Liputan6.com, Jakarta Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momen penting dalam kalender Islam yang tidak hanya memperingati hari kelahiran Nabi, tetapi juga menjadi sarana spiritual untuk memperkuat iman serta memperdalam kecintaan terhadap Rasulullah. Di Indonesia, antusiasme masyarakat terhadap Maulid Nabi ditunjukkan dengan berbagai kegiatan, mulai dari pengajian akbar, lomba keislaman, hingga tradisi kelokalan seperti Sekatenan dan Muludan.
Sejak awal kemunculannya, tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW memang bukan sekadar perayaan biasa dan diyakini sebagai salah satu sarana dakwah untuk membantu peneguhan identitas keislaman di kalangan masyarakat. Itulah mengapa pemaknaannya perlu diketahui secara luas, agar pemahaman Maulid Nabi Muhammad SAW tidak berhenti di sebatas seremonial semata.
Lantas bagaimana fakta sejarah dari tradisi besar umat Muslim ini? Berikut 6 fakta penting tentang Maulid Nabi Muhammad SAW yang berhasil dirangkum Liputan6 untuk Anda, Selasa (26/8).
Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 Berapa Hijriah?
Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 di tahun ini yaitu 1447 Hijriah, tepat jatuh pada 12 Rabiul Awal. Berdasarkan kalender Kementerian Agama RI, peringatannya akan dilaksanakan pada Jumat, 5 September 2025, sementara menurut Muhammadiyah sehari lebih awal, yakni Kamis, 4 September 2025
Adapun kelahiran Nabi Muhammad SAW sendiri terjadi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah, yang kemudian oleh para ahli sejarah dihitung setara dengan tahun 570 Masehi. Waktu itu kalender Hijriah belum ada, karena penanggalan Hijriah baru ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi ke Madinah pada tahun 622 M.
Jadi, jika ditarik ke dalam sistem Hijriah, Nabi Muhammad SAW lahir jauh sebelum tahun 1 Hijriah, tepatnya sekitar 53 tahun sebelum hijrah. Itulah sebabnya dalam sejarah disebut bahwa beliau lahir pada tahun Gajah, bukan dengan angka Hijriah tertentu.
Maulid Nabi Muhammad SAW Jatuh Pada Jumat Tanggal 5 September 2025
Menurut versi kalender Kementerian Agama RI, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun 2025 secara resmi jatuh pada 12 Rabiul Awal 1447 H. Artinya, jika mengacu pada tanggalan Masehi, hari besar ini akan dirayakan pada Jumat, 5 September 2025. Tanggal ini lazim dipakai oleh mayoritas lembaga keagamaan di Indonesia dan menjadi acuan kegiatan resmi negara.
Namun, ada juga versi lain seperti tertera pada Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) Muhammadiyah menetapkan bahwa 1 Rabiul Awal jatuh pada Minggu, 24 Agustus 2025, sehingga Maulid Nabi akan diperingati sehari lebih awal, yaitu Kamis, 4 September 2025.
Perbedaan ini menggambarkan keragaman metode hisab dan rukyat yang digunakan oleh berbagai organisasi Islam. Meskipun terjadi perbedaan penanggalan, umat Islam diimbau untuk tentap menjunjung tinggi persatuan.
Sejarah Pertama Kali Maulid Nabi Diperingati, Ternyata di Mesir
Merujuk studi sejarah dan tradisi peringatan Maulid Nabi di Indonesia oleh Moch Yunus berjudul "Peringatan Maulid Nabi: Tinjauan Sejarah dan Tradisinya di Indonesia" tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali tercatat dalam sejarah pada era Dinasti Fathimiyyah di Mesir, tepatnya di bawah kepemimpinan Khalifah Mu’iz li Dinillah pada abad ke-4 Hijriyah (sekitar 341 H).
