanpa makan dan minum.

Bahkan, ia dipakaikan baju besi dan dibiarkan berjemur di bawah terik cahaya matahari, dengan batu besar dan berat diletakkan di atas dadanya sehingga sulit baginya untuk bergerak. Siksaan kejam ini terus diulangi setiap hari untuk memaksa Bilal kembali memeluk agama nenek moyangnya.

Umayyah memaksa Bilal menyebut Latta dan Uzza, dua berhala yang mereka Tuhankan. Namun, Bilal tetap mempertahankan keimanannya dengan menyebut kata "Ahad, Ahad" (Allah Maha Esa). Keteguhan imannya ini tidak goyah sedikit pun, bahkan ia tidak merasakan sakit atau pedih berkat kekuatan dari Allah SWT, sebagaimana diceritakan dalam buku Bilal bin Rabah: Pengumandang Seruan Langit oleh Abdul Latip.

Kabar siksaan Bilal ini akhirnya sampai kepada Abu Bakar As-Siddiq. Abu Bakar pun membebaskan Bilal dengan memberikan sejumlah emas kepada Umayyah. Menurut riwayat, Abu Bakar membeli Bilal dengan harga sembilan uqiyah emas, dan ia bersedia membayar hingga seratus uqiyah emas jika diperlukan, semata-mata karena Allah.

Pembebasan Bilal oleh Abu Bakar membuktikan bahwa Islam mengangkat derajat semua manusia dan tidak membedakan ras ataupun suku.

Pembebasan dan Peran sebagai Muazin Pertama

Setelah merdeka, Bilal bin Rabah menjadi pengikut setia Rasulullah SAW dan aktif berkontribusi dalam perjuangan Islam. Ia selalu berada di samping Nabi Muhammad SAW, baik saat menunaikan ibadah salat maupun berjihad. Saking dekatnya Bilal dengan Rasulullah SAW, sampai dia dijuluki bayangan Nabi Muhammad SAW.

Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun di Madinah, Rasulullah SAW memutuskan bahwa umat Islam membutuhkan panggilan untuk salat. Setelah musyawarah, Nabi Muhammad SAW menunjuk Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Bilal dipilih karena suaranya yang merdu dan lantang, serta kemampuannya menghayati kalimat-kalimat azan.

Ia kemudian mengumandangkan azan pertama dalam sejarah Islam di Madinah. Oleh karena itu, Bilal dikenal sebagai muazin pertama dalam Islam dan menyandang gelar Muadzdzin ar-Rasul.

Peran Bilal sebagai muazin sangat penting. Suara azannya yang khas dan merdu terbawa angin, masuk ke setiap rumah di seluruh kota Madinah, sehingga setiap orang merasa wajib melaksanakan salat pada waktunya. Ia terus mengumandangkan azan selama masa hidup Rasulullah SAW.

Pada peristiwa Fathul Makkah (Penaklukan Mekah), Rasulullah SAW juga memerintahkan Bilal untuk naik ke Ka'bah dan mengumandangkan azan. Ini adalah azan pertama yang dikumandangkan di Kota Mekah setelah kaum Muslimin kembali dari hijrahnya dari Madinah. Ribuan kaum Muslimin dengan hati yang khusyuk dan secara berbisik mengulangi kalimat demi kalimat yang dikumandangkan oleh Bilal bin Rabah.

Peran Bilal bin Rabah dalam Perang Badar

Bilal bin Rabah turut serta dalam semua peperangan bersama Nabi Muhammad SAW, termasuk pertempuran Badar, Uhud, Khandaq, hingga Ekspedisi Tabuk. Pertempuran pertama yang disertai oleh Bilal bin Rabah adalah Perang Badar.

Perang Badar merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan kaum kafir Quraisy, yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 H (13 Maret 624 M).

Dalam Perang Badar, Bilal bin Rabah bertemu dengan bekas majikannya, Umayyah bin Khalaf. Umayyah yang pada mulanya amat takut untuk berperang, akhirnya terpaksa menyertai tentara musuh setelah ia dikatakan pengecut. Ketika pertempuran berlangsung, Umayyah ditentang hebat oleh umat Islam, menyebabkan ia bertambah cemas dan mencoba melarikan diri dari medan pertempuran.

Saat perang hampir usai, Umayyah bin Khalaf melihat sekilas keberadaan Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Rasulullah SAW. Umayyah segera berlindung kepadanya dan meminta agar menjadi tawanannya, dengan harapan dapat menyelamatkan nyawanya. Permintaan itu dikabulkan oleh Abdurrahman bin Auf.

Di tengah perang, Bilal bin Rabah melihat Abdurrahman membawa Umayyah bin Khalaf. Bilal langsung berteriak, "Ini dia, gembong kekafiran, Umayyah bin Khalaf! Biarkanlah aku mati daripada orang ini selamat." Bilal mengangkat pedang hendak memenggal kepala Umayyah. Meskipun Abdurrahman mencoba melindunginya, Bilal memanggil kaum Muslimin lainnya.

Akhirnya, Bilal berhasil membunuh Umayyah bin Khalaf, bekas majikan yang pernah menyiksanya. Pekik "Ahad... Ahad!" yang dulu diucapkan Bilal saat disiksa, kini menjadi semboyan resmi pasukan Muslim dalam Perang Badar, seperti yang diulas dalam buku The Great Sahaba oleh Rizem Aizid.

Bilal bin Rabah Setelah Wafatnya Rasulullah SAW

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 11 Hijriyah (632 Masehi), Bilal bin Rabah sangat terpukul dan merasa kehilangan yang mendalam. Kepergian Rasulullah SAW meninggalkan luka yang sulit diobati di hati para sahabat, terutama bagi Bilal yang setiap harinya mengumandangkan azan untuk beliau.

Dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa sejak wafatnya Rasulullah, Bilal bin Rabah tidak sanggup lagi mengumandangkan azan di Madinah.

Setiap kali mengucapkan "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", suaranya akan terdengar parau dan ia terisak menyebutkan nama orang yang paling dirindukannya. Hal ini membuat seluruh Madinah pecah oleh tangisan rindu pada Rasulullah SAW.

Bilal kemudian memutuskan untuk pensiun dari menjadi muazin dan meninggalkan Madinah, menuju Syam (Suriah) untuk berjihad di jalan Allah. Ia pernah menolak permintaan Khalifah Abu Bakar RA untuk kembali menjadi muazin di Madinah, dengan alasan bahwa ia hanya menjadi muazin Rasulullah dan tidak sanggup lagi mengumandangkan azan untuk orang lain setelah Rasulullah tiada.

Bilal wafat di Syam pada tahun 20 Hijriyah (641 Masehi) sebagai pejuang di jalan Allah, pada usia sekitar 60-an tahun.

Menjelang wafatnya, Bilal jatuh sakit dan tubuhnya melemah. Namun, lisan dan hatinya tetap penuh zikir kepada Allah. Istrinya menangis di sampingnya, namun Bilal justru tersenyum dan menjawab, "Tidak, ini adalah hari yang membahagiakan. Esok aku akan bertemu Rasulullah dan para sahabat!" Ucapan ini mencerminkan kebahagiaan Bilal menjelang kematiannya dan kerinduannya yang mendalam untuk bertemu Rasulullah SAW.

FAQ

1. Siapa Bilal bin Rabah?

Bilal bin Rabah adalah sahabat Nabi Muhammad SAW dari Habasyah, yang dikenal sebagai muazin pertama dalam Islam.

2. Mengapa Bilal terkenal dalam sejarah Islam?

Ia terkenal karena keteguhan imannya meskipun disiksa, serta perannya sebagai muazin pertama yang dipilih langsung oleh Rasulullah SAW.

3. Siapa yang membebaskan Bilal dari perbudakan?

Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar As-Siddiq dengan menebusnya menggunakan emas.

4. Apa kata yang selalu diucapkan Bilal saat disiksa?

Bilal selalu mengucapkan "Ahad, Ahad" yang berarti "Allah Maha Esa".

5. Kapan Bilal pertama kali mengumandangkan azan?

Bilal pertama kali mengumandangkan azan di Madinah setelah Masjid Nabawi selesai dibangun.

6. Mengapa Bilal berhenti menjadi muazin setelah Rasulullah wafat?

Karena setiap menyebut nama Rasulullah dalam azan, Bilal tidak sanggup menahan tangisnya.

7. Kapan dan di mana Bilal wafat?

Bilal wafat di Syam (Suriah) pada tahun 20 Hijriyah/641 M, dalam usia sekitar 60-an tahun.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |