Liputan6.com, Jakarta Surah Ibrahim Ayat 7 memuat janji Allah SWT yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Surah Ibrahim adalah surah ke-14 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 52 ayat dan tergolong Makkiyyah karena diturunkan di Kota Mekkah. Surah ini dinamakan Ibrahim karena mengandung doa Nabi Ibrahim AS pada ayat 35 hingga 41.
Dalam surah ibrahim ayat 7, Allah SWT menyatakan akan menambah nikmat bagi hamba-Nya yang bersyukur dan memberi peringatan akan azab yang berat bagi yang kufur atau ingkar. Janji Allah ini menegaskan pentingnya sikap rasa syukur dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Melansir dari Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, syukur diartikan sebagai menampakkan nikmat dengan sebaik-baiknya sesuai kehendak Allah. Sebaliknya, ingkar nikmat berarti menutup kenikmatan yang telah diberikan. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (29/8/2025).
Surah Ibrahim Ayat 7: Arab, Latin, dan Terjemah
Surah Ibrahim ayat 7 merupakan salah satu ayat yang sering dikutip untuk menjelaskan pentingnya bersyukur dalam Islam. Ayat ini secara jelas memuat janji Allah SWT mengenai penambahan nikmat bagi yang bersyukur dan azab yang pedih bagi yang mengingkari.
Melansir dari Quran.com, ayat ini berbunyi:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Latinnya: "Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd."
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Makna Umum Surah Ibrahim Ayat 7
Secara umum, Surah Ibrahim ayat 7 berkaitan dengan syukur yang merupakan ungkapan rasa terima kasih seorang hamba kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya.
Surah Ibrahim ayat 7 mengandung dua makna utama: janji penambahan nikmat bagi orang yang bersyukur dan ancaman azab bagi yang mengingkarinya. Bersyukur bukan sekadar ucapan, melainkan tampilan nyata dengan menggunakan nikmat Allah sebaik-baiknya dalam kehidupan.
Ayat ini menunjukkan bahwa rasa syukur adalah sikap utama yang harus dimiliki setiap individu agar kehidupannya selalu diberkahi. Sebaliknya, kufur nikmat akan menjerumuskan seseorang ke dalam azab yang sangat berat.
Melansir dari TafsirWeb, Syaikh As Sa'diy menerangkan bahwa pengertian syukur adalah mengakui dengan hati nikmat Allah, memuji Allah terhadapnya, dan mengarahkan nikmat tersebut untuk mencari ridha Allah Ta'ala. Sedangkan kufur adalah kebalikan dari itu. Sikap kufur nikmat merupakan perbuatan tercela yang dapat mendatangkan azab yang hebat.
Tafsir Al-Misbah oleh Quraish Shihab: Syukur sebagai Menampakkan Nikmat
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa makna syukur adalah "menampakkan" yang berlawanan dengan kata kufur yang berarti "menutupi". Oleh karena itu, syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya sebaik-baiknya dan sesuai dengan kehendak pemberi.
Lebih lanjut Quraish Shihab memaparkan, munculnya sikap kufur seperti rasa tidak puas hanya akan menyisakan perasaan tersiksa bagi dirinya sendiri. Sikap ini adalah hal yang sia-sia karena tidak menikmati kebesaran dan kekayaan yang dilimpahkan Allah SWT.
Menurut Quraish Shihab, jika bersyukur, nikmat Allah pasti akan bertambah, namun ketika berbicara tentang kufur nikmat, ayat ini hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih, tanpa penegasan bahwa siksa-Nya pasti akan jatuh.
Pandangan Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib Karangan Al Bujairami: Syakir dan Syakur
Sulaiman Al Bujairami, dalam karyanya Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib, mengutip pendapat Qasim Al ‘Abbadi mengenai perbedaan antara "Syakur" dan "Syakir". Perbedaan ini menunjukkan tingkatan syukur seorang hamba.
Ketika seorang hamba memanfaatkan semua pemberian Allah SWT dalam waktu bersamaan disebut dengan Syakur (banyak bersyukur). Sedangkan seseorang yang memanfaatkannya dalam waktu yang berbeda-beda dinamai Syakir. Hal ini menunjukkan bahwa syukur memiliki tingkatan dan bentuk yang berbeda, tergantung pada bagaimana seorang hamba memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah SWT.
Tafsir Al-Wajiz Karya Wahbah Az-Zuhaili: Konsekuensi Syukur dan Kufur
Tafsir Al-Wajiz karya Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan imbauan kepada umat manusia untuk selalu bersyukur atas nikmat pemberian Allah SWT. Allah SWT menjanjikan jika seseorang bersyukur, pasti Allah SWT akan menambah nikmatnya.
Sementara jika seseorang mengingkari nikmat-Nya, maka sesungguhnya azab-Nya sangat pedih. Bentuk azab Allah SWT kepada hamba yang ingkar terhadap nikmat-Nya adalah dengan melenyapkan semua nikmat yang telah diberikan. Tafsir ini menekankan bahwa ingkar kepada nikmat merupakan sebab hilangnya kenikmatan itu sendiri.
Pentingnya Bersyukur dalam Kehidupan Sehari-hari
Bersyukur adalah salah satu konsep mendasar dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan. Sikap bersyukur tidak hanya berupa ungkapan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan serta pengakuan hati akan segala nikmat yang datang dari Allah.
Dalam Islam, bersyukur memiliki kedudukan yang sangat penting karena mencerminkan keimanan, kerendahan hati, dan kesadaran akan nikmat Allah. Bersyukur dapat menjadi sebaik-baik perantara agar nikmat yang kita peroleh tidak hilang dan selalu dapat dirasakan. Dengan bersyukur, seorang hamba mengakui kekuasaan Allah dan ketergantungannya kepada-Nya yang akan memperkuat hubungan antara hamba dan Tuhannya.
Konsekuensi Mengingkari Nikmat Allah SWT
Mengingkari nikmat Allah SWT atau kufur nikmat,adalah perbuatan tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Kufur nikmat berarti seseorang yang telah diberikan banyak kenikmatan, seperti jiwa dan raga yang sehat, namun menggunakan kesempatan tersebut untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.
Menurut Imam Al Ghazali, kufur nikmat adalah menggunakan kenikmatan yang telah Allah berikan pada hal-hal yang tidak diridhai Allah dan enggan mengucapkan Alhamdulillah. Kufur nikmat dapat menyebabkan hati menjadi mati karena tidak adanya rasa syukur dari segala bentuk keberkahan yang telah diterima dalam kehidupan. Selain itu, kufur nikmat dapat mengubah suatu negeri yang aman dan sejahtera menjadi negeri yang kelaparan dan tidak aman, sebagaimana dicontohkan dalam Surah An-Nahl ayat 112.
Daftar Sumber
- Quran.com. QS. Ibrahim Ayat 7.
- Tafsir Al-Misbah. Quraish Shihab.
- Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib.
- Tafsir Al-Wajiz. Wahbah Az-Zuhaili.
FAQ
1. Apa isi Surah Ibrahim ayat 7? Mengandung janji Allah menambah nikmat bagi yang bersyukur dan ancaman azab bagi yang kufur.
2. Apa arti syukur menurut Surah Ibrahim ayat 7? Syukur berarti menampakkan nikmat dengan sebaik-baiknya.
3. Apa konsekuensi jika tidak bersyukur? Mendapat azab Allah yang sangat pedih.
4. Mengapa ayat ini penting? Karena mengajarkan nilai syukur dan konsekuensi kufur nikmat.
5. Bagaimana hubungan ayat ini dengan kisah Bani Israil? Ayat ini memerintahkan mereka untuk bersyukur setelah dibebaskan dari Fir’aun.
6. Siapa yang menafsirkan ayat ini? Ulama seperti Hamka, Quraish Shihab, dan Wahbah Az-Zuhaili.
7. Apa pesan utama Surah Ibrahim ayat 7? Bersyukur membawa keberkahan; mengingkari membawa azab.

2 months ago
28
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1610100/original/023138600_1496212189-Ramadan-20174.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975686/original/001020200_1729565914-nama-sahabat-nabi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/741885/original/078093900_1411557971-Ziarah-Gunung-Uhud.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3120399/original/060326300_1588698008-syed-muizur-MrRUgFfSjBA-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2397600/original/021060800_1541051347-embers-142515_960_720.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403562/original/069333200_1762330737-doa_penenang_hati.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403290/original/022871300_1762323039-Anjing.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403399/original/043952100_1762326172-membaca_doa_setelah_belajar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403225/original/009668300_1762321820-Hajar_Aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403116/original/098441200_1762317300-Kakbah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402980/original/045616400_1762313330-Grup_musik_Timur_Tengah__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402969/original/091132600_1762312803-cincin_emas.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5086670/original/010622200_1736404465-1736397368003_perbedaan-antara-nabi-dan-rasul-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1474232/original/040480600_1484617421-Wisata-Laut-Merah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5134162/original/012917000_1739593072-1739590048291_arti-doa-sholat-dhuha.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5061590/original/072378300_1734874466-Imam_Syafi_i.jpg)






















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5270335/original/056977800_1751427256-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran__14_.jpg)





:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5161848/original/042811500_1741848433-hq720__11_.jpg)