Talqin: Pengertian, Hukum, Tujuan, Bacaan Lengkap dan Tata Caranya

1 month ago 30

Liputan6.com, Jakarta - Seringkali kita mendengar istilah talqin. Talqin lazimnya dibacakan ketika jenazah sudah dimakamkan dan keluarga hendak meninggalkan area pemakaman.

Sebelum berdoa bersama, kiai, pemuka agama atau modin, kayim atau petugas keagamaan lainnya membacakan bacaan talqin. Biasanya, kiai juga membacakan terjemahannya dalam bahasa setempat.

Secara ringkas, isi talqin adalah pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir sebagaimana dijelaskan dalam hadis dan kitab ulama terdahulu, seperti siapa tuhanmu, nabi, kitab dan lain sebagainya.

Yang kerap menjadi pertanyaan adalah, apa pengertian talqin, hukum dan apa tujuannya. Selengkapnya, simak ulasan berikut lengkap tata cara dan bacaannya.

Pengertian Talkin

Secara bahasa (etimologi), kata "talqīn" (تلقين) berasal dari bahasa Arab: تلقين – يُلَقِّن – تلقينًا (talqiin, yulaqqinu, talqiinan). Polanya berasal dari wazan فعّل – يفعّل – تفعيل (fa‘‘ala – yufa‘‘ilu – taf‘īlan) yang bermakna menyebabkan atau membuat orang lain melakukan sesuatu.

Secara etimologi, pengertian talkin adalah menyampaikan sesuatu agar dihafalkan, membimbing, mengajarkan dengan cara diucapkan, atau menuntun ucapan seseorang.

Jadi, arti talqin secara bahasa adalah: menuntun ucapan, membisikkan, atau mengajarkan sesuatu melalui lisan agar diikuti atau dihafalkan. Talkin adalah menyampaikan atau menuntunkan ucapan kepada orang lain agar ia memahaminya, menghafalkannya, atau mengulanginya.

Sementara, dalam KBBI, talkin berarti membisikkan (menyebutkan) kalimat syahadat dekat orang yang hendak meninggal atau (dalam bentuk doa) untuk mayat yang baru dikuburkan.

Sementara pengertian talqin dalam istilah syariat dijelaskan oleh Ahmad Hassan dalam Buku Tarjamah Bulugh al-Maram menginterpretasikan talkin sebagai mengajar atau memberi pelajaran kepada jenazah agar mampu menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur.

"Terutama tentang aqidah yang harus diyakini semasa hidup," demikian dijelaskan Ahmad Hassan dikutip dari laman Rumah Jurnal IAIN Curup, journal.iaincurup.ac.id.

Bacaan Talkin Pertama

Bacaan Talqin Mayit dalam Arab, Latin, dan Artinya

يا فلان بن فلان، أذكر العهد الَّذِي خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ السَّاعَةَ أَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا، وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ، قُلْ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا، وَبِالْكَعْبَةِ قِبْلَةَ، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا وَبِالْمُسْلِمِينَ إِخْوَانًا، رَبِّيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ.

Arab Latin: "Yâ Fulan ibn Fulan. Adzkuru al-'ahda alladzî kharajta 'alaihi min al-dunya: syahadatu an lâ ilâha illâllâh wahdahû lâ syarîka lah, wa anna Muhammadan 'abduhû wa rasûluh. Wa anna al-sâ'ata âtiyah lâ raiba fîhâ, wa annallâh yab'atsu man fi al-qubûr, qul radhîtu billâhi rabbâ, wa bi al-islâmi dînâ, wa bi muhammadin shallallahu 'alaihi wa sallam nabiyya, wa bi al-ka'bati qiblah, wa bi al-qur'âni imâmâ, wa bi al-muslimîna ikhwânâ, rabbiyallâhu lâ ilâha illâ huwa, wa huwa rabb al-'arsyi al-azhim."

Artinya: "Ya Fulan ibn Fulan (sebut nama orang yang meninggal dunia). Saya mengingatkanmu suatu perjanjian (perlindungan) ketika kamu keluar dari dunia, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang Esa dan tak ada sekutu bagi-Nya; Muhammad Saw. adalah hamba dan utusan-Nya; Hari Akhir sungguh akan tiba, tidak ada keraguan tentangnya; sungguh Allah akan membangkitkan orang dari kubur. Katakanlah, "Aku ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad. sebagai nabi, Ka'bah sebagai kiblat, Al-Quran sebagai imam, dan kaum Muslim sebagai saudara. Tuhanku, Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dialah Tuhan Pemelihara 'Arasy yang agung.'"

Bacaan Talkin Kedua

Dikutip dari Buku Husnul Khatimah Berbahagia saat Sampai di Ujung Usia tulisan Ust. Muhammad Syafril, dijelaskan bahwa membaca talqin disunnahkan dilaksanakan saat jenazah usai dikuburkan sempurna. Seseorang kemudian duduk di sisi kubur kemudian membaca talqin dengan bahasa yang ia pahami.

Membaca talqin ini berlaku untuk jenazah yang sudah baligh, berakal, bukan nabi atau orang yang mati syahid. Berikut ini adalah bacaan talqin versi kedua.

يَا عَبْدَ اللهِ ابْنَ آمَةِ اللَّهِ اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِن دَارِ الدُّنْيَا وَهُوَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وأن محمدًا رَسُولُ اللهِ وَإِنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارَ حَقٌّ وَالْبَعْثَ حَقٌّ وَإِنَّ السَّاعَةَ أَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيْهَا وَإِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُوْرِ وَإِنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا وَبِالْكَعْبَةِ قِبْلَةً وَبِالْمُومِنِيْنَ اِخْوَانًا.

Arab Latin: "Ya 'abdallqqhi ibna amatillaahi udzkur maa khorojta 'alaihi min daarid dunyaa wa huwa syahaadatu an laa ilaaha illalloohu wa anna Muhammadar rosuululloohi, wa innal jannata haqqun, wan naaro haqqun, wal ba'tsa haqqun, wa innas saa'ata aatiyatun laa roiba fiihaa. Wa innallooha yab'atsu man fil qubuuri, wa innaka rodhiita billaahi robban wa bil Islaaami diinan wa bi Muhammadin nabiyyaw wa rosuulan, wa bil qur'aani imaaman, wa bil Ka'bati kiblatan wa bil mu"miniina ikhwaanan."

Artinya: "Wahai hamba Allah, putra dari hamba perempuan Allah! Ingatlah sesuatu yang kamu telah keluar atasnya dari kampung dunia, yakni persaksian tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Sungguh surga adalah hak (benar adanya). neraka adalah hak, kebangkitan adalah hak, kiamat akan datang tiada keraguan padanya. Sungguh Allah akan membangkitkan seseorang dalam kubur. Engkau telah ridha terhadap Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai nabi dan utusan, Al-Qur'an selaku imam, Ka'bah selaku kiblat dan orang-orang mukmin sebagai saudara." (HR Thabrani)

BacaanTalkin Ketiga

Setelah jenazah diberikan talqin, disarankan agar beberapa orang tetap tinggal di pemakaman untuk mendoakan jenazah agar imannya diteguhkan. Hal ini karena Rasulullah SAW pernah, setelah menguburkan jenazah, beliau berdiri dan menyampaikan,

"Mohonlah ampunan untuk saudara-saudara kalian dan mohonlah agar imannya diteguhkan, karena saat ini ia sedang diuji (oleh malaikat)." (HR Al-Baihaqi dengan sanad yang baik).

Men-talqin juga dapat diartikan dengan kesunnahan membimbing orang yang sedang sakaratul maut. Bacaannya cukup dengan mengucapkan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Latin: Laailaaha illallaah

Artinya: Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah

Kesunnahan ini mengacu pada hadits yang termuat dalam Shahih Muslim. Disebutkan, Abu Said al-Khudri RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

Artinya: "Tuntunlah orang-orang yang mati di antara kalian untuk mengucapkan kalimat, 'La Illaaha Illallaah' (tiada tuhan selain Allah)." (HR Muslim).

Urutan Bacaan Talkin dan Tahlil

Bacaan talqin ini dikutip dari Kitab Majmu Syarif, Kitab Perukunan Melayu dan Kitab Maslakul Akhyar karya Sayyid Utsman bin Yahya. 

1. Pembukaan dengan Tahlil Panjang

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ، وَهُوَ حَيٌّ دَائِمٌ لَا يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الخَيْرُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ المَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُوْرَكُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَمَا الحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الغُرُوْرِ،

Latin: Lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyī wa yumītu, wa huwa dā’imun lā yamūtu, bi yadihil khayru, yaf‘alu mā yasyā’u, wa huwa ‘alā kulli syay’in qadīrun. Kullu nafsin dzā’iqatul mawti, wa innamā tuwaffawna ujūrakum yaumal qiyāmati, fa man zuhziha anin nāri wa udkhilal jannaha fa qad fāza, wa mal hayātud duniyā illā matā‘ul ghurūri.

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan segala puji. Dia menghidupkan dan mematikan, Dia Maha Kekal yang tidak akan mati. Di tangan-Nya segala kebaikan, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap jiwa pasti akan merasakan mati, dan sesungguhnya hanya pada hari kiamat sajalah kalian akan disempurnakan balasan (amal) kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung. Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.”

2. Panggilan kepada Mayit dan Talkin

يَا عَبْدَ اللهِ، ابْنَ عَبْدَيِ اللهِ (يَا أَمَةَ اللهِ، بِنْتَ عَبْدَيِ اللهِ)...يَا عَبْدَ اللهِ، ابْنَ حَوَاء (يَا أَمَةَ اللهِ، بِنْتَ حَوَاء)...اذْكُرِ (اذْكُرِي) العَهْدَ الَّذِيْ خَرَجْتَ (خَرَجْتِ) عَلَيْهِ مِنْ دَارِ الدُّنْيَا، وَهُوَ شَهَادَةُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّ المَوْتَ حَقٌّ، وَأَنَّ القَبْرَ حَقٌّ، وَأَنَّ نَعِيْمَهُ حَقٌّ، وَأَنَّ عَذَابَهُ حَقٌّ، وَأَنَّ سُؤَالَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ فِيْهِ حَقٌّ، وَأَنَّ البَعْثَ حَقٌّ، وَأَنَّ الحِسَابَ حَقٌّ، وَأَنَّ المِيْزَانَ حَقٌّ، وَأَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ، وَأَنَّ شَفَاعَةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَأَنَّ الجَنَّةَ حَقٌّ، وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ، وَأَنَّ لِقَاءَ اللهِ تَعَالَى لِأَهْلِ الحَقِّ حَقٌّ، وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيْهَا، وَأَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي القُبُوْرِ،

Latin: Udzkurul ahdal ladzī kharajta ‘alayhi min dārid duniyā, wa huwa syahādatu an lā ilāha illallāhu, wa anna Muhammadan Rasūlullāhi shallallāhu a’alayhi wa sallama, wa annal mawta haqqun, wa annal qabra haqqun, wa anna na‘īmahū haqqun¸ wa anna ‘adzābahū haqqun, wa anna su’āla Munkarin wa Nakīrin fīhi haqqun, wa annal ba‘tsa haqqun, wa annal hisāba haqqun, wa annal mīzāna haqqun, wa annas shirātha haqqun, wa anna syafā’ata Sayyidinā Muhammadin shallallāhu ‘alayhi wa sallama haqqun, wa annal jannata haqqun, wa annan nāra haqqun, wa anna liqā’allāhi ta’ala li ahlil haqqi haqqun, wa annas sā’ata ātiyatun lā rayba fīhā, wa annallāha yab‘atsu man fil qubūri.

Artinya: “Ingatlah janji yang dahulu engkau bawa keluar dari dunia, yaitu persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah ﷺ.

Dan (ingatlah pula) bahwa kematian itu benar, kubur itu benar, kenikmatan kubur itu benar, azab kubur itu benar, pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur itu benar, kebangkitan itu benar, hisab itu benar, timbangan amal itu benar, shirāth (jembatan) itu benar, syafaat junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ itu benar, surga itu benar, neraka itu benar, perjumpaan dengan Allah Ta‘ālā bagi ahli kebenaran itu benar, hari kiamat pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan bahwa Allah membangkitkan orang-orang yang ada di dalam kubur.”

3. Pengingat Ketika Malaikat Datang dan Talkin

الآنَ قَدْ صِرْتَ (صِرْتِ) فِي أَطْبَاقِ الثَّرَى وَبَيْنَ عَسَاكِرِ المَوْتَى، فَإِذَا جَاءَكَ (جَاءَكِ) المَلَكَانِ المُوَكَّلَانِ بِكَ (بِكِ)، وَهُمَا مُنْكَرٌ وَنَكِيْرٌ فَلَا يُفْزِعَاكَ (يُفْزِعَاكِ) وَلَا يُرْهِبَاكَ (يُرْهِبَاكِ)، فَإِنَّهُمَا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ تَعَالَى عَزَّ وَجَلَّ، وَإِذَا سَأَلَاكَ (سَأَلَاكِ) "مَنْ رَبُّكَ (رَبُّكِ) ومَنْ نَبِيُّكَ (نَبِيُّكِ) وَمَا دِيْنُكَ (دِيْنُكِ) وَمَا قِبْلَتُكَ (قِبْلَتُكِ) وَمَا إِمَامُكَ (إِمَامُكِ) وَمَنْ إِخْوَانُكَ (إِخْوَانُكِ)" فَقُلْ (فَقُوْلِيْ) لَهُمَا بِلِسَانٍ فَصِيْحٍ وَاعْتِقَادٍ صَحِيْحٍ "اللهُ رَبِّي ومُحَمَّدٌ نَبِيِّى وَالإِسْلَامُ دِيْنِي وَالكَعْبَةُ قِبْلَتِي وَالقُرْآنُ إِمَامِي وَالمُسْلِمُوْنَ وَالمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَانِي،" وَقُلْ (وَقُوْلِيْ) "رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا" عَلَى ذَلِكَ حُيِّيْتَ (حُيِّيْتِ) وَعَلَى ذَلِكَ مِتَّ (مِتِّ) وَبِذَلِكَ تُبْعَثُ (تُبْعَثِيْنَ) إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ الآمِنِيْنَ

Latin: Al-āna qad ṣirta (ṣirti) fī aṭbāqiṡ-ṯarā wa bayna ‘asākiri-l-mawtā, fa-idzā jā’aka (jā’aki) al-malakāni al-muwakkalāni bika (biki), wa humā Munkarun wa Nakīrun, fa-lā yufzi‘āk(a) (yufzi‘ākī) wa lā yurhibāk(a) (yurhibākī), fa-innahumā khalqun min khalqi Allāhi Ta‘ālā ‘azza wa jalla. Wa idzā sa’alāka (sa’alākī): man rabbuka (rabbuki), wa man nabiyyuka (nabiyyuki), wa mā dīnuka (dīnuki), wa mā qiblatuka (qiblatuki), wa mā imāmuka (imāmuki), wa man ikhuwānuka (ikhuwānuki)? Faqūl (faqūlī) lahumā bilisānin faṣīḥin wa i‘tiqādin ṣaḥīḥ: Allāhu rabbī, Muḥammadun nabiyyī, al-Islāmu dīnī, al-Ka‘bahu qiblatī, al-Qur’ānu imāmī, al-muslimūna wa-l-mu’minūna ikhuwānī. Wa qul (wa qūlī): raḍītu billāhi rabban, wa bil-islāmi dīnan, wa bi-Muḥammadin ṣallallāhu ‘alayhi wa sallama nabiyyan wa rasūlan. ‘Alā żālika ḥuyyīta (ḥuyyīti), wa ‘alā żālika mitta (mittī), wa biżālika tub‘aṡu (tub‘aṡīna) in syā’a Allāhu Ta‘ālā mina-l-āminīn. (3x)

Ṡabbataka Allāhu bil-qauliṡ-ṯābit (ṡabbataki Allāhu bil-qauliṡ-ṯābit). Yuthabbitullāhu alladzīna āmanū bil-qauliṡ-ṯābiti fī-l-ḥayāti-d-dunyā wa fī-l-ākhirah. Yā ayyatuhan-nafsu-l-muṭma’innah, irji‘ī ilā rabbiki rāḍiyatan marḍiyyah, fa-dkhulī fī ‘ibādī, wa-dkhulī jannatī.

Artinya: “Sekarang engkau telah berada di bawah timbunan tanah dan di tengah kumpulan orang mati. Maka apabila datang kepadamu dua malaikat yang ditugaskan kepadamu, yaitu Munkar dan Nakir, janganlah engkau merasa takut atau gentar, karena keduanya hanyalah makhluk dari ciptaan Allah Ta‘ālā ‘azza wa jalla.

Apabila keduanya bertanya kepadamu: ‘Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa agamamu? Apa kiblatmu? Apa imam (pedoman)-mu? Siapa saudara-saudaramu?’, maka jawablah dengan lisan yang fasih dan keyakinan yang benar:

‘Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Islam agamaku, Ka‘bah kiblatku, Al-Qur’an imāmku, kaum muslimin dan orang-orang mukmin adalah saudaraku.’

Dan katakanlah: ‘Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad ﷺ sebagai nabi dan rasulku.’

Dengan itulah engkau hidup, dengan itulah engkau mati, dan dengan itulah engkau akan dibangkitkan – insyaAllah termasuk golongan orang-orang yang mendapat keamanan.” (dibaca 3x)

“Semoga Allah meneguhkanmu dengan ucapan yang kokoh. Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

4. Doa pengokohan iman (3x)

(3x)ثَبَّتَكَ اللهُ بِالقَوْلِ الثَّابِتِ (ثَبَّتَكِ اللهُ بِالقَوْلِ الثَّابِتِ)

يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ،

Latin: Ṡabbataka Allāhu bil-qauliṡ-ṯābit (ṡabbataki Allāhu bil-qauliṡ-ṯābit). (3x)

Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat.

Artinya: “Semoga Allah meneguhkanmu dengan ucapan yang kokoh (semoga Allah meneguhkanmu [perempuan] dengan ucapan yang kokoh).

5. Penutup Talkin

 يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ المُطْمَئِنَّةُ، ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً، فَادْخُلِى فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

Latin: Yuthabbitullāhu alladzīna āmanū bil-qauliṡ-ṯābit fī-l-ḥayāti-d-dunyā wa fī-l-ākhirah.

Yā ayyatuhan-nafsu-l-muṭma’innah, irji‘ī ilā rabbiki rāḍiyatan marḍiyyah, fadkhulī fī ‘ibādī, wadkhulī jannatī.

Artinya: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

5. Tahlil dan Doa

Tujuan Talkin

Pertanyaan berikut yang muncul kemudian, apa tujuan talqin?

Dikutip dari buku Doa Ketika Kematian Tiba tulisan Islah Gusmian, dijelaskan bahwa alam kubur merupakan jembatan pertama yang menghubungkan dunia yang fana dengan kekekalan akhirat. Pada saat itu, manusia tidak lagi dapat menyembunyikan atau menyamarkan keburukan yang ada dalam dirinya.

Di hadapan Tuhan, hanya iman dan amal saleh yang akan menjadi pembela. Rahmat dan keridhaan-Nya akan menentukan nasib seseorang, apakah dia akan selamat atau terkutuk.

Setelah seseorang dimakamkan, iman tersebut akan diuji melalui pertanyaan-pertanyaan dari malaikat, seperti siapa Tuhanmu, siapa nabimu, dan apa agamamu. Oleh karena itu, untuk membantu mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Imam Al-Nawawi dalam Al-Adzkâr untuk membacakan talqin setelah pemakaman.

