Liputan6.com, Jakarta - Al-Qur'an merupakan kitab suci utama bagi umat Islam di seluruh dunia. Pertanyaan mengenai penjelasan ada berapa surat dalam Al-Qur'an seringkali muncul di kalangan umat.
Secara umum, Al-Qur'an yang dikenal dan digunakan mayoritas umat Islam saat ini terdiri dari 114 surat. Jumlah ini telah disepakati oleh para ulama dan menjadi standar dalam mushaf Al-Qur'an.
Melansir dari Kementerian Agama (Kemenag) RI, Al-Qur'an yang dicetak dan diterbitkan di Indonesia mengikuti hitungan Kufah, yang mana jumlah keseluruhan ayat Al-Qur'an mencapai 6.236 ayat dan terbagi dalam 30 juz.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (8/9/2025).
Penjelasan Ada Berapa Surat dalam Al-Qur'an
Secara umum, Al-Qur'an yang kita kenal dan baca saat ini terdiri dari 114 surat. Jumlah ini merupakan kesepakatan mayoritas ulama dan menjadi standar dalam mushaf Al-Qur'an yang beredar luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan fi Ulumil Qur'an mengemukakan jumlah 114 surat berdasarkan konsensus para ulama.
Meskipun demikian, terdapat beberapa pandangan berbeda mengenai jumlah surat dalam Al-Qur'an di masa lalu, yang mencerminkan keragaman riwayat sebelum adanya konsensus yang kuat:
113 Surat: Ada pendapat yang menyatakan Al-Qur'an terdiri dari 113 surat. Pandangan ini muncul dengan menjadikan Surat Al-Anfal dan Surat At-Taubah (Al-Bara'ah) sebagai satu surat.
112 Surat: Dalam Musnad Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa Al-Qur'an terdiri dari 112 surat. Hal ini karena Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas tidak dicantumkan dalam susunan surat Al-Qur'an versi tersebut.
116 Surat: Bahkan dalam Mushaf Ubay bin Ka'b, surat Al-Qur'an terdiri dari 116 surat. Ubay bin Ka'b menambahkan dua surat lagi di akhir mushafnya, yaitu Surat Al-Hafdu dan Surat Al-Khulu.
Meskipun ada perbedaan pandangan historis, Al-Qur'an yang terdapat di Indonesia dan mayoritas di seluruh dunia diketahui mengikuti ijma' (konsensus) para ulama, yaitu 114 surat, yang dimulai dengan Surat Al-Fatihah dan diakhiri Surat An-Nas. Konsensus ini menunjukkan stabilitas dan keautentikan teks Al-Qur'an yang diterima secara luas.
Surat dalam Al-Qur'an
Secara etimologi, kata "surah" atau "surat" dalam bahasa Arab memiliki arti mulia, derajat, atau tingkat dari sebuah bangunan. Jika Al-Qur'an diibaratkan sebagai sebuah bangunan, maka surat-surat di dalamnya adalah tingkat-tingkatnya yang menunjukkan kemuliaannya.
Surat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang sempurna atau lengkap, seperti dijelaskan dalam Ulumul Qur'an: Telaah Tekstualitas Al-Qur'an oleh Ahmad Izzan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), surat diartikan sebagai bagian atau bab dalam Al-Qur'an.
Para ahli ilmu Al-Qur'an memiliki definisi istilah yang berbeda-beda mengenai surat. Salah satu definisi menyebutkan bahwa surat adalah sekelompok atau sekumpulan ayat-ayat Al-Qur'an yang berdiri sendiri, yang mempunyai permulaan dan penghabisan.
Manna Khalil mendefinisikan surat sebagai kumpulan atau jumlah ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki permulaan dan akhiran, seperti yang dijelaskan dalam Ulumul Qur'an dan Pembelajarannya oleh Liliek Channa dan Syaiful Hidayat.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa surat adalah sekumpulan ayat-ayat Al-Qur'an yang berdiri sendiri, memiliki permulaan dan akhiran, serta berfungsi sebagai tingkatan untuk membedakan antara surat yang satu dengan yang lainnya. Nama-nama surat dalam Al-Qur'an memuat beberapa kepentingan, di antaranya:
- Pembacanya akan memperoleh berbagai tingkat dalam ilmu pengetahuan jika membacanya dengan sungguh-sungguh.
- Surat-surat menjadi tanda permulaan dan penghabisan untuk setiap bagian tertentu dari Al-Qur'an.
- Setiap surat mengandung hal-hal yang lengkap dan sempurna.
- Setiap surat Al-Qur'an saling berhubungan erat, seakan-akan merupakan tangga yang bertingkat-tingkat.
Sejarah dan Susunan Surat dalam Al-Qur'an
Pada masa Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an secara keseluruhan sudah ditulis oleh para sahabat, namun belum tersusun rapi dalam satu mushaf seperti yang kita kenal sekarang.
Banyak faktor yang melatarbelakangi hal ini, salah satunya adalah karena Al-Qur'an pada waktu itu masih dalam masa pembentukan atau proses penurunan wahyu, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah.
Setelah Nabi wafat, para sahabat bersepakat untuk mengumpulkan semua Al-Qur'an, dan melalui sejarah yang panjang, terbentuklah mushaf Al-Qur'an sebagaimana yang kita ketahui saat ini.
Mengenai penyusunan surat dalam Al-Qur'an, terdapat tiga pendapat utama di kalangan ulama:
Ijtihad Sahabat Nabi (Bukan Tauqifi)
Pendapat ini didukung oleh Imam Malik, al-Qadhi Abu Bakar, dan Ibnu Faris. Mereka berargumen bahwa mushaf-mushaf para sahabat memiliki tertib surat yang berbeda-beda sebelum Khalifah Usman memerintahkan penghimpunan dan penulisan Al-Qur'an secara seragam.
Hafidz Abdurrahman juga menegaskan bahwa susunan surah dalam Al-Qur'an adalah ijtihadi berdasarkan perbedaan susunan surah yang dimiliki sahabat pada masa Rasulullah SAW, seperti diuraikan dalam Ulumul Qur'an Praktis: Pengantar Untuk Memahami Al-Qur'an.
Berdasarkan Tauqifi dari Nabi
Pendapat ini menyatakan bahwa susunan surat telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu. Alasannya adalah konsensus (ijma') para sahabat atas mushaf yang ditulis pada masa pemerintahan Usman.
Jika hanya hasil ijtihad, sahabat yang memiliki mushaf berbeda akan tetap berpegang teguh pada mushafnya, namun fakta menunjukkan mereka sepakat menerima mushaf Usmani. Rasulullah SAW juga telah membaca beberapa surat dalam shalat secara berurutan, menunjukkan adanya susunan yang telah ditetapkan, menurut Sejarah Al-Qur'an: Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur'an.
Kombinasi Tauqifi dan Ijtihad
Pendapat ketiga ini didukung oleh beberapa ulama terkemuka, seperti Al-Zarqani. Mereka berpendapat bahwa tertib sebagian surat-surat Al-Qur'an adalah tauqifi, sementara tertib sebagian lainnya adalah hasil ijtihad.
Al-Qadi Abu Muhammad bin Atiyah berpendapat bahwa kebanyakan surat-surat Al-Qur'an telah diketahui tertibnya pada waktu Nabi masih hidup, seperti 7 surat panjang dan surat-surat Al-Mufassal.
Meskipun masih menjadi perdebatan, pendapat yang terkuat adalah bahwa susunan surat dalam Al-Qur'an bersifat tauqifi. Hal ini dipertegas dalam riwayat dari Hudzaifah al-Tsaqafi, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda bahwa sebagian dari Al-Qur'an telah turun secara tiba-tiba dan beliau menyelesaikannya.
Para sahabat kemudian membagi Al-Qur'an menjadi tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, 11 surat, 13 surat, dan bagian mufashshal dari Qaf sampai akhir. Fakta sejarah dan analisis menunjukkan bahwa susunan surah dalam Al-Qur'an adalah tauqifi, bukan ijtihadi, seperti yang dibahas dalam CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman.
Sumber Penamaan Surat dalam Al-Qur'an
Setiap surat dalam Al-Qur'an memiliki nama tersendiri yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW secara tauqifi. Hal ini diketahui berdasarkan keterangan yang terdapat dalam beberapa hadis dan riwayat. Umumnya, surat-surat Al-Qur'an memiliki satu nama, namun ada pula beberapa surat yang mempunyai dua nama atau lebih, seperti At-Taubah yang juga dikenal sebagai Al-Bara'ah, sebagaimana diuraikan dalam Sejarah Al-Qur'an: Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur'an.
Kata-kata yang dipakai untuk menjadi nama surat-surat tersebut dapat berasal dari beberapa sumber:
- Diambil dari luar surat: Artinya, kata yang dipakai untuk menjadi nama surat tidak terdapat di dalam ayat-ayat dari surat bersangkutan. Contohnya adalah Surat Al-Fatihah, yang namanya tidak ditemukan dalam ayat-ayatnya, namun menunjukkan fungsinya sebagai pembukaan atau pendahuluan bagi Al-Qur'an.
- Diambil dari tema yang dibicarakan: Nama surat diambil dari tema utama yang dibahas dalam surat tersebut. Misalnya, Surat An-Nisa' dinamakan demikian karena banyak membahas tentang wanita, seperti yang dijelaskan dalam Mengungkap Rahasia Al-Qur'an.
- Diambil dari salah satu kata dalam surat: Nama surat diambil dari salah satu kata yang terdapat pada ayat di dalam surat yang bersangkutan, baik itu di permulaan, tengah, atau akhir surat. Contohnya, Surat Thaha (ke-20) dinamai dari kata "Thaha" yang dijumpai pada ayat pertama. Surat Al-Baqarah (ke-2) dinamai dari kata "Al-Baqarah" yang dijumpai pada ayat ke-67. Sementara Surat Al-Ma'un (ke-107) dinamai dari kata "Al-Ma'un" yang baru dijumpai pada akhir ayat di surat tersebut.
Penamaan ini tidak sembarangan, melainkan mengandung hikmah dan memudahkan umat Islam untuk mengenali serta memahami inti dari setiap surat.
Pembagian Surat Berdasarkan Panjangnya
Al-Qur'an adalah ensiklopedia yang mengandung segala macam aturan hidup dan kehidupan, mulai dari hukum sosial, etika, hingga sejarah peradaban, seperti yang diungkapkan dalam Islam Garda Depan: Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa jumlah surat dalam Al-Qur'an sebanyak 114 dan susunannya telah ditentukan oleh Allah SWT berdasarkan tauqifi, sebagaimana dibahas dalam Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Masyarakat.
Surat-surat dalam Al-Qur'an memiliki jumlah ayat dan panjang yang bervariasi. Para ulama telah mengklasifikasikan surat-surat Al-Qur'an menjadi empat macam berdasarkan panjang pendeknya:
- Al-Sab'ul al-Thiwal: Yaitu tujuh surat yang panjang-panjang. Ketujuh surat ini adalah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa', Al-A'raf, Al-An'am, Al-Maidah, dan Yunus.
- Al-Mi'un: Yaitu surat-surat yang terdiri dari 100 ayat atau lebih, seperti Surat Hud dan Surat Yusuf.
- Al-Matsani: Yaitu surat-surat yang terdiri kurang dari 100 ayat, seperti Surat Al-Anfal, At-Taubah, dan Al-Hajj.
- Al-Mufashshal: Yaitu surat-surat yang pendek-pendek, seperti Surat Al-'Alaq, Al-Qadr, dan An-Nas. Menurut Imam al-Nawawi, surat Al-Mufassal dimulai dari Surat Al-Hujurat sampai akhir Al-Qur'an (Surat An-Nas). Dinamakan "Al-Mufashshal" karena antara surat-suratnya banyak dipisah dengan basmalah, seperti yang dijelaskan dalam Ulumul Qur'an dan Pembelajarannya.
Pembagian ini membantu dalam studi dan pemahaman Al-Qur'an, memungkinkan para pelajar untuk fokus pada kelompok surat tertentu sesuai dengan panjangnya.
Hikmah Pembagian Surat dalam Al-Qur'an
Pembagian Al-Qur'an ke dalam bentuk surat-surat memiliki banyak hikmah dan faedah yang signifikan. Menurut Abdurrahman Al-Rumi, hikmah tersebut antara lain adalah mempermudah pembelajaran dan penghafalan Al-Qur'an.
Jika Al-Qur'an tersusun dalam bentuk baku tanpa pembagian, akan terasa berat dan sulit untuk mempelajarinya, seperti yang diungkapkan dalam Ulumul Qur'an: Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al-Qur'an.
Selain itu, setiap surat memiliki judul khusus dan tujuan tertentu, yang membantu dalam memahami tema pembahasan. Contohnya, Surat Yusuf memuat biografi Nabi Yusuf, Surat Maryam tentang kisah Maryam, dan Surat At-Taubah memperbincangkan orang munafik.
Pembagian ini juga menunjukkan kemukjizatan (I'jaz) Al-Qur'an, di mana surat yang panjang maupun yang pendek tetap merupakan mukjizat dan tantangan bagi yang lain. Surat Al-Kautsar yang hanya terdiri dari tiga ayat adalah mukjizat, sebagaimana Surat Al-Baqarah yang panjang.
Al-Zarqani juga menambahkan bahwa pembagian surat dalam Al-Qur'an mengandung hikmah seperti memberikan kemudahan kepada manusia, mengisyaratkan tema pembicaraan secara jelas, dan menguraikan secara rinci setiap permasalahan dengan keruntutannya. Pembagian ini juga meningkatkan semangat pembaca ketika mengkhatamkan satu surat atau satu juz, memotivasi mereka untuk melanjutkan membaca Al-Qur'an.
Menurut Nash Hamid Abu Zaid, pengkajian urutan surat yang terkait dengan tema kesesuaian antara surat dan ayat adalah untuk pencarian hikmah di balik pembuatan ayat yang sesuai dengan ayat yang lain.
Keterhubungan antara pembagian urutan surat dalam mushaf juga menjelaskan kaitan surat sebelumnya dan surat selanjutnya, yang bisa disebut sebagai hubungan antara dalil. Ini menunjukkan struktur yang kohesif dan terencana dalam Al-Qur'an.
Daftar Lengkap 114 Surat dalam Al-Qur'an
FAQ
1. Ada berapa surat dalam Al-Qur’an?
Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, dimulai dengan Al-Fatihah dan diakhiri dengan An-Nas.
2. Apakah jumlah surat dalam Al-Qur’an pernah diperdebatkan?
Ya, di masa awal ada perbedaan riwayat, seperti 113, 112, atau 116 surat. Namun, ijma’ ulama menetapkan jumlahnya 114 surat.
3. Apa arti kata “surat” dalam Al-Qur’an?
Secara bahasa, surat berarti derajat, tingkat, atau bagian yang lengkap. Dalam istilah, surat adalah kumpulan ayat yang memiliki awal dan akhir.
4. Bagaimana pembagian surat dalam Al-Qur’an berdasarkan panjangnya?
Surat dibagi menjadi empat: Al-Sab’ul Thiwal (panjang), Al-Mi’un (±100 ayat), Al-Matsani (<100 ayat), dan Al-Mufashshal (pendek).
5. Bagaimana susunan surat dalam Al-Qur’an ditentukan?
Mayoritas ulama berpendapat susunannya bersifat tauqifi, yaitu ditetapkan langsung melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.
6. Dari mana asal penamaan surat dalam Al-Qur’an?
Nama surat bisa berasal dari kata dalam ayat, tema utama, atau istilah di luar ayat, seperti Al-Fatihah yang berarti pembuka.
7. Apa hikmah Al-Qur’an dibagi menjadi surat-surat?
Untuk memudahkan pembelajaran, hafalan, memahami tema, serta menunjukkan keindahan dan kemukjizatan Al-Qur’an.