Perayaan ini kemudian sempat dilarang dan kembali digalakkan oleh Amir li Ahkamillah pada tahun 524 H. Tradisi ini dilakukan sebagai bagian dari pembinaan spiritual umat dan penyebaran semangat keagamaan dalam wilayah kekuasaan Fathimiyyah. Saat itu, perayaannya lebih menekankan untuk mengokohkan keislaman dan mencegah penjajahan dari bangsa lain.
"Ketika itu, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H secara besar-besaran. Saat itu, Mudhaffar sedang berpikir agar negerinya bisa selamat dari kekejaman Temujin yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227M.) dari Mongol. Jengiz Khan memiliki ambisi menguasai dunia, sehingga melakukan pecah belah ke berbagai bangsa. Ketika itu dihidangkan 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju dan 30.000 piring makanan. Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas serta mengundang para orator untuk menghidupkan nadi heroisme Muslimin," tulis studi tersebut.
Maulid Nabi dan Kaitannya dengan Masa Perang Salib
Selain itu, Moch Yunus juga menuliskan versi kedua asal-usul perayaan Maulid Nabi yang berasal dari masa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Ketika itu diinstruksikan penyelenggaraan Maulid sebagai alat pemersatu umat Islam menjelang Perang Salib.
Kegiatan ini dipelopori oleh iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang saat itu menjadi gubernur di Irbil, Suriah. Gagasan ini diperkuat oleh keyakinan bahwa dengan menghidupkan kembali kecintaan terhadap Rasulullah, semangat jihad umat Islam dapat dibangkitkan kembali.
Sultan Salahuddin menyelenggarakan sayembara penulisan pujian terhadap Nabi Muhammad SAW yang dimenangkan oleh Syaikh Ja’far al-Barzanji, pengarang kitab terkenal Barzanji. Tradisi pembacaan Barzanji ini masih lestari hingga hari ini dalam peringatan Maulid di berbagai pelosok Indonesia.
Hasilnya terbukti ampuh, karena semangat umat meningkat dan dalam waktu singkat, Yerusalem berhasil direbut kembali pada tahun 1187 M, sebuah prestasi monumental dalam sejarah Islam. Ini membuktikan bahwa perayaan Maulid bisa berfungsi sebagai strategi perjuangan sekaligus media pendidikan spiritual.
Penyebaran Maulid Nabi di Indonesia Terjadi Bersamaan dengan Islamisasi Nusantara
Perayaan Maulid Nabi masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya para penyebar agama Islam dan mengalami akulturasi dengan budaya lokal. Pemerintah Indonesia bahkan menetapkannya sebagai hari besar nasional dan hari libur resmi. Perayaan ini dilakukan di masjid, pesantren, dan surau dengan rangkaian acara seperti pengajian, khitanan massal, lomba keislaman, hingga tradisi unik seperti Sekaten di Yogyakarta, Ampyang Maulid di Kudus, serta Barzanji di Lamongan.
Jika ditinjau dari sejarahnya yang juga dituliskan Moch Yunus dalam studi tersebut, perayaan ini cukup relevan saat awal kemunculannya di Indonesia. Ketika itu perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan salah satunya melalui pembacaan Sirah Nabawiyah atau pembacaan riwayat hidup berdasarkan sumber-sumber kitab. Di beberapa tempat, masyarakat memandikan pusaka atau membuat arak-arakan makanan. Di sisi lain, pembacaan sejarah hidup Nabi dilakukan secara bergiliran dan kadang dilagukan, memperkuat aspek edukatif dari acara tersebut.
"Biasanya mereka membaca sirahnabawiyah (sejarah hidup Nabi sejak kelahiran sampai wafatnya), dalam bentuk prosa dengan cara berganti-ganti dan kadang-kadang dengan dilagukan," tulisnya lagi di jurnal tersebut.
Amalan di Hari Maulid untuk Meneladani Rasulullah
Amalan dalam memperingati Maulid Nabi sangat beragam, namun semuanya bertujuan untuk memperkuat cinta kepada Rasulullah SAW. Di antaranya adalah membaca maulid atau sirah nabawiyah, memperbanyak sholawat, bersedekah, mengikuti pengajian, serta memperbanyak doa dan introspeksi diri. Semua amalan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi cara untuk meneladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam suatu khutbah bertema Maulid Nabi Muhammad SAW yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama RI, turut ditekankan pentingnya menjadikan Maulid Nabi sebagai momentum untuk menebar kasih sayang dan meneladani kebaikan universal dari Nabi Muhammad SAW. Maulid juga menjadi ruang dakwah untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, kesederhanaan, dan kasih sayang.
Dengan mengikuti amalan ini secara ikhlas dan kontinyu, umat Islam diharapkan mampu menjadikan momentum Maulid sebagai energi moral dan spiritual dalam menghadapi tantangan zaman.
Keutamaan Merayakan Maulid Nabi: Dari Surga Tanpa Hisab hingga Pahala Perang Badar
Banyak keutamaan disebutkan dalam kitab-kitab ulama mengenai pentingnya merayakan Maulid Nabi. Di antaranya, seseorang yang membelanjakan hartanya untuk pembacaan Maulid akan dijadikan teman Rasulullah di surga, memperoleh pahala setara dengan jihad dalam Perang Badar dan Hunain, serta masuk surga tanpa hisab. Ini menjadi motivasi spiritual yang kuat bagi umat Islam untuk merayakannya dengan sungguh-sungguh.
Selain itu, merayakan Maulid juga merupakan bentuk ungkapan syukur atas kelahiran Nabi, dan sarana untuk menghidupkan nilai-nilai Islam yang mulai luntur. Bahkan hanya dengan ikut menghadiri pembacaan Maulid, seseorang sudah dianggap menunjukkan cinta kepada Nabi.
Keutamaan-keutamaan ini, walaupun tidak wajib, memiliki dampak spiritual yang luar biasa dalam memperkuat hubungan antara umat dengan Rasulullah SAW.
People Also Ask
Maulid Nabi 2025 jatuh pada tanggal berapa?
Tanggalnya berbeda tergantung kalender; versi Kemenag: 5 September 2025, versi Muhammadiyah: 4 September 2025.
Kenapa Maulid Nabi dirayakan?
Untuk mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW serta meneladani akhlaknya.
Siapa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi?
Dinasti Fathimiyyah di Mesir pada abad ke-4 H dan Sultan Salahuddin al-Ayyubi pada abad ke-6 H.
Apa amalan yang dianjurkan saat Maulid Nabi?
Membaca sholawat, sirah Nabi, sedekah, pengajian, dan memperbanyak doa.
Apa keutamaan memperingati Maulid Nabi?
Dapat pahala besar, termasuk masuk surga tanpa hisab dan menjadi teman Rasulullah.

2 months ago
27
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1610100/original/023138600_1496212189-Ramadan-20174.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975686/original/001020200_1729565914-nama-sahabat-nabi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/741885/original/078093900_1411557971-Ziarah-Gunung-Uhud.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120399/original/060326300_1588698008-syed-muizur-MrRUgFfSjBA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2397600/original/021060800_1541051347-embers-142515_960_720.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403562/original/069333200_1762330737-doa_penenang_hati.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403290/original/022871300_1762323039-Anjing.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403399/original/043952100_1762326172-membaca_doa_setelah_belajar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403225/original/009668300_1762321820-Hajar_Aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403116/original/098441200_1762317300-Kakbah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402980/original/045616400_1762313330-Grup_musik_Timur_Tengah__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402969/original/091132600_1762312803-cincin_emas.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5086670/original/010622200_1736404465-1736397368003_perbedaan-antara-nabi-dan-rasul-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1474232/original/040480600_1484617421-Wisata-Laut-Merah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5134162/original/012917000_1739593072-1739590048291_arti-doa-sholat-dhuha.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5061590/original/072378300_1734874466-Imam_Syafi_i.jpg)






















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5270335/original/056977800_1751427256-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran__14_.jpg)





:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5161848/original/042811500_1741848433-hq720__11_.jpg)