Liputan6.com, Jakarta - Membaca Al-Qur'an dengan benar adalah kewajiban bagi setiap Muslim, dan salah satu aspek pentingnya memahami hukum bacaan tarqiq tafkhim. Hukum ini mengatur bagaimana huruf-huruf hijaiyah dilafalkan, apakah dengan suara tebal (tafkhim) atau tipis (tarqiq).
Penerapan hukum tarqiq tafkhim memastikan keindahan dan keakuratan bacaan Al-Qur'an sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan. Ilmu tajwid secara keseluruhan bertujuan untuk menjaga kemurnian bacaan Al-Qur'an.
Menurut Dr. Marzuki, M.Ag. dan Sun Choirol Ummah, S.Ag., M.S.I. dalam buku mereka Dasar-Dasar Ilmu Tajwid, tafkhim berarti menggemukkan atau menebalkan, sementara tarqiq berarti menipiskan. Pemahaman mendalam tentang kedua konsep ini akan membantu pembaca melafalkan setiap huruf dengan tepat.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (3/8/2025).
Pengertian Tarqiq dan Tafkhim
Dalam ilmu tajwid, tarqiq tafkhim adalah dua hukum bacaan yang mengatur ketebalan atau ketipisan suara huruf hijaiyah saat dilafalkan. Memahami kedua konsep ini sangat fundamental untuk membaca Al-Qur'an secara fasih dan benar. Kesalahan dalam pelafalan dapat mengubah makna ayat, sehingga penguasaan hukum ini menjadi krusial.
Secara bahasa, tafkhim (التَّفْخِيْمُ) berarti menggemukkan atau menebalkan. Sementara itu, menurut istilah ilmu tajwid, tafkhim adalah ungkapan untuk huruf yang ketika diucapkan, gema dari suara huruf tersebut memenuhi seluruh mulut.
Muhammad Shadiq Al-Qamhawi, seorang ahli qiraat Al-Qur'an di Universitas Al-Azhar, memberikan perumpamaan bahwa membaca huruf tafkhim seperti memasukkan minyak samin sehingga mulut tampak penuh saat melafalkannya.
Menurut Ust. Saiful Anwar, Lc., M.A. dari alhaqq.or.id, "Tafkhim adalah suara tebal yang terjadi saat mengucapkan huruf sehingga mulut menjadi penuh dengan gaungnya." Sebaliknya, tarqiq (التَّرْقِيْقُ) secara bahasa berarti menguruskan atau menipiskan. Dalam ilmu tajwid, tarqiq adalah ungkapan untuk huruf yang ketika diucapkan, gemanya tidak memenuhi mulut. Ini berarti suara yang dihasilkan lebih ringan dan tipis.
Ust. Saiful Anwar, Lc., M.A. juga menjelaskan bahwa, "Tarqiq adalah suara tipis yang terjadi saat mengucapkan huruf sehingga mulut tidak menjadi penuh dengan gaungnya." Kedua hukum ini, baik tafkhim maupun tarqiq, sangat penting untuk dikuasai agar bacaan Al-Qur'an sesuai dengan kaidah yang benar.
Hukum Bacaan Tafkhim
Hukum bacaan tafkhim berlaku untuk huruf-huruf tertentu yang harus dilafalkan dengan suara tebal. Ketebalan ini dihasilkan dengan mengangkat pangkal lidah ke langit-langit mulut saat pengucapan. Ada beberapa kategori huruf yang termasuk dalam hukum tafkhim.
Pertama, huruf-huruf Isti'la'.
Ini adalah tujuh huruf yang selalu dibaca tebal, tanpa terkecuali, baik berharakat fathah, kasrah, atau dhommah. Huruf-huruf ini adalah خ (kha), ص (shad), ض (dhad), غ (ghain), ط (tha), ق (qaf), dan ظ (zha). Untuk memudahkan mengingat, huruf-huruf ini sering disingkat menjadi "خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ" (khusso dhogti qidz).
Mengacu pada Imam al-Jazari, ada tujuh huruf yang lidah tegang dan terangkat saat mengucapkannya (Isti'la, lawan dari Istifal), terangkum dalam “Khushsha Dhaghthin Qizh”, yakni Kha, Shad, Dhad, Ghain, Tha, Qaf, dan Zha.
Kedua, huruf Ra' (ر).
- Huruf ra' dibaca tafkhim dalam beberapa kondisi, yaitu apabila ra' berharakat fathah (رَ) atau dhommah (رُ), contohnya فَمَا رَبِحَتْ, رُسُلِهِ.
- Kondisi lainnya adalah apabila ra' sukun (رْ) dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhommah, contohnya وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ.
- Ra' juga dibaca tafkhim apabila sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah 'aridh (kasrah yang bukan asli dari kalimat itu) atau hamzah washal, contohnya إِنِ ارْتَبْتُمْ.
- Selain itu, jika ra' sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, namun setelah ra' terdapat huruf isti'la' dalam satu kata, seperti كُلِّ فِرْقَةٍ, maka ra' dibaca tebal.
- Terakhir, apabila ra' berharakat dhommah yang diwaqafkan, baik ketika sebelumnya berupa huruf berharakat dhommah, fathah, atau kasrah lazim atau ya' yang disukun, contohnya مُزْدَجَرٌ.
Ketiga, huruf Lam (ل) pada Lafadz Jalalah (الله).
Huruf lam pada lafadz Allah (الله) dibaca tafkhim jika didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhommah. Contohnya adalah وَاللهُ غَفُوْرٌ dan إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ. Lam yang dibaca tafkhim terdapat pada lafadz Allah الله yang disebut lafadz jalalah. Ketentuan lam tafkhim, yakni ketika huruf sebelumnya berlafadz fathah atau dhomah.
Hukum Bacaan Tarqiq
Hukum bacaan tarqiq adalah kebalikan dari tafkhim, di mana huruf dilafalkan dengan suara tipis. Ini dilakukan dengan menurunkan bagian tengah lidah dari langit-langit mulut, sehingga suara yang dihasilkan lebih ringan dan tidak memenuhi rongga mulut.
Huruf Ra' (ر) dibaca tarqiq dalam beberapa kondisi.
- Pertama, apabila ra' berharakat kasrah (رِ), contohnya بِا الذِّكْرِ.
- Kedua, apabila ra' sukun (رْ) dan huruf sebelumnya berharakat kasrah asli, serta tidak ada huruf isti'la' sesudahnya, contohnya وَاسْتَغْفِرْ.
- Ketiga, apabila ra' sukun (رْ) karena diwaqafkan, dan huruf sebelumnya adalah ya' sukun (يْ), contohnya فِي كَثِيرٍ.
- Keempat, apabila ra' sukun (رْ) karena diwaqafkan, dan huruf sebelumnya berharakat kasrah, contohnya مِنْ مَطَرٍ.
Huruf Lam (ل) pada Lafadz Jalalah (الله) juga dapat dibaca tarqiq.
Ini terjadi jika didahului oleh huruf berharakat kasrah. Contohnya adalah فِي سَبِيْلِ اللهِ. Huruf lam jalalah dibaca tarqiq apabila didahului huruf yang berharakat kasrah ( ِ- ).
Selain itu, seluruh huruf Lam selain Lam Jalalah selalu dibaca tarqiq, tidak peduli harakatnya.
Contohnya adalah يَقْبَلُ, الَّذِينَ, dan لِلْمُتَّقِينَ. Penguasaan kondisi-kondisi ini sangat penting untuk memastikan pembacaan Al-Qur'an yang benar dan sesuai kaidah tajwid.
Huruf-Huruf yang Selalu Dibaca Tebal (Tafkhim)
Huruf-huruf yang selalu dibaca tebal atau tafkhim adalah huruf-huruf isti'la'. Huruf-huruf ini memiliki sifat dasar yang menyebabkan suara menjadi tebal saat diucapkan, terlepas dari harakatnya. Pelafalan huruf-huruf ini melibatkan pengangkatan pangkal lidah ke langit-langit mulut.
Menurut Imam Al-Jazari huruf yang masuk dalam kategori ini adalah huruf-huruf isti'la yang terdiri dari huruf خ, ص, ض, غ, ط, ق, ظ. Ketujuh huruf ini adalah:
- خ (kha)
- ص (shad)
- ض (dhad)
- غ (ghain)
- ط (tha)
- ق (qaf)
- ظ (zha)
Di antara ketujuh huruf ini, yang paling kuat bacaan tafkhimnya adalah ط (tha), ص (shad), ض (dhad), dan ظ (zha). Penguasaan huruf-huruf ini sangat penting karena mereka selalu dilafalkan dengan suara tebal dalam setiap kondisi, menjaga konsistensi dan keakuratan bacaan.
Huruf-Huruf yang Selalu Dibaca Tipis (Tarqiq)
Huruf-huruf yang selalu dibaca tipis atau tarqiq adalah sebagian besar huruf hijaiyah yang tidak termasuk dalam kategori huruf isti'la' dan huruf-huruf yang memiliki hukum khusus (seperti lam dan ra').
Pelafalan huruf-huruf ini tidak melibatkan pengangkatan pangkal lidah, sehingga suara yang dihasilkan lebih ringan dan tidak memenuhi rongga mulut.
Huruf yang mendapatkan hukum bacaan tarqiq adalah selain dari ketujuh huruf di atas beserta alif (ﺍ) , lam (ل) dan ra (ر).
Ini berarti, semua huruf hijaiyah selain خ, ص, ض, غ, ط, ق, ظ, serta alif, lam, dan ra' (yang memiliki hukum khusus), secara default dibaca tipis. Jumlah huruf yang selalu dibaca tipis jauh lebih banyak dibandingkan yang selalu dibaca tebal.
Memahami kategori huruf-huruf ini membantu pembaca Al-Qur'an dalam melafalkan setiap ayat dengan tepat, menghindari kesalahan yang dapat mengubah makna. Konsistensi dalam melafalkan huruf tipis ini adalah bagian integral dari tajwid yang benar.
Huruf-Huruf yang Dapat Dibaca Tebal dan Tipis (Tafkhim dan Tarqiq)
Beberapa huruf hijaiyah dapat dibaca tebal (tafkhim) atau tipis (tarqiq) tergantung pada kondisi harakat atau huruf di sekitarnya. Huruf-huruf ini adalah alif (ا), lam (ل), dan ra' (ر).
Perubahan hukum bacaan pada huruf-huruf ini dipengaruhi oleh huruf dan harakat yang berada di sekitarnya, menjadikannya bagian yang kompleks dalam ilmu tajwid.
Untuk huruf Alif (ا), dibaca tebal jika huruf sebelumnya adalah huruf isti'la' (huruf yang selalu dibaca tebal), contohnya قَالَ. Sebaliknya, alif dibaca tipis jika huruf sebelumnya adalah huruf istifal (huruf yang selalu dibaca tipis), contohnya بَابٌ.
Huruf Lam (ل) dibaca tafkhim hanya pada lafadz jalalah (الله) jika didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhommah, contohnya وَاللهُ, عَبْدُ اللهِ. Namun, lam dibaca tarqiq pada lafadz jalalah (الله) jika didahului oleh huruf berharakat kasrah, contohnya بِسْمِ اللهِ. Semua huruf lam selain lam jalalah selalu dibaca tarqiq, contohnya لِلْمُتَّقِينَ.
Huruf Ra' (ر) memiliki hukum bacaan yang paling kompleks karena memiliki tiga kategori: tafkhim, tarqiq, dan jawazul wajhain.
Kondisi ra' tafkhim dan tarqiq telah dijelaskan sebelumnya. Adapun jawazul wajhain adalah kondisi di mana huruf ra' boleh dibaca tebal (tafkhim) atau tipis (tarqiq). Hukum ini berlaku apabila terdapat huruf ra' sukun (رْ), huruf sebelumnya berharakat kasrah, dan huruf sesudahnya berupa huruf isti'la' yang berharakat kasrah. Contohnya adalah مِنْ عِرْضِهِ dan بِحِرْصٍ.
Hukum jawazul wajhain berlaku apabila terdapat huruf ra sukun, huruf sebelumnya berharakat kasrah, dan huruf sesudahnya berupa huruf isti'la.
Daftar Sumber
- Marzuki, Dr., M.Ag., dan Ummah, Sun Choirol, S.Ag., M.S.I. (2021). Dasar-Dasar Ilmu Tajwid. DIVA PRESS.
- Al-Jazari, Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf. Matan Al-Jazariyah.
- Ad-Dani, Abu Amr Utsman bin Sa'id. At-Tahdid fi al-Itqon wa at-Tajdid.
- alhaqq.or.id.
FAQ
1. Apa perbedaan utama antara tarqiq dan tafkhim?
Perbedaan utama antara tarqiq dan tafkhim terletak pada ketebalan suara saat melafalkan huruf. Tafkhim berarti melafalkan huruf dengan suara tebal yang memenuhi mulut, sedangkan tarqiq berarti melafalkan huruf dengan suara tipis yang tidak memenuhi mulut.
2. Mengapa penting mempelajari tarqiq dan tafkhim?
Mempelajari tarqiq dan tafkhim sangat penting karena kesalahan dalam pelafalan huruf, baik terlalu tebal atau terlalu tipis, dapat mengubah makna dari ayat Al-Qur'an yang dibaca. Penguasaan hukum ini memastikan bacaan yang benar dan sesuai kaidah tajwid.
3. Huruf apa saja yang selalu dibaca tafkhim?
Huruf-huruf yang selalu dibaca tafkhim adalah huruf-huruf isti'la', yaitu خ (kha), ص (shad), ض (dhad), غ (ghain), ط (tha), ق (qaf), dan ظ (zha). Huruf-huruf ini memiliki sifat bawaan yang menyebabkan suara menjadi tebal.
4. Kapan huruf ra' dibaca tafkhim?
Huruf ra' dibaca tafkhim (tebal) dalam beberapa kondisi, seperti ketika berharakat fathah atau dhommah, atau ketika sukun dan didahului oleh huruf berharakat fathah atau dhommah, atau jika setelah ra' sukun terdapat huruf isti'la' dalam satu kata.
5. Kapan huruf lam pada lafadz Allah dibaca tarqiq?
Huruf lam pada lafadz Allah (الله) dibaca tarqiq (tipis) jika didahului oleh huruf yang berharakat kasrah. Contohnya adalah pada bacaan "بِسْمِ اللهِ".
6. Apa yang dimaksud dengan jawazul wajhain?
Jawazul wajhain adalah kondisi khusus pada huruf ra' di mana ia boleh dibaca tebal (tafkhim) atau tipis (tarqiq). Kondisi ini terjadi apabila huruf ra' sukun, huruf sebelumnya berharakat kasrah, dan huruf sesudahnya berupa huruf isti'la' yang berharakat kasrah.
7. Apakah semua huruf hijaiyah memiliki hukum tarqiq atau tafkhim?
Tidak semua huruf hijaiyah memiliki hukum tarqiq atau tafkhim yang berubah-ubah. Sebagian besar huruf hijaiyah selalu dibaca tipis, sementara tujuh huruf isti'la' selalu dibaca tebal. Hanya huruf alif, lam, dan ra' yang memiliki kondisi khusus di mana bacaannya bisa tebal atau tipis tergantung konteksnya.