Tujuan talkin adalah untuk mengingatkan orang yang telah meninggal dunia tentang kesulitan yang akan dihadapinya di alam kubur.

Berikut ini adalah bacaan talkin yang diajarkan para ulama.

Hukum Talkin Menurut Ulama

Terkait hukum talqin, terdapat hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudhri dan Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُLatin: Laqqinū mautākum lā ilāha illallāh

Artinya: “Tuntunlah orang yang sedang di penghujung ajalnya (untuk mengatakan) laa ilaaha illallah.” (HR. Muslim no. 916, 917, Abu Dawud no. 3117, At-Tirmidzi no. 976, An-Nasa’i no. 1826, dan Ibnu Majah no. 1445)

Hadis tersebut menunjukkan disyariatkannya talkin untuk orang yang hampir meninggal dunia. Yang dimaksud dengan perkataan Nabi SAW لَقِّنُوا adalah “Ingatkanlah (tuntunlah) untuk mengucapkan laa ilaaha illallah.”

Jumhur (mayoritas) ulama memaknai kalimat perintah dalam hadis ini sebagai perintah anjuran (sunah), sebagaimana yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi RA dalam al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab, Wahbah az-Zuhaili, Ibnu Qudamah, dan ulama lainnya.

"Imam an-Nawawi berkata: Disunnahkan untuk mentalqin orang yang akan meninggal dengan “lā ilāha illallāh” agar akhir perkataannya demikian. Juga disunnahkan setelah penguburan ada orang duduk di sisinya dan menuntunnya mengingat syahadat. (Sumber: al-Majmū‘ Syarḥ al-Muhadzdzab, jilid 5.)

Akan tetapi, zahir hadis menunjukkan hukum wajib, karena inilah hukum asal dari adanya perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan tidak ada dalil yang memalingkannya dari hukum wajib. Oleh karena itu, Asy-Syaukani RA berkata, "Setelah menyebutkan pendapat ulama yang mengatakan sunah, “Akan tetapi hendaknya dipertimbangkan apa indikasi yang memalingkan dari hukum wajib?” (Nailul Authar, 4: 23).

People also Ask:

1. Apa yang dimaksud dengan talkin?

Talkin adalah prosesi keagamaan Islam yang terdiri dari membacakan kalimat syahadat atau memberikan nasihat kepada orang yang akan meninggal atau baru saja meninggal dunia, tujuannya untuk membimbing mereka dalam menghadapi alam kubur, dan juga sebagai pengingat bagi yang masih hidup agar senantiasa beribadah.

2. Bagaimana bunyi bacaan talqin?

Arab Latin: "Ya 'abdalloohi ibna amatillaahi udzkur maa khorojta 'alaihi min daarid dunyaa wa huwa syahaadatu an laa ilaaha illalloohu wa anna Muhammadar rosuululloohi, wa innal jannata haqqun, wan naaro haqqun, wal ba'tsa haqqun, wa innas saa'ata aatiyatun laa roiba fiihaa.

3. Talqin apa artinya?

Talqin adalah proses mengajarkan dan mengingatkan seseorang, baik yang sedang sakaratul maut maupun mayat yang baru dikubur, dengan kalimat-kalimat syahadat atau zikir lainnya untuk membimbing mereka saat menghadapi pertanggungjawaban di alam kubur. Secara bahasa, talqin berasal dari kata "ََنَقَل" yang berarti mengajar atau mendikte. Hukumnya adalah sunnah karena didasarkan pada anjuran Rasulullah SAW untuk mentalqin orang yang meninggal dengan kalimat Laa ilaaha illallah.

4. Apa arti baiat dalam Islam?

Dalam Islam, baiat berarti sebuah janji setia atau perjanjian yang mengikat dua pihak, di mana seseorang berjanji untuk taat dan setia kepada seorang pemimpin (seperti Rasulullah SAW, khalifah, atau imam), dan pemimpin tersebut berjanji untuk menaati syariat Allah dan memimpin dengan adil. Baiat juga dapat diartikan sebagai upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin, yang ditandai dengan pengucapan sumpah setia dari pihak yang dilantik.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |