Liputan6.com, Jakarta Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu momen penting dalam kalender umat Islam. Momen ini diperingati untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW yang menjadi teladan utama dalam kehidupan. Di berbagai daerah di Indonesia, perayaan ini dilakukan dengan cara yang beragam, mulai dari kegiatan keagamaan hingga tradisi budaya yang turun-temurun.
Tahun 2025 ini, Maulid Nabi jatuh pada hari Jumat, 5 September 2025 atau 12 Rabiul Awal 1447 H. Penetapan tanggal ini mengacu pada kalender Hijriah yang telah disesuaikan oleh Kementerian Agama RI. Banyak instansi pendidikan, pemerintahan, dan masyarakat umum mulai menyiapkan acara keagamaan dan sosial menjelang hari besar ini.
Perayaan Maulid Nabi tak hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antarumat Muslim. Kegiatan seperti pembacaan sholawat, ceramah agama, hingga pembagian sedekah menjadi agenda rutin yang sarat makna. Di beberapa daerah, Maulid Nabi bahkan diselenggarakan selama berhari-hari dengan kemeriahan yang khas.
Artikel ini akan membahas secara lengkap seputar perayaan Maulid Nabi 2025. Mulai dari jadwal resmi, sejarah singkat kelahiran Nabi Muhammad SAW, ragam tradisi yang berkembang di masyarakat, bacaan populer untuk Maulid, hingga contoh khutbah yang bisa digunakan dalam acara keagamaan.
Jadwal Maulid Nabi 2025
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2025 jatuh pada hari Jumat, 5 September 2025 yang bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1447 H. Jadwal ini merujuk pada Kalender Hijriah resmi yang dirilis oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Penetapan tanggal ini juga dijadikan sebagai hari libur nasional di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai salah satu hari besar Islam, banyak kegiatan keagamaan akan digelar pada hari tersebut, mulai dari pengajian, pembacaan sholawat, ceramah agama, hingga kegiatan sosial. Instansi pemerintah, sekolah, masjid, dan komunitas Muslim biasanya sudah menyiapkan agenda jauh-jauh hari menjelang tanggal tersebut.
Jadwal ini juga menjadi momen penting bagi umat Islam untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW melalui berbagai kegiatan spiritual dan sosial. Banyak masjid besar yang sudah mengumumkan rangkaian acara Maulid dalam beberapa hari menjelang 5 September 2025.
Sejarah Maulid Nabi
Dalam kajian yang dilakukan oleh Moch Yunus berjudul "Peringatan Maulid Nabi: Tinjauan Sejarah dan Tradisinya di Indonesia", dijelaskan bahwa tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali muncul dalam catatan sejarah pada masa Dinasti Fathimiyyah di Mesir. Hal ini terjadi di bawah kepemimpinan Khalifah Mu'iz li Dinillah pada abad ke-4 Hijriyah, tepatnya sekitar tahun 341 H.
Meskipun perayaan ini sempat dilarang, namun Amir li Ahkamillah menghidupkan kembali tradisi tersebut pada tahun 524 H. Peringatan Maulid Nabi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk membina spiritualitas umat dan menyebarkan semangat keagamaan di wilayah kekuasaan Fathimiyyah. Pada masa itu, fokus perayaan adalah untuk memperkuat identitas keislaman dan melawan potensi penjajahan dari bangsa asing.
"Ketika itu, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H secara besar-besaran. Saat itu, Mudhaffar sedang berpikir agar negerinya bisa selamat dari kekejaman Temujin yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227M.) dari Mongol. Jengiz Khan memiliki ambisi menguasai dunia, sehingga melakukan pecah belah ke berbagai bangsa. Ketika itu dihidangkan 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju dan 30.000 piring makanan. Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas serta mengundang para orator untuk menghidupkan nadi heroisme Muslimin," keterangan dalam hasil studi tersebut.
Moch Yunus juga mencatat versi kedua mengenai asal-usul perayaan Maulid Nabi yang berasal dari era Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Pada saat itu, Sultan menginstruksikan pelaksanaan Maulid sebagai sarana untuk mempersatukan umat Islam menjelang Perang Salib.
Kegiatan ini dipelopori oleh iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjabat sebagai gubernur di Irbil, Suriah. Keyakinan bahwa menghidupkan kembali cinta terhadap Rasulullah dapat membangkitkan semangat jihad umat Islam semakin memperkuat gagasan ini.
Sultan Salahuddin mengadakan sayembara untuk penulisan pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, yang dimenangkan oleh Syaikh Ja'far al-Barzanji, penulis kitab terkenal Barzanji. Tradisi pembacaan Barzanji ini masih dipertahankan hingga kini dalam perayaan Maulid di berbagai daerah di Indonesia.
