Kisah Istri Firaun Masuk Surga, Teladan Keteguhan Iman Asiyah binti Muzahim

5 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Asiyah binti Muzahim, seorang wanita mulia yang dikenal sebagai istri Firaun masuk surga, merupakan salah satu narasi paling inspiratif dalam sejarah Islam. Ia hidup di tengah kekuasaan tirani dan kekafiran suaminya, Firaun, namun tetap teguh memegang keimanannya kepada Allah SWT. 

Sosok Asiyah menjadi bukti nyata bahwa hidayah dan surga adalah hak prerogatif Allah, yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, terlepas dari lingkungan sekitarnya. Keimanannya yang tak tergoyahkan menjadikannya teladan bagi umat manusia sepanjang masa.

Meskipun berada dalam lingkungan yang sangat menentang kebenaran, Asiyah binti Muzahim menunjukkan bahwa kekuatan iman mampu mengatasi segala rintangan. Kisahnya menegaskan bahwa predikat istri Firaun masuk surga bukanlah hal yang mustahil.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (11/9/2025).

Siapakah Asiyah binti Muzahim, Istri Firaun yang Dijamin Surga?

Asiyah binti Muzahim adalah istri Firaun pada zaman Nabi Musa AS, dan ia dipandang sebagai salah satu perempuan mulia dalam sejarah Islam. Ia merupakan salah satu dari empat wanita yang dijanjikan surga oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, "Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah."

Hadis ini diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha dalam Hadits Riwayat Hakim dan dinilai Shahih oleh ad-Dzahabi sesuai syarat Muslim, serta diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad.

  • Pemuka Wanita Ahli Surga: Asiyah binti Muzahim termasuk dalam empat wanita pemuka ahli surga. Kedudukannya disejajarkan dengan Maryam, pemimpin kaum perempuan Bani Israil, seperti yang disebutkan dalam buku 10 Wanita Ahli Surga oleh Musthafa Murad.
  • Istri Firaun: Asiyah adalah istri dari Firaun, penguasa yang menganggap dirinya Tuhan dan terkenal kufur, arogan, serta tidak adil. Meskipun suaminya adalah orang yang kafir dan melampaui batas, Asiyah tetap taat kepada Tuhannya.
  • Ibu Angkat Nabi Musa AS: Asiyah adalah wanita yang menemukan dan merawat bayi Nabi Musa AS. Ia menemukan Musa dalam sebuah peti yang hanyut di Sungai Nil, dan kemudian mengadopsinya sebagai anak, sebagaimana dikisahkan dalam buku Wanita-wanita yang Diabadikan dalam Al-Qur'an oleh Maryam Kinanthi Nareswari.

Keimanan Asiyah yang Teguh di Tengah Kekafiran Firaun

Meskipun menjadi istri Firaun, Asiyah binti Muzahim tidak terpengaruh oleh kekafiran suaminya dan tetap teguh dalam keimanannya kepada Allah SWT. Keimanannya ini menjadi perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, menunjukkan bahwa hidayah adalah anugerah yang mahal dan tidak terhalang oleh lingkungan sekitarnya.

Allah SWT menjadikan istri Firaun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman. Dalam Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 11, Allah berfirman:

"وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ"

Artinya: "Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir'aun, ketika dia berkata, 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.'"

Mengutip dari Tafsir Ibnu Katsir, pergaulan kaum mukmin (seperti istri Firaun) dengan orang kafir tidak membahayakan keimanannya. Asiyah selalu taat kepada Tuhannya meskipun suaminya adalah orang yang kafir dan melampaui batas.

Doa Asiyah yang tercantum dalam QS At-Tahrim ayat 11 menunjukkan permohonannya untuk dibangunkan rumah di surga di sisi Allah, serta diselamatkan dari Firaun dan perbuatannya, dan dari kaum yang zalim. Ini adalah permohonan yang amat hebat dari seorang perempuan yang beriman.

Penolakan Asiyah terhadap Keinginan Firaun

Asiyah menunjukkan keberaniannya dengan menolak keinginan Firaun dalam beberapa kesempatan penting, yang menegaskan keimanannya dan ketidaksetujuannya terhadap kezaliman suaminya. Tindakan ini menunjukkan kekuatan karakter dan keyakinannya yang mendalam.

Ketika Asiyah menemukan bayi Musa di Sungai Nil, ia langsung menyayanginya. Firaun yang melihat bayi tersebut hendak membunuhnya karena menganggapnya anak Bani Israil.

Namun, Asiyah berhasil melobi Firaun agar tidak membunuh bayi tersebut, dengan berkata, "Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak."

Kisah ini disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 9:

"وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ"

Artinya: "Istri Firʻaun berkata (kepadanya), '(Anak ini) adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.' Mereka tidak menyadari (bahwa anak itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka)."

Selain itu, Asiyah juga pernah menolak pinangan Firaun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. Ia disebutkan luluh dan akhirnya menerima pinangan tersebut setelah orang tuanya ditangkap dan dianggap bertanggung jawab atas penolakannya.

Ini menunjukkan bahwa Asiyah memiliki prinsip kuat yang tidak mudah digoyahkan, bahkan oleh ancaman terhadap keluarganya.

Mukjizat dan Keyakinan Asiyah pada Wahyu Allah SWT

Keyakinan Asiyah pada wahyu Allah SWT semakin kuat setelah menyaksikan mukjizat yang diperlihatkan Nabi Musa AS. Peristiwa ini menjadi titik balik penting dalam penguatan imannya, meskipun ia harus mengakui keimanannya secara diam-diam agar tidak diketahui Firaun.

Mengutip dari situs Al-Islam yang mengambil dari buku Tafsir Majma' Al-Bayan, Asiyah disebutkan percaya wahyu Allah SWT setelah menyaksikan mukjizat yang diperlihatkan Nabi Musa AS.

Dalam buku yang ditulis Allamah Tabarsi tersebut, Asiyah melihat kuasa Allah SWT berhasil mengalahkan tukang sihir Firaun ketika tongkat Nabi Musa AS berubah menjadi ular dan memangsa hewan serupa yang menyerang Nabi Musa AS di istana Firaun.

Kisah tentang perubahan tongkat Nabi Musa AS disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 107:

"فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ"

Artinya: "Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya."

Saksi mata terhadap mukjizat ini memperkuat keyakinan Asiyah bahwa Musa benar-benar utusan Allah, bukan sekadar penyihir. Meskipun hidup dalam ketakutan akan Firaun, hatinya telah mantap memilih kebenaran ilahi.

Keteguhan Asiyah hingga Syahid

Asiyah akhirnya menegaskan keimanannya pada Allah SWT dan menolak menyembah Firaun sebagai Tuhan, setelah sebelumnya beriman secara diam-diam. Deklarasi iman ini membawa konsekuensi berat baginya.

Perubahan Asiyah terjadi setelah seorang penata rambut mengalami penyiksaan karena beriman kepada Allah SWT. Penata rambut tersebut terdengar mengucapkan Bismillah, yang kemudian dilaporkan kepada Firaun.

Firaun yang mengetahui keimanan Asiyah kemudian menyiksanya agar menyembahnya sebagai Tuhan. Asiyah diceritakan dijemur di padang pasir, tidak diberi makan, dan mengalami penyiksaan fisik. Namun, Asiyah tetap bertahan dengan imannya.

Dalam Kitab ‘Uqudul Lujjain oleh Syekh Nawawi al-Bantani, diceritakan bahwa Asiyah diikat kedua tangan dan kakinya pada empat tiang, dan tubuhnya dipaksa menatap sengatan matahari.

Dalam perih, Asiyah berdoa, "Wahai Tuhanku, dirikanlah rumah untukku di sisi-Mu di dalam surga."

Seketika itu ia melihat sebuah rumah yang terbuat dari marmer putih, lalu nyawanya dicabut sebelum tubuhnya ditimpa batu besar, sehingga ia tidak merasakan sakit. Allah SWT menyelamatkannya dari orang-orang yang pro-Firaun dan mengangkatnya ke surga. Kisah ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 11.

Pelajaran Berharga dari Kisah Asiyah binti Muzahim

Kisah Asiyah binti Muzahim memberikan banyak pelajaran berharga tentang kekuatan iman, keteguhan hati, dan peran wanita dalam Islam. Kehidupannya menjadi cerminan bagaimana seseorang dapat mempertahankan keyakinan di tengah badai cobaan.

  • Teladan Keimanan: Asiyah menjadi teladan terbaik bagi kaum mukmin yang selalu taat kepada Allah SWT, bahkan di tengah lingkungan yang paling menentang. Ia adalah contoh wanita kuat yang mampu mempertahankan keimanannya meskipun mengalami tekanan dari suami yang juga seorang raja.
  • Wanita Ahli Surga: Mengutip dari buku 10 Wanita Ahli Surga oleh Musthafa Murad, Asiyah memiliki keutamaan sebagai teladan terbaik bagi istri-istri Nabi Muhammad SAW dan perempuan utama di surga. Kedudukannya disejajarkan dengan Maryam, pemimpin kaum perempuan Bani Israil.
  • Keteguhan Hati: Asiyah mematahkan stigma wanita yang selalu dalam posisi lemah dan kalah akibat tindakan suaminya. Ia memiliki keimanan yang sangat kuat, persaudaraan yang kokoh, dan wawasan yang luas. Keteguhan hatinya yang kuat untuk selalu beriman kepada Allah menjadikan Asiyah binti Muzahim mendapatkan kemuliaan dari Allah.
  • Hidayah Milik Allah: Kisah Asiyah menegaskan bahwa hidayah adalah milik Allah semata, dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi seseorang untuk beriman jika Allah telah menghendakinya, bahkan jika ia hidup dalam lingkungan yang paling kufur sekalipun.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Siapakah Asiyah binti Muzahim?

Asiyah binti Muzahim adalah istri Firaun pada zaman Nabi Musa AS. Ia dikenal sebagai salah satu wanita paling mulia dalam Islam karena keteguhan imannya kepada Allah SWT, meskipun hidup di lingkungan yang sangat menentang kebenaran. Ia juga merupakan ibu angkat Nabi Musa AS.

2. Mengapa istri Firaun bisa masuk surga?

Istri Firaun, Asiyah, dijamin masuk surga karena keimanan dan keteguhannya yang luar biasa kepada Allah SWT. Ia tetap beriman meskipun suaminya adalah seorang tiran yang mengaku Tuhan dan menyiksanya karena keimanannya. Allah SWT menjadikan kisahnya sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman.

3. Apa bukti bahwa Asiyah dijamin masuk surga?

Bukti bahwa Asiyah dijamin masuk surga adalah hadis Rasulullah SAW yang menyebutkan empat wanita pemuka ahli surga, yaitu Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah binti Muzahim. Selain itu, Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 11 juga mengisahkan doanya untuk dibangunkan rumah di surga.

4. Bagaimana Asiyah menemukan Nabi Musa AS?

Asiyah menemukan Nabi Musa AS di Sungai Nil dalam sebuah peti yang dihanyutkan oleh ibunya untuk menyelamatkannya dari perintah Firaun yang membunuh setiap bayi laki-laki Bani Israil. Asiyah kemudian mengambil bayi tersebut dan berhasil melobi Firaun agar tidak membunuhnya, bahkan mengadopsinya sebagai anak.

5. Apa saja cobaan yang dihadapi Asiyah karena imannya?

Asiyah menghadapi cobaan berat, termasuk penyiksaan fisik dari Firaun sendiri. Ia dijemur di padang pasir, tidak diberi makan, dan diikat pada tiang. Namun, ia tetap teguh dalam keimanannya hingga Allah SWT mencabut nyawanya sebelum ia merasakan siksaan terakhir, dan mengangkatnya ke surga.

6. Apa pelajaran utama dari kisah Asiyah binti Muzahim?

Pelajaran utama dari kisah Asiyah adalah bahwa keimanan sejati tidak bergantung pada lingkungan sekitar atau status sosial. Keteguhan hati, kesabaran, dan keberanian untuk mempertahankan kebenaran di tengah kezaliman adalah kunci untuk meraih keridaan Allah dan surga-Nya. Ia adalah teladan bagi wanita yang kuat imannya.

7. Apakah nama Asiyah disebutkan dalam Al-Qur'an?

Nama Asiyah tidak disebutkan secara jelas dalam Al-Qur'an. Namun, Al-Qur'an menyebutkan keutamaan Asiyah sebagai "istri Firaun" dalam beberapa surat, seperti Al-Qashash ayat 9 dan At-Tahrim ayat 11, yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam hadis-hadis shahih sebagai Asiyah binti Muzahim.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |