Menurut Jurnal Al-Ulum oleh Mursalim, pengabulan doa dapat terlaksana dalam tiga bentuk: dikabulkan sesuai permintaan, digantikan dengan yang lebih bermanfaat, atau ditangguhkan untuk ganjaran di kemudian hari. Yang terpenting dalam pengabulan doa adalah ketulusan dan keyakinan dari hati.
Berikut adalah syarat-syarat doa yang dikabulkan oleh Allah SWT:
1. Merespon Seruan Allah dan Berkeyakinan
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:186: "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar selalu berada dalam kebenaran." Kata "dekat" dalam ayat ini tidak dapat dipahami dalam arti dekat dari segi ukuran manusia (tempat dan waktu), melainkan Allah dekat dalam arti Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Memelihara.
Respons permohonan seseorang tergantung pada prasyarat yang harus dimiliki oleh pemohon, yaitu merespon seruan Allah dan meyakini akan diterimanya doa. Nabi memperingatkan dalam hadisnya bahwa makanan, minuman, dan pakaian yang haram dapat menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana disebutkan dalam al-Tafsîr al-Munîr, Juz. I oleh Wahbah al-Zuhaily.
Meyakini akan diterimanya doa oleh Allah berarti percaya bahwa Dia akan memilihkan yang terbaik untuk si pemohon. Keyakinan penuh ini menjadi fondasi penting dalam setiap permohonan yang dipanjatkan kepada-Nya.
2. Doa Hanya kepada Allah
Dalam Al-Qur'an surat Yunus:106 disebutkan: "Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang zalim." Salah satu sebab tidak diterimanya doa seseorang adalah karena masih adanya kepercayaan lain yang dapat memberikan pertolongan selain Allah.
Memohon selain Allah sama sekali tidak dapat memberikan penyelesaian masalah, justru dapat menimbulkan pengaruh negatif. Orang yang syirik kepada Allah tidak akan mendapatkan pengampunan dari Allah, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Nahl: 48. Doa ibu bahasa Arab yang tulus hanya ditujukan kepada Allah.
Ini menunjukkan bahwa keesaan Allah dalam menerima doa adalah mutlak. Setiap permohonan harus diarahkan hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun.
3. Merendahkan Diri dengan Suara Lembut dan Tidak Berlebih-lebihan
Allah berfirman dalam QS. Al-A'raf:55: "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Ayat ini mencakup syarat dan adab berdoa kepada Allah, yaitu khusyuk dan ikhlas bermohon kepada-Nya dengan suara yang tidak keras.
Menurut Muh. Sayyed Thantawi, seperti yang dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsîr al-Misbâh, Vol. I, orang yang melakukan doa dengan sikap bertele-tele termasuk bentuk pelampauan batas. Nabi pernah memperingatkan sekelompok orang yang berdoa dengan suara keras: "Wahai seluruh manusia! Perlahan-lahanlah, jangan memaksakan diri. Kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan juga kepada yang gaib. Kalian berdoa kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia bersamamu." (al-Tafsîr al-Munîr, Juz. I).
Ini menunjukkan bahwa doa harus dipanjatkan dengan penuh kerendahan hati dan kesopanan, tanpa perlu berteriak atau berlebihan dalam ungkapan. Allah Maha Mendengar setiap bisikan hati hamba-Nya.
4. Dilakukan dengan Perasaan Takut dan Penuh Harapan
Dalam Firman Allah QS. Al-A'raf:56: "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." Ayat ini menggambarkan bahwa ketika kita bermunajat kepada Allah harus disertai dengan rasa takut kepada Allah dan penuh harapan bahwa doa akan dikabulkan.
Doa yang dipanjatkan harus disertai dengan sikap optimis, bukan justru rasa pesimis. Rasa takut di sini adalah takut jika doa tidak diterima karena kurangnya keikhlasan atau adab, sementara harapan adalah keyakinan penuh akan kemurahan Allah.
Kombinasi antara rasa takut dan harapan ini menciptakan keseimbangan spiritual yang ideal dalam berdoa. Ini memastikan bahwa hamba tidak merasa sombong ataupun putus asa dalam memohon kepada Tuhannya.
5. Berdoa dengan Nama-Nama Allah
Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa ketika seorang hamba berdoa dia harus menyebutkan asma Allah QS. Al-Isra’:110: "Katakanlah (Muhammad), “serulah Allah atau serulah al-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu”.
Ayat ini turun berkenaan dengan tuduhan orang musyrik terhadap Nabi SAW yang berdoa kepada Allah dengan menganggap bahwa Tuhan itu dua. Imam Abu al-Fida’ Ismail Ibn Katsir dalam Tafsîr Ibn Katsîr, Jilid III menjelaskan bahwa Allah menjelaskan kepada kaum musyrikin bahwa kedua lafaz itu (Allah dan al-Rahman) walaupun berbeda nama tapi sama-sama mengungkapkan zat Allah.
Penggunaan nama-nama Allah yang baik (Asmaul Husna) dalam doa memperkuat permohonan dan menunjukkan pengenalan serta pengagungan terhadap sifat-sifat kebesaran Allah. Ini adalah salah satu adab penting dalam berdoa.