Hasil dari upaya ini sangat efektif, karena semangat umat Islam meningkat, dan dalam waktu singkat, Yerusalem berhasil direbut kembali pada tahun 1187 M, yang merupakan pencapaian monumental dalam sejarah Islam. Hal ini menunjukkan bahwa perayaan Maulid tidak hanya berfungsi sebagai strategi perjuangan, tetapi juga sebagai media pendidikan spiritual.
Tradisi Maulid di Nusantara: Kaya, Kreatif, dan Penuh Makna
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, di mana secara bahasa, "maulid" atau "milad" berarti hari lahir. Perayaan ini merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, menunjukkan evolusi praktik keagamaan seiring berjalannya waktu. Asal mula perayaannya memiliki beberapa riwayat yang berbeda.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali dimulai oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-10 Masehi. Riwayat lain mengaitkan perayaan secara besar-besaran dengan Raja al-Muzhaffar Abu Sa'id Kaukabri dari Irbil, Irak utara, pada abad ke-12 Masehi. Sultan Salahuddin al-Ayyubi juga dikenal mengimbau perayaan ini untuk meningkatkan semangat juang umat Islam.
Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi tidak lepas dari peran Wali Songo dalam penyebaran agama Islam. Tradisi ini telah mengalami akulturasi dengan berbagai budaya lokal, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bagaimana Islam dapat beradaptasi dan menyatu dengan kearifan lokal.
Kekayaan Tradisi Maulid Nabi di Indonesia
Masyarakat Muslim di Indonesia menyambut Perayaan Maulid Nabi dengan berbagai perayaan keagamaan dan tradisi lokal yang unik dan beragam. Tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya Nusantara yang berpadu dengan nilai-nilai Islam. Umumnya, kegiatan yang dilakukan meliputi pembacaan selawat nabi, pengajian, santunan anak yatim, serta pertemuan keluarga.
Selain tradisi umum, banyak daerah di Indonesia memiliki tradisi khas yang menarik. Contohnya adalah Grebeg Maulud di Yogyakarta dan Surakarta yang melibatkan arak-arakan gunungan, atau Muludan di Cirebon. Di Gorontalo ada tradisi Walima, sementara di Padang Pariaman, Sumatera Barat, dikenal dengan Bungo Lado, di mana masyarakat membuat pohon hias dari cabai.
Tradisi lain yang tak kalah menarik meliputi Maudu Lompoa di Gowa, Aceh dengan Meuripee dan Kuah Beulangong, serta Baayun Maulid di Kalimantan Selatan. Keberagaman tradisi ini menunjukkan bagaimana Perayaan Maulid Nabi menjadi ajang untuk melestarikan budaya sekaligus mempererat tali silaturahmi antarwarga. Ini juga menjadi bukti akulturasi budaya yang harmonis.
- Grebeg Maulud (Yogyakarta dan Surakarta): Arak-arakan gunungan nasi dan hasil bumi dari keraton menuju masjid agung.
- Muludan (Cirebon): Istilah lokal untuk peringatan Maulid Nabi.
- Walima (Gorontalo): Tradisi khusus perayaan Maulid di Gorontalo.
- Bungo Lado (Padang Pariaman): Pohon hias dari daun merah menyerupai cabai, disumbangkan ke panti asuhan.
- Maudu Lompoa (Gowa): Mengarak ratusan paket makanan dengan perahu di sungai, diiringi ribuan telur.
- Meuripee dan Kuah Beulangong (Aceh): Warga berpatungan membeli sapi untuk dimasak kari daging khas Aceh.
- Baayun Maulid (Kalimantan Selatan): Mengayun bayi atau anak sebagai ungkapan syukur sambil membaca syair maulid.
Alasan Sunnah Merayakan Maulid Nabi
1. Merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
Abu Lahab, seorang yang membenci dakwah Nabi, diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin. Hal ini karena Abu Lahab bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad. Abu Lahab memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah sebagai wujud rasa bahagianya.
Bila Abu Lahab yang ahli neraka saja merasa gembira dengan kelahiran Nabi Muhammad hingga mendapatkan berkahnya, apalagi bila kita selalu merasakan kegembiraan atas kelahiran beliau, dan wafat sebagai orang yang beriman.
2. Nabi Muhammad banyak bepuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahirannya manusia menemukan cahaya agama Islam. Tentu, kita sebagai umat Nabi harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi.
عن أبي قتادة الأنصاري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم سئل عن صوم الاثنين ؟ فقال فيه ولدت وفيه أنزل علي
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda," Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur’an) kepadaku” (HR Muslim).
3. Allah memerintahkan kita untuk berbahagia dengan sebab rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS Yunus: 58). Dan rahmat terbesar yang Allah berikan bagi kita adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad saw.
4. Perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi.
Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an agar umat Islam banyak membaca shalawat.
5. Perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam. Perayaan Maulid Nabi umumnya diiringi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin.
Para ulama mengambil dalil bid’ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas’ud:
قال عبد الله بن مسعود ما رأى المسلمون حسنا فهو عند الله حسن و ما رآه المسلمون سيئا فهو عند الله سيىء
Artinya: Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah” (HR Ahmad).
Para ulama fiqih menetapkan kaidah bahwa setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya. Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah karena tujuannya adalah meneladani Baginda Nabi serta bershalawat kepadanya.
Amalan dan Bacaan Penting Saat Maulid Nabi
Amalan utama dalam peringatan Maulid Nabi adalah memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan. Sholawat adalah doa yang mengandung pujian dan salam kepada Rasulullah, dan merupakan ibadah yang dijanjikan mendatangkan syafaat serta keberkahan. Allah SWT sendiri telah memerintahkan hamba-Nya untuk bersholawat kepada Nabi.
Selain sholawat, pembacaan kitab-kitab maulid seperti Barzanji, Diba'i, Simtuddurar, dan Burdah juga umum dilakukan. Kitab-kitab ini berisi puji-pujian dan sejarah Nabi Muhammad SAW, membantu umat untuk lebih memahami perjalanan hidup beliau. Mengenang kembali kisah hidup dan perjuangan Rasulullah SAW melalui Sirah Nabawiyah juga menjadi bagian penting dari amalan ini.
Beberapa contoh sholawat yang sering dilantunkan antara lain Sholawat Fatih, Sholawat Nariyah, dan Sholawat Ibrahimiyah. Setiap sholawat memiliki keutamaan dan makna mendalam yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tadabbur Al-Quran, yaitu membaca dan memahami Al-Quran, juga merupakan cara untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.
- Sholawat Fatih: "Allahumma shalli wa sallim wa barik 'ala sayyidina Muhammadinil Fatihi lima ughliqa..."
- Sholawat Nariyah: "Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wasallim salaaman taamman 'alaa sayyidinaa Muhammadinil ladzii tanhallu bihil 'uqodu..."
- Sholawat Ibrahimiyah: "Allahumma shalli 'alaa muhammad wa'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa ibraahiima wa'alaa aali ibraahiima..."
Contoh Khutbah Maulid Nabi
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ . فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Rasulullah saw. Semoga kita senantiasa termasuk golongan hamba yang pandai bersyukur dan mendapatkan syafaat dari Nabi Agung Muhammad saw di hari kiamat. Amin.
Saat ini, kita sedang berada di bulan Rabiul Awwal yang di Indonesia lebih sering disebut sebagai bulan Maulid. Disebut demikian memang karena dalam bulan ini terjadi sebuah kejadian agung yakni kelahiran Nabi Muhammad saw. Sosok paling mulia di dunia, sosok yang kita diperintahkan untuk senantiasa bershalawat untuk meraih syafaatnya. Bukan hanya kita saja yang bershalawat, Malaikat dan Allah swt pun bershalawat kepada beliau. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Kehadiran Nabi Muhammad ke dunia ini membawa sebuah misi penting di antaranya adalah memperbaiki akhlak manusia. Misi ini menandakan bahwa akhlak menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia karena itulah yang akan membawa perdamaian dan ketentraman dalam setiap interaksi manusia dengan lingkungan sekitar. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Baihaqi, dan Hakim:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ
“Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Akhlak menjadi bagian utama dalam bangunan kepribadian seorang muslim sehingga para ulama menyebut bahwa “Al-Adabu fauqal ilmi’. Bahwa adab, tatakrama, akhlak, di atas ilmu yang dalam artian harus didahulukan untuk dimasukkan dalam diri setiap muslim. Dalam pendidikan pun sudah seharusnya mengedepankan aspek afektif (sikap dan karakter) dibanding aspek kognitif (kepintaran otak). Maka itu fungsi guru dan orang tua yang paling utama adalah mendidik agar generasi muda menjadik baik. Bukan hanya mengajar untuk menjadikan generasi muda menjadi pintar.
Pendidikan karakter dan akhlak generasi muda di era saat ini menjadi sangat dan sangat penting. Hal ini karena tantangan dan godaan zaman di tengah perkembangan teknologi semakin menjadi-jadi. Akibat perkembangan teknologi dan informasi saat ini, ancaman terhadap degradasi moral sangat terlihat di depan mata. Kita lihat bagaimana saat ini akhlak para pemuda sudah mulai tereduksi akibat gaya hidup digital di zaman modern.
Kejadian tindakan kriminal, asusila, kurangnya kepedulian sosial dan menurunnya rasa sosial-kemanusiaan yang dilakukan dan dimiliki generasi muda mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kita rasakan mereka lebih asik bermain di dunia maya dengan ponselnya dari pada bersosialisasi di dunia nyata. Kebiasaan berkomentar di media sosial yang tak melihat dengan siapa ia berbicara, terbawa dalam kehidupan nyata. Sehingga bisa dirasakan mereka menyamakan antara berbicara dengan teman dan berbicara dengan orang tua.
Gampangnya berkomunikasi, berinteraksi, dan mencari informasi juga sedikit demi sedikit menjadikan para generasi muda menggampangkan berbagai hal. Ini berdampak kepada sikap malas dan mudah menyerah pada tantangan permasalahan yang dihadapi. Mereka terdidik dengan hasil yang instan tanpa perjuangan berat dan menghilangkan etos perjuangan serta sikap tak kenal menyerah.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Fenomena-fenomena ini patut direnungi oleh kita dan para orang tua pada umumnya. Momentum Maulid Nabi Muhammad saw menjadi saat yang tepat untuk kembali memperkuat penjagaan pada akhlak generasi penerus. Perlu dipantau aktivitas mereka saat memegang handphone agar akhlak bisa benar-benar terjaga. Akhlak menjadi barometer apakah seseorang menjadi insan terbaik atau tidak. Bukan kepintaran yang menjadi barometer!. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Umar:
خَيْرُ النَّاسِ أحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya.”
Sudah saatnya di bulan Maulid ini kita kembali meneladani akhlak Nabi yang merupakan suri tauladan terbaik sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Selain menjadikan Maulid sebagai momentum menjaga akhlak generasi muda, mari jadikan bulan Maulid ini sebagai kesempatan meningkatkan kuantitas dan kualitas shalawat dan cinta kita kepada Nabi Muhammad. Perbanyak shalawat, insyaallah hidup menjadi nikmat karena mendapat syafaat di hari kiamat.
Syafaat dari Nabi Muhammad menjadi hal yang sangat penting untuk kita raih. Karena kita tidak tahu ibadah mana yang akan diterima di sisi Allah. Menurut kita kuantitas dan kualitas ibadah sudah maksimal, namun belum tentu di sisi Allah swt. Sehingga kita perlu senantiasa berdoa untuk meraih rahmat dari Allah serta perbanyak bershalawat kepada Nabi untuk meraih syafaatnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan ada seorang sahabat yang mengadu kepada Nabi. Ia merasa tidak rajin dalam menjalankan ibadah namun punya modal kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jawaban Nabi pun sangat menggembirakan. Nabi mengatakan sahabat tersebut akan dikumpulkan bersama Nabi di hari kiamat.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
"Dari sahabat Anas, sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, kapan hari kiamat terjadi ya Rasul? Nabi bertanya balik, apa yang telah engkau persiapkan? Ia menjawab, aku tidak mempersiapkan untuk hari kiamat dengan memperbanyak shalat, puasa dan sedekah. Hanya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Nabi berkata, engkau kelak dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Semoga kita bisa meneruskan dan mewujudkan misi Nabi kepada para generasi muda yakni menjadikan akhlak mulia sebagai sendi-sendi peradaban kehidupan manusia. Semoga kita senantiasa bisa meneladani akhlak Nabi dan kita akan menjadi umatnya yang mendapatkan syafaatnya dan masuk dalam surganya Allah swt. Amin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah ini dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI.
FAQ
1. Mengapa Maulid Nabi penting diperingati oleh umat Islam?
Maulid Nabi menjadi momen penting karena memperingati kelahiran Rasulullah SAW yang menjadi teladan utama umat Islam. Perayaan ini juga mengingatkan kembali umat akan ajaran-ajaran Rasulullah yang penuh kasih sayang, kejujuran, dan akhlak mulia.
2. Apakah memperingati Maulid Nabi termasuk bid’ah?
Mayoritas ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah berpendapat bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah tercela, selama diisi dengan kegiatan positif seperti pengajian, pembacaan sholawat, dan ceramah agama. Peringatan ini dimaknai sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Apa saja manfaat memperingati Maulid Nabi bagi masyarakat?
Manfaatnya antara lain mempererat silaturahmi, memperdalam pengetahuan agama, dan membangun kecintaan kepada Rasulullah SAW. Selain itu, perayaan ini sering diisi dengan kegiatan sosial seperti berbagi makanan, santunan anak yatim, hingga gotong royong.
4. Apakah anak-anak boleh dilibatkan dalam perayaan Maulid Nabi?
Tentu saja. Anak-anak justru dianjurkan untuk dilibatkan agar mengenal sosok Nabi Muhammad SAW sejak dini. Melalui kegiatan seperti lomba adzan, hafalan sholawat, atau ceramah kecil, mereka akan tumbuh dengan semangat religius dan cinta terhadap Rasulullah.