Nabi Muhammad Lahir pada Tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah Bertepatan dengan Tanggal Ini

11 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT, membawa risalah Al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat Islam. Kelahiran beliau menjadi tonggak sejarah peradaban manusia yang penuh cahaya.

Beliau lahir pada abad ke-6 Masehi, di tengah kondisi masyarakat Arab yang masih diliputi kejahiliyahan. Banyak yang bertanya, Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah bertepatan dengan tanggal berapa dalam kalender Masehi?

Artikel ini akan mengulas secara komprehensif mengenai tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam kalender Masehi, peristiwa yang menyertainya, serta silsilah dan kehidupan awal beliau.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (1/9/2025).

Tanggal Kelahiran Nabi Muhammad SAW: 12 Rabiul Awal Tahun Gajah

Kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa monumental yang dicatat dalam sejarah Islam. Beliau lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal, yang bertepatan dengan Tahun Gajah.

Tahun Gajah sendiri merujuk pada peristiwa besar di mana pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, penguasa Yaman, berusaha menghancurkan Ka'bah di Mekah. Peristiwa ini terjadi sekitar 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Secara umum, para sejarawan dan ulama sepakat bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 20 April atau 22 April 571 Masehi. Melansir dari kemenag.go.id, disebutkan bahwa: "Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhamad saw jatuh pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal, tahun 571 M."

Meskipun ada beberapa riwayat yang menyebutkan tanggal lain seperti 9 Rabiul Awal, mayoritas ulama dan sejarawan cenderung pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Hal ini juga diperkuat oleh hadis riwayat Muslim yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin, seperti dalam sabda beliau: "Pada hari itu aku dilahirkan dan saat itu aku dituruni wahyu." (HR. Muslim).

Kelahiran beliau di Mekah, dua bulan setelah peristiwa pasukan gajah, menjadi penanda penting dalam sejarah. Peristiwa Tahun Gajah sendiri diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Al-Fil, menunjukkan kebesaran Allah dalam melindungi Ka'bah dan sekaligus menjadi mukjizat awal yang mendahului kelahiran Nabi terakhir.

Silsilah dan Keturunan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW berasal dari silsilah keturunan yang mulia dan terpilih, baik dari pihak ayah maupun ibu. Keterpilihan ini menunjukkan penjagaan Allah SWT terhadap nasab beliau dari noda-noda kemusyrikan dan kekafiran.

Melansir dari Al-Hamziyyah fi Madhi Khayri al-Bariyyah oleh A. A. I. Al-Muth’ani (1981), disebutkan bahwa: "Selagi engkau dalam kegaiban semesta, telah dipilihkan ayah-bunda untukmu."

Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Silsilah dari pihak ayah dan ibu bertemu pada kakek kelima, yaitu Kilab atau Hakim Ibn Murrai. Keturunan Nabi Muhammad SAW dari pihak ayah dapat ditelusuri hingga Nabi Ismail AS dan Nabi Ibrahim AS.

Berikut adalah silsilah Nabi Muhammad SAW dari pihak ayah:

  • Muhammad
  • Abdullah: Ayah Nabi Muhammad SAW, meninggal dunia saat Nabi masih dalam kandungan.
  • Abdul Muthalib: Kakek Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai penggali Sumur Zamzam dan orang yang dermawan.
  • Hasyim: Kakek buyut Nabi Muhammad SAW, dikenal kedermawanannya dan pelopor perdagangan Mekah-Syam.
  • Abd Manaf: Dijuluki Qomar al-Bathhâ` karena fisik ideal dan perilaku baik.
  • Qushai: Mengakhiri pengurusan Ka'bah dari suku Khuza'ah dan mendirikan rumah di sekeliling Ka'bah.
  • Kilab: Terkenal dengan kemuliaan dan kemurahan hatinya.
  • Murrat: Kakek ke-6 Nabi Muhammad SAW, terkenal dengan kekuatan fisiknya.
  • Ka'b: Orang pertama yang mengumpulkan bangsa Arab pada hari Jumat untuk khutbah.
  • Lu`ai: Dikenal bijaksana dan lembut perangainya.
  • Ghâlib: Selalu memperoleh kemenangan dalam menghadapi musuh.
  • Fihr: Juga dinamai Quraisy, yang kemudian menjadi suku terkenal di kalangan bangsa Arab.
  • Mâlik: Peduli terhadap urusan bangsa Arab dan ahli hikmah.
  • Al-Nadlar: Terkenal karena ketampanannya.
  • Kinânat: Terkenal dengan pengetahuan ilmu dan ahli hikmah, mengabarkan akan lahirnya Nabi bernama Ahmad.
  • Khuzaimat, Mudrikat, `Ilyâs, Mudlar, Nazzâr, Ma’d, ‘Adnân, Isma’il, Ibrahim.

Silsilah ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW berasal dari garis keturunan yang bersih dan terhormat, yang senantiasa dijaga oleh Allah SWT.

Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad SAW

Kehidupan awal Nabi Muhammad SAW penuh dengan cobaan dan pelajaran berharga yang membentuk karakter beliau. Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya, Abdullah, telah meninggal dunia saat ibunya, Aminah, mengandung beliau dua bulan. Abdullah wafat di Madinah saat dalam perjalanan dagang ke Syam.

Setelah lahir, Nabi Muhammad SAW diserahkan kepada Halimah Sa'diah untuk disusui, sesuai dengan kebiasaan bangsawan Arab pada masa itu yang menyusukan anak-anak mereka kepada perempuan di pedesaan agar tumbuh di lingkungan yang bersih dan udara yang sehat.

Melansir dari Sejarah Dakwah oleh Wafiyah Awaluddin Pimay (2005), disebutkan bahwa: "Kemudian datanglah Halimah untuk menyusui Nabi Muhammad dan membawa bayi itu ke desa pedalaman tempat tinggal Halimah."

Nabi Muhammad SAW tinggal bersama Halimah Sa'diah selama empat tahun. Selama masa ini, fisik dan mental beliau berkembang pesat. Setelah itu, beliau kembali ke ibunya. Namun, pada usia enam tahun, ibunda beliau, Aminah, wafat di Abwa saat dalam perjalanan pulang dari Madinah setelah berziarah ke makam ayahnya. Peristiwa ini menjadikan Nabi Muhammad SAW yatim piatu.

Setelah menjadi yatim piatu, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang sangat menyayangi beliau. Abdul Muthalib memberikan nama "Muhammad" yang berarti "orang yang terpuji".

Namun, dua tahun kemudian, Abdul Muthalib juga wafat. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib mewasiatkan agar Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, yang merupakan ayah dari Sayyidina Ali.

Meskipun Abu Thalib tidak dalam keadaan berkecukupan, beliau mengasuh Nabi Muhammad SAW dengan penuh kasih sayang. Pada masa ini, Nabi Muhammad SAW mulai menggembalakan kambing untuk meringankan beban pamannya, sebuah pengalaman yang mengajarkan beliau tentang alam dan kebesaran Sang Pencipta.

Perjalanan Dagang dan Pernikahan dengan Khadijah

Sejak usia muda, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kemandirian dan kejujuran yang luar biasa. Pada usia 13 tahun, beliau mulai membantu pamannya, Abu Thalib, berdagang ke negeri Syam.

Dalam perjalanan ini, mereka bertemu dengan pendeta Nasrani bernama Buhaira, yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad dan berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga beliau dari gangguan Yahudi.

Ketika beranjak dewasa, Nabi Muhammad SAW kembali berdagang, kali ini bergabung dengan kafilah dagang milik Khadijah binti Khuwailid, seorang saudagar wanita terkemuka di Mekah.

Beliau dipercaya untuk membawa dagangan Khadijah ditemani oleh Maisaroh, budak Khadijah. Selama perjalanan, Maisaroh menyaksikan berbagai keajaiban dan kejujuran Nabi Muhammad SAW, termasuk awan yang selalu melindunginya dari panas matahari.

Melansir dari Sirah Nabawiyah oleh Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury (1997), disebutkan bahwa: "Setibanya di Mekah dia setelah Khadijah tahu keuntungan dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu sebelumnya, Maisaroh menceritakan kepada Khadijah apa saja yang dilihatnya dari ketinggian dan kemuliaan budi pekerti serta sifat-sifatnya yang indah, kecerdikan dan kejujuran Nabi Muhammad keterangan Maisaroh menimbulkan rasa penghargaan, hormat dan cinta dalam kalbu Khadijah terhadap Nabi Muhammad, sekalipun Khadijah sudah menzuhudkan diri dari perkawinan (laki-laki)."

Khadijah sangat terkesan dengan kejujuran dan akhlak mulia Muhammad, serta keuntungan besar yang diperoleh dari dagangannya. Akhirnya, Khadijah melamar Nabi Muhammad SAW melalui perantara Nafisah binti Munyah.

Nabi Muhammad SAW menerima lamaran tersebut, dan pernikahan mereka dilangsungkan. Saat itu, Nabi Muhammad SAW berusia 25 tahun, dan Khadijah berusia 40 tahun. Khadijah adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah dan merupakan pendukung utama beliau dalam dakwah.

Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai beberapa putra dan putri, meskipun sebagian besar putra beliau meninggal dunia saat masih kecil.

Awal Mula Dakwah dan Kenabian

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Peristiwa penting ini terjadi saat beliau sedang beribadah dan berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua di Jabal Nur, dekat Mekah.

Tiba-tiba, Malaikat Jibril datang menghampiri beliau dan memeluknya sambil berkata, "Bacalah wahai Muhammad!" Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa membaca menjawab, "Aku tidak bisa membaca."

Jibril mengulangi perintah itu hingga tiga kali, dan pada kali ketiga, Jibril membacakan wahyu pertama dari Allah SWT, yaitu Surah Al-Alaq ayat 1-5. Mengutip dari Al-Qur'an dan Terjemahannya oleh Departemen Agama Republik Indonesia (1989), ayat tersebut berbunyi: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW pulang dalam keadaan gemetar dan menceritakan pengalamannya kepada Khadijah. Khadijah kemudian membawa beliau kepada Waraqah bin Naufal, sepupunya yang seorang pendeta Nasrani dan ahli kitab. Waraqah bin Naufal membenarkan bahwa Muhammad adalah nabi yang dijanjikan dalam kitab-kitab suci sebelumnya.

Awalnya, dakwah Nabi Muhammad SAW dilakukan secara sembunyi-sembunyi di kalangan keluarga dan kerabat dekat selama tiga tahun. Istri beliau, Khadijah, adalah orang pertama yang beriman, diikuti oleh Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Setelah turunnya Surah Al-Hijr ayat 94, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah secara terang-terangan: "Maka siarkanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang Musyrik."

Nabi Muhammad SAW kemudian naik ke Bukit Shafa untuk menyeru kaum Quraisy. Meskipun banyak yang menolak dan memusuhi, termasuk pamannya sendiri, Abu Lahab, beliau tetap teguh dalam menyampaikan risalah Allah. Beliau menghadapi berbagai gangguan, ejekan, fitnah, dan penganiayaan, namun tidak pernah menyerah.

Hijrah ke Madinah dan Perjanjian Aqabah

Tahun kesepuluh kenabian dikenal sebagai "Tahun Kesedihan" karena Nabi Muhammad SAW kehilangan dua orang yang sangat dicintainya dan menjadi pendukung utamanya: istri beliau, Khadijah, dan paman beliau, Abu Thalib. Kepergian mereka membuat gangguan dari kaum kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Kondisi di Mekah semakin sulit bagi umat Muslim.

Dalam situasi ini, Nabi Muhammad SAW mulai mencari tempat baru untuk menyebarkan dakwah. Beliau mencoba berdakwah ke Thaif, namun ditolak dan bahkan dilempari batu. Akhirnya, harapan datang dari Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Madinah).

Pada musim haji tahun 620 M, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan enam orang dari Yatsrib di Aqabah. Mereka menyimak dakwah beliau dengan penuh perhatian dan menyatakan keimanan mereka. Mereka menyadari bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang sering dibicarakan oleh kaum Yahudi di Yatsrib.

Pertemuan ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dengan perjanjian-perjanjian penting:

Pertemuan Aqabah Pertama (621 M)

Enam orang dari Yatsrib kembali ke Mekah dan membawa serta tujuh orang lainnya. Mereka berjanji untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak, dan tidak membuat fitnah.

Adapun isi dari Perjanjian Aqabah pertama pada 621 Masihi: Tidak menyekutukan Allah. Tidak membunuh anak. Tidak berzina. Tidak mencuri. Tidak membuat dan menyebar fitnah.

Pertemuan Aqabah Kedua (622 M)

Sebanyak 73 pria dan dua wanita dari Madinah kembali bertemu Nabi Muhammad SAW di Aqabah. Kali ini, perjanjian yang dibuat dikenal sebagai perjanjian perang.

Melansir dari Sirah Nabawiyah oleh Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury (1997), "Ikrar yang mereka rumuskan pada tahun itu selanjutnya dikenal sebagai perjanjian perang (perjanjian Aqabah kedua): ”kami berjanji kepada diri kami sendiri untuk membela Rasulullah, dalam suka maupun duka, dalam kemudahan maupun kesusahan; bahwa kami tidak akan menyalahkan orang lain; bahwa kami akan selalu berkata jujur dan dalam beribadah kepada Tuhan kami tidak akan takut pada siapapun."

Perjanjian Aqabah Kedua ini menjadi dasar bagi hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Hijrah ini bukan sekadar perpindahan geografis, melainkan sebuah langkah strategis untuk membangun masyarakat Islam yang kuat di bawah perlindungan kaum Ansar (penolong) di Madinah.

Dampak Ajaran dan Kemenangan Nabi Muhammad SAW

Dalam ajaran Islam, kemenangan sejati datangnya dari Allah SWT. Meskipun manusia diperintahkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, seperti kekuatan fisik dan strategi, namun kemenangan akhir tetap berada di tangan Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Imran ayat 127: "Dan tidaklah kemenangan kecuali dari Allah yang maha kokoh dan bijaksan." (Mengutip dari Tafsir al-Qur’anul Majid oleh Tengku Nabi Muhammad Sawhasby As-Sidiqy, 1995).

Ayat ini menegaskan bahwa segala bentuk pertolongan dan kemenangan adalah anugerah dari Allah semata. Namun, hal ini tidak berarti umat Muslim boleh berpasrah diri tanpa usaha.

Sebaliknya, Allah memerintahkan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Anfal ayat 60: "Persiapkanlah untuk menhadapi mereka (Musuh) apa saja yang kamu sanggupi (semaksimal mungkin)berupa kekuatan, kuda-kuda yang dapt menakutkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kamu, musuh yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahui mereka. Karena apa-apa yang kamu belanjakan dijalan Allah, Allah akan sempurnakan pahalanya kepada kamu, dan kamu tidak akan dianiaya(dirugikan)."

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW mulai membangun negara Islam. Beliau menyebarkan ajaran-ajaran yang tidak hanya bersifat pemikiran ilmiah, tetapi juga amaliyah (perbuatan) yang mengatur kehidupan manusia dan masyarakat demi keselamatan mereka.

Beliau memperoleh kemenangan demi kemenangan, termasuk penaklukan kota Mekah, yang menjadi pelajaran besar dan semakin menguatkan kepercayaan umat beriman kepada Allah. Kemenangan-kemenangan ini menunjukkan bahwa dengan iman yang kuat dan usaha yang maksimal, pertolongan Allah akan datang.

Kedatangan Nabi Muhammad SAW membawa perubahan revolusioner yang membentuk peradaban baru. Beliau tidak hanya membawa ajaran agama, tetapi juga membangun fondasi masyarakat yang adil, beradab, dan berlandaskan nilai-nilai luhur. Enam perubahan penting yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah:

  • Akidah Tauhid yang Bersih dan Jelas:

Nabi Muhammad SAW mengajarkan konsep tauhid yang murni, yaitu keyakinan akan keesaan Allah SWT. Ini membebaskan manusia dari penyembahan berhala dan ketakutan kepada selain Allah.

Mengutip dari Sejarah Lengkap Nabi Nabi Muhammad Saw oleh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-nadwi (2006), "Beliau mengajarkan dengan keyakinan yang sebenarnya bahwa Allah adalah maha esa lagi maha suci. Dialah yang memberi madharat dan manfaat, yang memberi dan menahan, dan hanya Dialah yang memenuhi semua kebutuhan manusia."

  • Prinsip Persatuan dan Persamaan Derajat:

Beliau menghapuskan perbedaan kelas dan suku, menyerukan persatuan umat manusia berdasarkan ketakwaan, bukan keturunan atau status sosial.

Seperti yang dijelaskan dalam TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM oleh Muhammad Rais Amin (2017), "Wahai manusia sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan ayah kalian adalah satu. Setiap kalian adalah dari adam, sedangkan Adam berasal dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling taqwa; tiada perbedaan antara orang-orang Arab dan bukan Arab kecuali taqwa."

  • Pemberitaan tentang Kemuliaan dan Keluhuran Manusia:

Nabi Muhammad SAW mengangkat harkat dan martabat manusia, menyatakan bahwa manusia adalah makhluk termulia di muka bumi, diciptakan sebagai khalifah Allah.

  • Memberantas Pesimisme dan Membangkitkan Harapan:

Beliau mengajarkan bahwa fitrah manusia adalah suci dan setiap orang memiliki kesempatan untuk berbuat baik dan bertaubat.

  • Memadukan Agama dan Dunia:

Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW tidak memisahkan kehidupan duniawi dari kehidupan beragama. Segala aspek kehidupan, baik spiritual maupun material, dianggap sebagai ibadah jika dilakukan sesuai syariat.

  • Menerangkan Tujuan dan Maksud dalam Amal dan Perjuangan:

Beliau memberikan tujuan hidup yang jelas bagi manusia, yaitu mengenal pencipta, beribadah kepada-Nya, dan berjuang untuk kebaikan di dunia demi kebahagiaan di akhirat.

DAFTAR SUMBER

  • Al-Hamziyyah fi Madhi Khayri al-Bariyyah. (1981). A. A. I. Al-Muth’ani. Dar al-Anshar.
  • Al-Qur'an dan Terjemahannya. (1989). Departemen Agama Republik Indonesia. 
  • Sejarah Dakwah. (2005). Wafiyah Awaluddin Pimay. RaSAIL.
  • Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad dan Kemenangan Umat Islam. (2017). Muhammad Rais Amin. TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM, 9(2), 545-576.
  • Sejarah Lengkap Nabi Nabi Muhammad Saw. (2006). Abul Hasan Ali Al-Hasani An-nadwi. Mardiyyah Press.
  • Sirah Nabawiyah. (1997). Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury. Pustaka Kaustar.
  • Tafsir al-Qur’anul Majid. (1995). Tengku Nabi Muhammad Sawhasby As-Sidiqy. Pustaka Rizki.
  • kemenag.go.id

FAQ

1. Kapan Nabi Muhammad SAW lahir dalam kalender Hijriah?

Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal. Tanggal ini adalah yang paling banyak disepakati oleh para ulama dan sejarawan Islam, meskipun ada beberapa riwayat lain yang menyebutkan tanggal 9 Rabiul Awal.

2. Apa yang dimaksud dengan "Tahun Gajah" dalam konteks kelahiran Nabi Muhammad SAW?

Tahun Gajah adalah tahun di mana Raja Abrahah dari Yaman memimpin pasukan bergajah untuk menyerang dan menghancurkan Ka'bah di Mekah. Peristiwa ini terjadi sekitar 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW dan diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Al-Fil.

3. Berapa perkiraan tanggal Masehi kelahiran Nabi Muhammad SAW?

Berdasarkan konversi dari 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, Nabi Muhammad SAW diperkirakan lahir pada tanggal 20 April atau 22 April 571 Masehi. Tahun 571 Masehi ini secara luas diterima sebagai tahun kelahiran beliau.

4. Siapa orang tua Nabi Muhammad SAW?

Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia saat beliau masih dalam kandungan.

5. Mengapa Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Halimah Sa'diah?

Pada masa itu, adalah kebiasaan bangsawan Arab untuk menyusukan anak-anak mereka kepada perempuan di pedesaan. Hal ini bertujuan agar anak-anak tumbuh di lingkungan yang lebih bersih, udara yang sehat, dan belajar bahasa Arab yang fasih.

6. Kapan Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul?

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun. Peristiwa ini terjadi saat beliau sedang berkhalwat di Gua Hira, di mana Malaikat Jibril datang dan menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT, yaitu Surah Al-Alaq ayat 1-5.

7. Apa hikmah di balik kelahiran Nabi Muhammad SAW pada hari Senin?

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada hari Senin memiliki hikmah tersendiri, seperti yang disebutkan dalam beberapa riwayat. Hari Senin adalah hari di mana Allah menciptakan pohon, yang melambangkan rezeki dan kebaikan. Selain itu, bulan Rabiul Awal (musim semi) melambangkan keadilan dan keseimbangan, yang sejalan dengan syariat Islam yang adil dan toleran.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |