Peringatan Maulid Nabi, Begini Awal Mula Sejarahnya di Indonesia

2 weeks ago 5

Liputan6.com, Jakarta Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati setiap 12 Rabiul Awal di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, tahukah Anda bagaimana awal mula tradisi ini hadir dan mengakar kuat di masyarakat Nusantara?

Meski tergolong bukan ibadah wajib, Maulid Nabi telah menjadi momen religius dan kultural yang penuh semangat, dari podium masjid megah hingga lorong kampung penuh lantunan Barzanji dan rebana. Kebanyakan masyarakat merayakannya dengan menghadirkan ceramah tabligh akbar, hingga pagelaran seni Islam. Saat pelaksanaannya, warga tumpah ruah untuk ikut meramaikannya.

Sebenarnya bagaimana tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW masuk ke Indonesia? Untuk mengetahui hal ini, Liputan6 mencoba menguraikan sejarahnya, termasuk keutamaan dan amalan yang bisa dikerjakan. Simak informasinya berikut, dirangkum untuk Anda, Selasa (2/9).

Asal Usul Penamaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Dikutip dari jurnal berjudul "Peringatan Maulid Nabi: Tinjauan Sejarah dan Tradisinya di Indonesia" oleh Mochammad Yunus, dikatakan bahwa istilah Maulid berasal dari bahasa Arab “walada–yalidu” yang artinya kelahiran. Dalam konteks Islam, istilah ini merujuk pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Peringatan ini berakar dari kebiasaan masyarakat Islam masa lalu dalam merayakan ulang tahun dari Rasulullah, sebagai bentuk ekspresi cinta, syukur, dan penghormatan umat Islam kepada Rasulullah.

"Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang dimasyarakat Islam beberapa waktu setelah Nabi Muhammad wafat.Peringatan tersebut bagi umat muslim adalah penghormatan danpengingatan kebesaran dan keteladanan Nabi Muhammad denganberbagai bentuk kegiatan budaya, ritual dan keagaamaan."

Sejarah Maulid Nabi: dari Dinasti Fatimiyah hingga Tumbuh di Tanah Jawa

Tradisi Maulid Nabi bermula di Mesir pada abad ke-4 Hijriah oleh Khalifah Mu’iz li Dinillah dan berkembang megah di Irak pada masa Raja al-Muzaffar Abu Said, yang menggunakannya untuk membangkitkan semangat umat menghadapi ancaman Mongol. Sultan Salahuddin al-Ayyubi lalu menjadikannya strategi dakwah saat Perang Salib, dengan dukungan ulama dan sayembara penulisan riwayat Nabi, yang dimenangkan oleh Syaikh Ja’far al-Barzanji (penulis Kitab Barzanji).

Tradisi ini masuk ke Indonesia melalui dakwah para ulama dan Wali Songo, lalu diserap budaya lokal seperti Sekaten di Jawa yang memadukan syiar Islam dengan seni. Pembacaan Barzanji menjadi bagian utama dalam perayaan, dibacakan bergiliran dengan iringan rebana sebagai bentuk penghormatan.

Di Jakarta dan wilayah Betawi, Maulid tumbuh sebagai budaya religius yang meriah, diperingati dengan pengajian, ceramah, syair pujian, dan makan bersama. Sejak awalnya sebagai strategi perlawanan, kini Maulid menjadi lambang kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW.

Tradisi Maulid di Indonesia: Dari Sekaten hingga Rebana Maulid

Maulid Nabi di Indonesia berkembang menjadi tradisi budaya yang kaya warna dan lokalitas. Masyarakat kemudian akan memeriahkannya dengan menggelar kegiatan pengajian, pagelaran seni, pembacaan sirah Nabawiyah, shalawat, tausiyah, hingga santunan sosial. Di nusantara, terdapat tradisi yang sudah mengakar sejak lama dan telah jadi identitas kota dan kabupaten setempat seperti:

  • Sekaten di Yogyakarta: Gabungan syiar Islam dan tradisi Jawa yang berasal dari kata “Syahadatain”.
  • Ampyang Maulid di Kudus: Arak-arakan makanan berbentuk kerupuk besar disertai doa bersama.
  • Pohon Maulid di Lamongan: Rangkaian bunga dan buah-buahan ditempel di batang pisang lalu dibagikan kepada hadirin.
  • Rebana Maulid Betawi: Syair Barzanji dilantunkan dengan iringan rebana ketimpring. Bagian tertentu seperti Asyrakal, dibacakan sambil berdiri sebagai bentuk penghormatan.

Keutamaan Memperingati Maulid: Membangkitkan Spirit dan Ukhuwah

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi media syiar dan penguatan ukhuwah. Sultan Salahuddin al-Ayyubi memakainya sebagai sarana membangkitkan ghirah Islam saat Perang Salib.

Para ulama seperti Ibnu Katsir dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi juga menilai bahwa peringatan Maulid tidak bertentangan dengan syariat selama isinya positif dan tidak menyimpang. Maulid bukan hanya bentuk cinta, tetapi juga pengingat perjuangan Nabi, akhlaknya, dan misi kerasulannya. Dari sinilah semangat untuk meneladani beliau lahir dalam tindakan nyata.

"Semangat juang umat Islam harus dihidupkankembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka. Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad saw," ucap Salahuddin al-Ayyubi di jurnal tersebut.

Amalan yang Bisa Dilakukan di Bulan Maulid

Di bulan penuh berkah ini, umat Islam dianjurkan melakukan amalan yang bisa meningkatkan cinta kepada Rasulullah SAW, memperkuat ukhuwah, dan mendekatkan diri pada Allah SWT, di antaranya:

  • Membaca Shalawat Nabi sebanyak mungkin setiap hari.
  • Mengkaji kembali sirah Nabawiyah untuk memahami perjuangan Rasul.
  • Menghadiri majelis Maulid atau pengajian.
  • Bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim.
  • Memperbanyak doa dan dzikir dengan niat menghidupkan sunnah.
  • Membaca atau mendengarkan Kitab Barzanji dan Diba’i.
  • Merenungkan akhlak Rasulullah dan berusaha meneladaninya.
  • Menjalin silaturahmi dengan keluarga dan tetangga.

People Also Ask

Apakah Maulid Nabi termasuk ibadah yang disyariatkan?

Tidak secara eksplisit, tetapi diperbolehkan selama isinya positif dan tidak menyimpang dari syariat.

Siapa yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi?

Khalifah Mu’iz li Dinillah (Dinasti Fatimiyah) dan Raja al-Muzaffar di Irak adalah pelopornya.

Apakah Maulid Nabi hanya dirayakan di Indonesia?

Tidak. Maulid dirayakan di banyak negara Muslim, meski ada perbedaan bentuk perayaannya.

Apa isi bacaan Kitab Barzanji?

Kisah kelahiran, kepribadian, dan perjuangan Rasulullah yang dibacakan secara berirama dan penuh penghormatan.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |